Senin, Juni 07, 2010

Kantor Muara dan Kompak Bukan Rental Komputer

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

Guluk-Guluk—Ahad malam (6/6) kemarin, kru Majalah Muara dan Buletin Kompak PPA Lubangsa mengadakan rapat evaluasi dengan Pengurus PPA Lubangsa seksi Kepustakaan, Pers dan Penerbitan (KP2) dan ketua pengurus PPA Lubangsa seputar status kantor pers dan penerbitan yang akhir-akhir ini beralih fungsi menjadi rental.

“Kami sengaja mengundang KP2 selaku pengurus yang menaungi kami sekaligus ketua pengurus PPA Lubangsa yang mempunyai kebijakan yang diamanahkan oleh pengasuh, agar mengetahui atas apa yang selama ini kami rasakan,” ungkap Ach Taufiqil Aziz, Redaktur Pelaksana Majalah Muara yang memandu jalannya rapat.

Rapat yang ditempatkan di Kantor Redaksi Muara yang berlokasi di kawasan blok F itu berjalan sangat alot. Banyak kru yang melontarkan keluhan karena komputer yang biasa digunakan untuk kelancaran penerbitan sudah beralih fungsi menjadi rental.

“Sejak adanya kebijakan yang memperbolehkan merental di sini, kantor Muara bukan lagi menjadi taman baca, tapi sudah menjadi pasar. Semua boleh masuk asal ada uang. Nah, ini sangat mengganggu pada efektivitas membaca, diskusi, dan menulis kami. Oke, kami tidak bisa menghasilkan uang, tapi perlu ditegaskan bahwa Muara dan Kompak adalah wadah yang orientasinya pada kreativitas, bukan pada uang,” papar Naufil Istikhari, salah satu Kru Muara.

Menanggapi keluhan tersebut, Sobri Salim, koord KP2, mengungkapkan bahwa kebijakan fungsi rental komputer Muara dan Kompak ini di luar perkiraannya. Awalnya hanya menerima jasa cetak agar pembelian printer beberapa bulan yang lalu lebih bisa bermanfaat kepada santri, bukan hanya untuk kepentingan penerbitan.

“Saya mohon maaf jika kebijakan ini meretakkan keharmonisan kalian (kru) di tempat ini. Ini benar-benar di luar perkiraan kami. Silakan kalian berkreativitas dengan membaca, diskusi, dan menulis. Di sini adalah kantor kalian,” ungkapnya.

Seluruh kru menuntut untuk menghapus kebijakan tersebut, baik rental untuk santri, organisasi, bahkan untuk kepentingan kru sendiri selain menulis untuk berkarya. Dan tuntutan itu diterima dengan baik oleh pengurus KP2 dengan syarat harus ada pengaturan atau jadwal yang jelas dari pihak kru.

“Kepada pengurus KP2 dan dan seluruh kru yang hadir (Muara dan Kompak), mohon perkara ini dibereskan dengan baik. Hal ini demi kemajuan pers di Lubangsa. Saya tidak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan berkaitan dengan pers di Lubangsa yang sudah bertahun-tahun mempunyai andil yang cukup besar bagi perkembangan keilmuan di Annuqayah, khususnya Lubangsa,” ungkap Mohammad Ali Wafa, ketua pengurus PPA Lubangsa.

1 komentar:

Cinta Syahadah mengatakan...

he he.. 'budaya' semacam ini masih bertahan sampai sekarang.. Kalau jaman saya dulu bukan komputer direntalkan, tapi mesin tik manual.. :D

Semoga Muara dan Kompak semakin sukses.. :)