Rabu, Desember 28, 2011

Pengurus Lubangsa Berhentikan Kru Majalah Muara

Fandrik HS Putra, PPA Lubangsa

Guluk-GulukMasalah seputar penerbitan Harian Bhindhara berlanjut. Hal itu dipicu oleh tindak kekerasan yang dilakukan oleh pengurus Keamanan dan Ketertiban (Kamtib) PPA Lubangsa kepada salah satu kru Majalah Muara. Ujungnya, seluruh kru Majalah Muara diberhentikan dari jabatannya pada Kamis pagi (22/12) kemarin.

Pemberhentian itu dilakukan setelah ketua pengurus PPA Lubangsa didampingi oleh pengurus Kepustakaan Pers dan Penerbitan (KP2) melakukan rapat mendadak bersama kru Majalah Muara pada hari yang sama. Rapat dilaksanakan di kantor redaksi di kompleks blok F, pukul 05.30 WIB.

Agenda rapat yang dibahas adalah persoalan pengaduan Aziz Suwarno, salah satu kru Majalah Muara kepada K. Muhammad ‘Ali Fikri, S.Ag. selaku dewan penasihat pengurus PPA Lubangsa. Ia mengadukan perjalanan penerbitan Bhindhara sampai pada tindak kekerasan yang dilakukan oleh pengurus Kamtib kepada Riyadi Kafa, salah seorang rekannya yang menjabat sebagai redaksi Majalah Muara.

Sabri Salim, ketua pengurus, mengatakan bahwa apa yang dilakukan Aziz melanggar MoU (Memorandun of Understanding) yang telah disepakati oleh ketua pengurus dengan pengurus KP2, kru Majalah Muara, Buletin Kompak, dan Bhindhara pada tanggal 11 Desember 2012. Mereka telah melanggar MoU pasal 2 tentang “Bentuk Kerjasama”, item ketiga, yang menyatakan bahwa “Setiap kebijakan mesti melalui musyawarah mufakat bersama para pihak.

“Salah satu kesepakatan dalam musyawarah dulu itu (9/12) adalah segala kebijakan mengenai pers harus dimusyawarahkan dulu kepada kami. Kalau langsung melapor kepada dewan pengurus tanpa bermusyawarah dulu dengan kami, berarti kan Aziz telah melangkahi kami,” ungkapnya.

Atas kesepakatan pengurus harian, ia memberhentikan semua kru Majalah Muara. Sedangkan kru Buletin Kompak tetap. Alasan hanya memberhentikan kru Majalah Muara karena, menurutnya, yang menjadi kreator atas masalah tersebut adalah kru Majalah Muara.

Fitrotussalihin, ketua seksi KP2, mengungkapkan dalam waktu dekat pengurus KP2 akan mengangkat kru yang baru. Namun ia tidak bisa menjanjikan realisasi penerbitan Majalah Muara untuk tahun ini.

“Kita tunggu saja. Apabila penggantinya nanti baik, maka Muara akan segera terbit,” paparnya.

4 komentar:

Anonim mengatakan...

terus kemana arah perpersan di lubangsa sekarang...

TABRI SYAIFULLAH MUNIR mengatakan...

HAhahhahahahhaha, aneh, jdi pengin tahu kira-kira apa isi dari bindhara, apa sudah betul-betul sesuai dengan kode etik jurnalistik?... tapi yg saya garis bawahi, mereka semua yg ada di bindhara masih proses belajar, dan jika memang ada berita yg tidak berimbang, segeralah mereka tegur untuk memberikan ruang hak jawab kepada yg merasa dirugikan... OPINI TENTANG "BRUTALNYA" PEBNGRUS SEGERA DIHENTIKAN, saya jdi tidak enak mendengarnya.

Abd. Warits Ilham mengatakan...

menarik, seperti jaman orba saja.,,
saya juga pengen tahu isi bhindara apa saja.
bagi saya proses belajar yang mengalami kekeliruan dalam belajarnya, adalah hal yang wajar dan tidak perlu mendapat sanksi yang "keterlaluan"
sebab sejatinya, semua orang pasti belajar dari kekeliruan

Unknown mengatakan...

Saat Bhindara menjadi tempat curhat atau tempat menumpahkan "ketidak puasan santri" terhadap berbagai hal pengelolaan Pesantren, jadikanlah hal itu sebagai indikator, bahwa ada sesuatu yang "mampet" di Lubangsa. Lalu, sumber masalahnya bukan terletak Bhindara, cara mengurainya juga bukan dengan memberangus dan mengkambing hitamkan Bhindara dan orang-orang di dalamnya, melainkan dengan konsolidasi internal pengurus dan menata manajemen secara lebih baik.