Senin, Juni 28, 2010
Bekali Pengurus dalam Mengemban Amanah
Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee
Guluk-Guluk—Jumat malam (24/6) kemarin, bertempat di mushalla Latee, pengurus harian Latee mengundang seluruh pengurus, baik pengurus pusat maupun pengurus rayon. Agenda dalam undangan tersebut ialah silaturrahim dan konsolidasi antarpengurus dengan menghadirkan ketua pengurus PP Annuqayah, KH A Hanif Hasan, guna memberikan taushiyah kepada para pengurus.
Acara yang dikemas cukup sederhana itu diikuti secara khidmat oleh segenap pengurus. Di awal penjelasannya, K Hanif menyatakan bahwa menjadi pengurus itu sama halnya dengan mendidik diri. Dari sini kemudian pengurus dituntut dewasa. Ia juga diharuskan untuk berhati-hati dalam bertutur dan bertingkah laku.
Namun begitu, lanjut K Hanif, pendewasaan diri masih belum cukup bila tidak ditopang dengan kekompakan antarpengurus. “Inti dari organisasi adalah kekompakan,” tegas beliau.
Selain itu, ada beberapa catatan penting yang dipaparkan beliau untuk para pengurus. Pertama, kesejahteraan santri harus ditangani secara optimal. Kesejahteraan dimaksud berupa tersedianya air tiap hari, kitab untuk pengajian, obat-obatan bagi santri yang sakit, dan sebagainya.
Kedua, kebersihan. Inilah yang menurut K Hanif selama ini di beberapa daerah di Annuqayah kurang ditangani secara maksimal. Beliau menyayangkan sekali ketika banyak sampah yang berserakan. Beliau menawarkan solusi kepada pengurus agar menindak santri yang buang sampah sembarangan.
Ketiga, kesehatan. Bagi K Hanif, kesehatan tidak kalah pentingnya dengan kebersihan. Keduanya merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipertentangkan. “Lingkungan sehat itu tercermin dari kebersihannya,” katanya singkat.
Keempat, pendidikan santri. Kaitannya dengan pendidikan, K Hanif menegaskan bahwa ini merupakan inti dari didirikannya pesantren. “Dengan pendidikanlah keimanan dan ketakwaan bisa dibentuk. Tanpa ada upaya mengoptimalkan pendidikan di pesantren, maka pesantren sama halnya dengan mati. Pendidikan adalah ruh dari pesantren,” paparnya detail.
Seusai K Hanif memberikan taushiyah, Sekretaris I Latee, Abd. Rahem, memberikan kesempatan seperempat jam kepada segenap pengurus untuk menyampaikan aspirasinya. Beberapa koordinator dari beberapa departemen tampil ke depan.
Ta’arruf antarpengurus menutup acara yang berakhir pada pukul 21.23 WIB itu.
Sabtu, Juni 26, 2010
Batu Bata Berserakan, Santri Beraksi
Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee
Guluk-Guluk—Selama ini, halaman rayon al-Ghazali kurang enak dipandang karena terdapat banyak batu bata yang tidak ditangani secara baik peletakannya. Batu bata tersebut tepat berada di bawah pohon sawo kecik yang merindangi halaman rayon al-Ghazali. Sayangnya, rindangnya pohon itu tidak menambah keasrian halaman rayon al-Ghazali karena banyaknya batu yang ada di bawahnya.
Akan tetapi, persoalan tersebut terselesaikan juga berkat kepedulian santri Latee. Dengan dikomando pengurus, Jum’at pagi (25/6), mereka berbondong-bondong memindahkan batu itu ke sebelah timur PPA Latee I (putri). Dari informasi yang diperoleh, batu bata tersebut merupakan bahan bangunan milik KH Abdul Basith AS, pengasuh PPA Latee I, untuk pembangunan kediaman beliau yang pondasinya sudah selesai di belakang kediaman Drs. KH Abdul Wadud, salah satu dewan pengasuh PPA Latee.
“Awalnya, kami berencana akan memanfaatkan santri yang melanggar (peraturan pesantren) agar memindahkan batu tersebut. Tapi setelah dipertimbangkan bersama teman-teman pengurus Keamanan, kami sepakat untuk mengajak semua santri Latee,” kata Izzul Muttaqin, salah satu pengurus Keamanan Latee.
Bila dicermati, tampak keceriaan di wajah para santri. Meskipun bolak-balik memindahkan batu, tak terlihat sedikit pun rasa lelah dalam diri mereka. Sambil mengangkat dan membawa batu, tak jarang mereka masih sempat berguyon dengan menyenggolkan badannya saat berpapasan.
“Saya sangat senang. Biasanya pagi-pagi saya masih terlelap tidur, kini sudah bugar. Ini adalah olahraga yang berpahala,” kata Moh. Farhan sambil ketawa.
“Andaikata ini dilakukan tiap pagi, siapa takut?!” tantang Zainur Ridha, santri kelas 2 MTs 1 Annuqayah yang juga semangat memindahkan batu.
Hebatnya, ust. Athwi Busthami tidak hanya menyuruh santri untuk bekerja. Ketua Pengurus itu tidak kalah saing dengan santri. Bersama salah satu pengurus Rayon, dia ikut memindahkan batu memakai sarung yang sudah tidak layak pakai. Bahkan, meskipun santri sudah selesai memindahkan batu dan beristirahat, dia masih menyempatkan diri memungut sampah-sampah di sekitar pohon sawo kecik.
“Saya kagum dengan pemimpin kami yang baru. Beliau tidak hanya memimpin dengan lisan, melainkan dengan tindakan,” tutur Ahmad Faruqi, mantan pengurus Diniyah yang kini dipercaya sebagai Sekretaris II masa bakti 2010/2011.
Hanya dengan hitungan jam, batu-batu bata yang mulai ditumbuhi lumut itu sudah tak terlihat lagi di depan halaman rayon al-Ghazali.
Guluk-Guluk—Selama ini, halaman rayon al-Ghazali kurang enak dipandang karena terdapat banyak batu bata yang tidak ditangani secara baik peletakannya. Batu bata tersebut tepat berada di bawah pohon sawo kecik yang merindangi halaman rayon al-Ghazali. Sayangnya, rindangnya pohon itu tidak menambah keasrian halaman rayon al-Ghazali karena banyaknya batu yang ada di bawahnya.
Akan tetapi, persoalan tersebut terselesaikan juga berkat kepedulian santri Latee. Dengan dikomando pengurus, Jum’at pagi (25/6), mereka berbondong-bondong memindahkan batu itu ke sebelah timur PPA Latee I (putri). Dari informasi yang diperoleh, batu bata tersebut merupakan bahan bangunan milik KH Abdul Basith AS, pengasuh PPA Latee I, untuk pembangunan kediaman beliau yang pondasinya sudah selesai di belakang kediaman Drs. KH Abdul Wadud, salah satu dewan pengasuh PPA Latee.
“Awalnya, kami berencana akan memanfaatkan santri yang melanggar (peraturan pesantren) agar memindahkan batu tersebut. Tapi setelah dipertimbangkan bersama teman-teman pengurus Keamanan, kami sepakat untuk mengajak semua santri Latee,” kata Izzul Muttaqin, salah satu pengurus Keamanan Latee.
Bila dicermati, tampak keceriaan di wajah para santri. Meskipun bolak-balik memindahkan batu, tak terlihat sedikit pun rasa lelah dalam diri mereka. Sambil mengangkat dan membawa batu, tak jarang mereka masih sempat berguyon dengan menyenggolkan badannya saat berpapasan.
“Saya sangat senang. Biasanya pagi-pagi saya masih terlelap tidur, kini sudah bugar. Ini adalah olahraga yang berpahala,” kata Moh. Farhan sambil ketawa.
“Andaikata ini dilakukan tiap pagi, siapa takut?!” tantang Zainur Ridha, santri kelas 2 MTs 1 Annuqayah yang juga semangat memindahkan batu.
Hebatnya, ust. Athwi Busthami tidak hanya menyuruh santri untuk bekerja. Ketua Pengurus itu tidak kalah saing dengan santri. Bersama salah satu pengurus Rayon, dia ikut memindahkan batu memakai sarung yang sudah tidak layak pakai. Bahkan, meskipun santri sudah selesai memindahkan batu dan beristirahat, dia masih menyempatkan diri memungut sampah-sampah di sekitar pohon sawo kecik.
“Saya kagum dengan pemimpin kami yang baru. Beliau tidak hanya memimpin dengan lisan, melainkan dengan tindakan,” tutur Ahmad Faruqi, mantan pengurus Diniyah yang kini dipercaya sebagai Sekretaris II masa bakti 2010/2011.
Hanya dengan hitungan jam, batu-batu bata yang mulai ditumbuhi lumut itu sudah tak terlihat lagi di depan halaman rayon al-Ghazali.
Jumat, Juni 25, 2010
Herregistrasi STIKA Naik, Mahasiswa Mengeluh
Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee
Guluk-Guluk—Rabu pagi (23/6), bertempat di ruang kelas semester VI B PAI, kepala BAAK STIKA, ustadz Busthami, membacakan pengumuman waktu herregistrasi yang dijadwalkan pada tanggal 23-26 September 2010 mendatang. Dalam kesempatan tersebut, Busthami juga menginformasikan bahwa biaya herregistrasi naik. Kalau sebelumnya Rp. 55.000,-, kini naik menjadi Rp. 100.000,-.
Pengumuman tersebut disambut riuh oleh mahasiswa. Rata-rata dari mereka mengeluh dengan perubahan biaya herregistrasi yang naik secara drastis itu.
“Ini adalah informasi yang sangat mengejutkan. Kalau mau dinaikkan, jangan tinggi-tinggi,” kata Hanafi, mahasiswa PAI semester VI B. Mahasiswa yang pernah nyantri di PP Sidogiri itu sangat menyayangkan kebijakan tersebut yang tentu memberatkan dirinya yang juga harus menyiapkan banyak dana untuk Kuliah Kerja Nyata (KKN).
“Mungkin bagi teman-teman mahasiswa yang mampu dari segi ekonomi, kebijakan tersebut tidak terlalu jadi soal. Tapi bagi teman-teman yang taraf ekonominya menengah ke bawah, tentu merepotkan,” beber Irham Maulana yang diiyakan Khairurrazikin. Keduanya adalah mahasiswa asal Jember yang mondok di PPA Latee.
Ini berbeda dengan Khalili, mahasiswa PAI yang orang tuanya adalah pengusaha. “Kebijakan tersebut, bagi saya, tidak masalah. Tapi patut disayangkan karena pelayanan di STIKA masih belum memuaskan. Itu terbukti ketika saya menjadi panitia Kongres BEM se-Madura, surat izin untuk menempati Aula Asy-Syarqawi yang sudah disetujui PK III STIKA ternyata dihilangkan oleh karyawan,” ungkapnya dengan nada kecewa.
Pernyataan beberapa mahasiswa di atas direspons oleh ustadz Busthami. “Saya hanyalah pelaksana kebijakan. Ini sudah ketentuan dari pimpinan STIKA,” tandasnya.
Guluk-Guluk—Rabu pagi (23/6), bertempat di ruang kelas semester VI B PAI, kepala BAAK STIKA, ustadz Busthami, membacakan pengumuman waktu herregistrasi yang dijadwalkan pada tanggal 23-26 September 2010 mendatang. Dalam kesempatan tersebut, Busthami juga menginformasikan bahwa biaya herregistrasi naik. Kalau sebelumnya Rp. 55.000,-, kini naik menjadi Rp. 100.000,-.
Pengumuman tersebut disambut riuh oleh mahasiswa. Rata-rata dari mereka mengeluh dengan perubahan biaya herregistrasi yang naik secara drastis itu.
“Ini adalah informasi yang sangat mengejutkan. Kalau mau dinaikkan, jangan tinggi-tinggi,” kata Hanafi, mahasiswa PAI semester VI B. Mahasiswa yang pernah nyantri di PP Sidogiri itu sangat menyayangkan kebijakan tersebut yang tentu memberatkan dirinya yang juga harus menyiapkan banyak dana untuk Kuliah Kerja Nyata (KKN).
“Mungkin bagi teman-teman mahasiswa yang mampu dari segi ekonomi, kebijakan tersebut tidak terlalu jadi soal. Tapi bagi teman-teman yang taraf ekonominya menengah ke bawah, tentu merepotkan,” beber Irham Maulana yang diiyakan Khairurrazikin. Keduanya adalah mahasiswa asal Jember yang mondok di PPA Latee.
Ini berbeda dengan Khalili, mahasiswa PAI yang orang tuanya adalah pengusaha. “Kebijakan tersebut, bagi saya, tidak masalah. Tapi patut disayangkan karena pelayanan di STIKA masih belum memuaskan. Itu terbukti ketika saya menjadi panitia Kongres BEM se-Madura, surat izin untuk menempati Aula Asy-Syarqawi yang sudah disetujui PK III STIKA ternyata dihilangkan oleh karyawan,” ungkapnya dengan nada kecewa.
Pernyataan beberapa mahasiswa di atas direspons oleh ustadz Busthami. “Saya hanyalah pelaksana kebijakan. Ini sudah ketentuan dari pimpinan STIKA,” tandasnya.
Ingatkan Santri Serius Menuntut Ilmu
Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee
Guluk-Guluk—Di akhir zaman kini, tidak sedikit manusia yang menuntut ilmu karena panggilan nafsu, bukan sebagai upaya menghilangkan kebodohan yang mendera dirinya. Mereka cenderung mencari ilmu untuk mendapatkan pangkat, kehormatan, dan sebagainya. Bila ini melekat dalam diri santri, memperbaiki niat mulai sekarang merupakan suatu kemestian yang tidak boleh dibantah lagi.
Pernyataan di atas disampaikan oleh pengasuh PPA Latee, KH Ahmad Basyir AS, saat sambutannya dalam acara Haflatul Imtihan (Hamdala) Madrasah Diniyah Latee Rabu malam (23/6) kemarin di depan halaman kampus STIK Annuqayah.
Acara tahunan itu dihadiri oleh para dewan pengasuh, asatidz, seluruh pengurus pusat dan rayon, serta seluruh santri Latee. Selain itu, hadir pula santri Latee II putri beserta pengurus-pengurusnya yang ditempatkan di area parkir STIK Annuqayah.
Dalam kesempatan tersebut, K Basyir juga menegaskan agar santri lebih serius lagi dalam menuntut ilmu. Dalam pandangan beliau, ghirah santri sekarang dalam belajar masih kalah jauh dengan santri pada masa dulu.
“Saya masih ingat bagaimana semangat santri dulu. Malam harinya, mereka berkelompok-kelompok mengadakan kajian kitab. Saat ini, santri mulai tidak peduli lagi terhadap hal-hal semacam itu. Maka saya sangat mengharap para santri untuk lebih serius dalam belajar,” imbaunya.
Lebih jauh K Basyir juga mengharap agar santri berhati-hati terhadap perubahan zaman. Terutama berkenaan dengan keimanan. “Lingkungan sangat mempengaruhi diri kita, maka kukuhkanlah iman kalian dan hati-hatilah menjaga diri dari perubahan zaman,” tegasnya.
Selain K Basyir, K Musthafa, L.c. juga menyampaikan sambutannya. Tidak jauh beda dengan K Basyir, salah satu dewan pengasuh itu juga membicarakan hal-hal tentang keilmuan kepada para santri. Beliau mengingatkan para santri supaya tidak mengabaikan ilmu-ilmu yang bernafaskan Islam.
Di samping itu, beliau juga menegaskan bahwa acara Hamdala itu bukanlah bermakna bahwa santri selesai proses belajarnya setelah menempuh ujian semester genap.
“Ujian itu untuk belajar, bukan sebaliknya. Manakala santri berpandangan bahwa belajar itu untuk ujian, ketika ujiannya selesai maka proses belajarnya pun dianggap selesai pula. Padahal semestinya tidak begitu; bukan belajar untuk ujian,” paparnya sambil senyum.
Dalam acara yang panitianya terdiri dari pengurus Diniyah Latee ini, juga dilangsungkan penisbahan siswa teladan dari dua tingkatan berdasarkan hasil musyawarah pengurus Diniyah dengan para wali kelas pada tanggal 18 Juni lalu.
Tingkat Isti’dadi diraih oleh Zainal Arifin. Santri yang lahir tanggal 26 September 1995 ini berhasil mengantongi akumulasi nilai 110,1 dengan rata-rata 9,2. Sedangkan tingkat Ibtida’i diraih oleh Shabri Muhammad. Santri asal Ellak Laok, Lenteng, Sumenep tersebut mengumpulkan akumulasi nilai 104.
Acara tersebut ditutup dengan pembacaan SK Pengasuh mengenai pengangkatan pengurus pusat PPA Latee masa bakti 2010/2011. Meski begitu, para santri tidak langsung pulang karena ada pembagian rapor yang ditangani langsung oleh masing-masing wali kelas.
Kamis, Juni 24, 2010
Abdul Wahid, Figur Pemimpin Baru di Lubangsa
Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa
Guluk-Guluk—Pemilihan ketua pengurus baru PP Annuqayah Lubangsa periode 2010-2011 sudah dilaksanakan Selasa (22/6) kemarin. Dalam pelaksanaan pemilihan itu, Lubangsa mendapatkan figur ketua pengurus baru. Abdul Wahid, santri asal Banaresep, Lenteng, terpilih menjadi ketua pengurus PP Annuqayah Lubangsa. Pada periode sebelumnya, dia menjabat sebagai sekretaris umum.
“Saya tidak menyangka akan terpilih menjadi ketua pengurus. Entah apa yang mereka lihat dari diri saya. Namun yang jelas ini bukanlah suatu kebahagiaan, tapi sebuah tanggung jawab yang besar akan saya emban,” tutur pengurus yang berpenampilan kalem itu.
Dalam perjalanan kariernya, ia belum pernah menjabat sebagai ketua dalam sebuah organisasi. “Tidak pernah sekalipun (menjadi ketua). Yang paling tinggi jabatan saya, ya, di sekretaris itu,” ungkap pengurus yang tinggal di blok F/02 itu.
Namun, Rohanna, wakil sekretaris Lubangsa periode 2009/2010, punya pandangan lain. Menurutnya, Wahid adalah sosok yang penuh tanggung jawab.
“Dia pekerja keras. Tidak kenal lelah. Ia sangat bertanggung jawab akan tugas-tugasnya. Bahkan ketika pesantren libur, ia terus membenahi administrasi pesantren. Itulah yang saya nilai darinya. Rasa tanggung jawabnya besar,” ungkapnya.
Pemilihan pengurus Lubangsa Selasa kemarin berlangsung alot. Dalam pemilihan bakal calon, ada lima nama yang muncul: Rahisyam, Baidi Anas, Sobri Salim, Imam Abdurrahman, dan Abdul Wahid. Karena untuk dapat menjadi calon harus memiliki 20 suara, maka yang kemudian lolos sebagai calon hanya Abdul Wahid dan Sobri.
Pemilihan pun berlangsung seru. Perolehan suara dua calon tersebut terbilang berbeda tipis. “Yang memiliki hak suara sebanyak 61 orang. Saya memperoleh 31 suara, sedangkan Sobri memperoleh 29 suara. Satu suara tidak sah,” kata Wahid.
Dalam kepemimpinannya ke depan, ia akan fokus untuk membenahi kinerja pengurus, sebab pada tahun sebelumnya banyak pengurus yang menjabat di luar kemampuannya. Di samping itu, ia juga akan membenahi administrasi, utamanya program kerja dan pembenahan struktur kepengurusan.
Guluk-Guluk—Pemilihan ketua pengurus baru PP Annuqayah Lubangsa periode 2010-2011 sudah dilaksanakan Selasa (22/6) kemarin. Dalam pelaksanaan pemilihan itu, Lubangsa mendapatkan figur ketua pengurus baru. Abdul Wahid, santri asal Banaresep, Lenteng, terpilih menjadi ketua pengurus PP Annuqayah Lubangsa. Pada periode sebelumnya, dia menjabat sebagai sekretaris umum.
“Saya tidak menyangka akan terpilih menjadi ketua pengurus. Entah apa yang mereka lihat dari diri saya. Namun yang jelas ini bukanlah suatu kebahagiaan, tapi sebuah tanggung jawab yang besar akan saya emban,” tutur pengurus yang berpenampilan kalem itu.
Dalam perjalanan kariernya, ia belum pernah menjabat sebagai ketua dalam sebuah organisasi. “Tidak pernah sekalipun (menjadi ketua). Yang paling tinggi jabatan saya, ya, di sekretaris itu,” ungkap pengurus yang tinggal di blok F/02 itu.
Namun, Rohanna, wakil sekretaris Lubangsa periode 2009/2010, punya pandangan lain. Menurutnya, Wahid adalah sosok yang penuh tanggung jawab.
“Dia pekerja keras. Tidak kenal lelah. Ia sangat bertanggung jawab akan tugas-tugasnya. Bahkan ketika pesantren libur, ia terus membenahi administrasi pesantren. Itulah yang saya nilai darinya. Rasa tanggung jawabnya besar,” ungkapnya.
Pemilihan pengurus Lubangsa Selasa kemarin berlangsung alot. Dalam pemilihan bakal calon, ada lima nama yang muncul: Rahisyam, Baidi Anas, Sobri Salim, Imam Abdurrahman, dan Abdul Wahid. Karena untuk dapat menjadi calon harus memiliki 20 suara, maka yang kemudian lolos sebagai calon hanya Abdul Wahid dan Sobri.
Pemilihan pun berlangsung seru. Perolehan suara dua calon tersebut terbilang berbeda tipis. “Yang memiliki hak suara sebanyak 61 orang. Saya memperoleh 31 suara, sedangkan Sobri memperoleh 29 suara. Satu suara tidak sah,” kata Wahid.
Dalam kepemimpinannya ke depan, ia akan fokus untuk membenahi kinerja pengurus, sebab pada tahun sebelumnya banyak pengurus yang menjabat di luar kemampuannya. Di samping itu, ia juga akan membenahi administrasi, utamanya program kerja dan pembenahan struktur kepengurusan.
Menggugah Kesadaran Lingkungan dengan Film
Ummul Karimah, PPA Karang Jati Putri (Assaudah)
Guluk-Guluk—Jika di berbagi sudut Annuqayah para santri sibuk memperbincangkan Piala Dunia 2010 dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak ketinggalan, salah satunya dengan menonton acaranya melalui stasiun televisi, maka lain halnya dengan komunitas PSG (Pemulung Sampah Gaul) SMA 3 Annuqayah. Mereka tetap sibuk memperbincangkan masalah lingkungan yang belakangan telah menjadi tema aktual di dunia.
Pada hari Senin (22/06) kemarin, PSG juga menggelar acara nonton bareng seperti halnya santri PPA Nirmala dan PPA Latee. Namun tontonan yang disajikan oleh PSG tersebut bukanlah sepak bola, melainkan film dokumenter tentang lingkungan berjudul ‘Home’. PSG juga tak perlu mencari televisi sebagai properti untuk menonton, tetapi mereka menggunakan layar LCD.
Menurut Indah Susanti, ketua PSG periode 2009-2010, siswa Madaris 3, khususnya komunitas PSG memang perlu diberi penguatan kapasitas tentang lingkungan. Tentunya dengan sajian yang tak selalu berbentuk diskusi. Salah satunya dengan diaadakannya acara nonton bareng kali ini. “Mungkin saja dengan acara nonton bareng film ilmiah tentang lingkungan kali ini dapat memberi semacam pencerahan bagi siswa dan dapat menumbuhkan rasa kepedulian siswa terhadap lingkungan secara mendalam,” harap Indah.
Tampak ratusan siswa Madaris 3 Annuqayah berbondong-bondong memasuki ruang aula Madaris 3 Annuqayah dengan muka bersemangat dan berseri-seri. Mereka berebut tempat duduk di bagian depan. Salah satu peserta yang hadir, Istifadatul Qamariyah, mengaku tak ingin ketinggalan sedikit pun dari seluruh bagian film yang disajikan. “Kalau saya duduk di belakang, saya rasa kurang afdhal. Nanti ada teman yang lebih besar di depan saya, terus dia malah menjadi pengganggu yang menghalangi sampainya pandangan saya pada layar di depan,” tambahnya dengan logat khasnya yang sangat lucu.
Acara yang dimulai pada pukul 09.00 WIB dan selesai pada pukul 12.30 WIB tersebut berjalan cukup serius. Tampak seluruh siswa yang berjumlah sekitar 200-an orang itu khusyuk mengikuti alur film yang dirilis pada 5 Juni 2009 tersebut. Ruangan begitu sunyi, namun setelah sampai pada beberapa negara yang menampilkan pemandangan yang sangat indah barulah mereka mengucapkan kalimat subhanallah beberapa kali.
Namun, ketika sampai pada Indonesia yang menampakkan hutan lebat yang kemudian jadi gundul dan gersang, sebagian dari peserta ada yang menangis. “Sungguh kini telah terjadi pengkhianatan pada alam kita yang selalu setia menjadi sahabat kita. Jangan salahkan siapa-siapa jika sekarang harimau telah berkeliling ke rumah penduduk, karena tempat para fauna telah diusik oleh manusia yang serakah akan harta,” ujar Siti Nujaimatur Ruqayyah, salah satu senior PSG.
Film yang disajikan kali ini bukanlah film sembarangan. Melainkan film ilmiah yang berisi banyak ilmu dan informasi tentang masalah lingkungan. Dalam film tersebut dijelaskan secara detail tentang bagaimana alam sebelum dan setelah mengalami perubahan dan apa saja penyebabnya.
Film yang menyajikan informasi dan gambar dari puluhan negara itu tidak dikemas menggunakan dialog dan alur yang bercerita, melainkan lebih tepatnya hanya penyajian fakta dan narasi yang menarik dan menggugah.
“Film ini sepertinya juga berisi kritik pada dunia yang terlalu tamak untuk membangun gedung-gedung dan kendaraan berpolusi, sehingga hutan kita yang awalnya membentang amat indah, lahan yang seperti beludru hijau membentang tak terbatas, dan laut yang begitu memikat dengan keindahannya, telah dirusak begitu saja,” komentar salah satu siswa SMA 3 Annuqayah, yang tak mau disebutkan namanya seusai pemutaran film.
Tulisan ini dikutip dari Blog Madaris 3 Annuqayah.
Guluk-Guluk—Jika di berbagi sudut Annuqayah para santri sibuk memperbincangkan Piala Dunia 2010 dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak ketinggalan, salah satunya dengan menonton acaranya melalui stasiun televisi, maka lain halnya dengan komunitas PSG (Pemulung Sampah Gaul) SMA 3 Annuqayah. Mereka tetap sibuk memperbincangkan masalah lingkungan yang belakangan telah menjadi tema aktual di dunia.
Pada hari Senin (22/06) kemarin, PSG juga menggelar acara nonton bareng seperti halnya santri PPA Nirmala dan PPA Latee. Namun tontonan yang disajikan oleh PSG tersebut bukanlah sepak bola, melainkan film dokumenter tentang lingkungan berjudul ‘Home’. PSG juga tak perlu mencari televisi sebagai properti untuk menonton, tetapi mereka menggunakan layar LCD.
Menurut Indah Susanti, ketua PSG periode 2009-2010, siswa Madaris 3, khususnya komunitas PSG memang perlu diberi penguatan kapasitas tentang lingkungan. Tentunya dengan sajian yang tak selalu berbentuk diskusi. Salah satunya dengan diaadakannya acara nonton bareng kali ini. “Mungkin saja dengan acara nonton bareng film ilmiah tentang lingkungan kali ini dapat memberi semacam pencerahan bagi siswa dan dapat menumbuhkan rasa kepedulian siswa terhadap lingkungan secara mendalam,” harap Indah.
Tampak ratusan siswa Madaris 3 Annuqayah berbondong-bondong memasuki ruang aula Madaris 3 Annuqayah dengan muka bersemangat dan berseri-seri. Mereka berebut tempat duduk di bagian depan. Salah satu peserta yang hadir, Istifadatul Qamariyah, mengaku tak ingin ketinggalan sedikit pun dari seluruh bagian film yang disajikan. “Kalau saya duduk di belakang, saya rasa kurang afdhal. Nanti ada teman yang lebih besar di depan saya, terus dia malah menjadi pengganggu yang menghalangi sampainya pandangan saya pada layar di depan,” tambahnya dengan logat khasnya yang sangat lucu.
Acara yang dimulai pada pukul 09.00 WIB dan selesai pada pukul 12.30 WIB tersebut berjalan cukup serius. Tampak seluruh siswa yang berjumlah sekitar 200-an orang itu khusyuk mengikuti alur film yang dirilis pada 5 Juni 2009 tersebut. Ruangan begitu sunyi, namun setelah sampai pada beberapa negara yang menampilkan pemandangan yang sangat indah barulah mereka mengucapkan kalimat subhanallah beberapa kali.
Namun, ketika sampai pada Indonesia yang menampakkan hutan lebat yang kemudian jadi gundul dan gersang, sebagian dari peserta ada yang menangis. “Sungguh kini telah terjadi pengkhianatan pada alam kita yang selalu setia menjadi sahabat kita. Jangan salahkan siapa-siapa jika sekarang harimau telah berkeliling ke rumah penduduk, karena tempat para fauna telah diusik oleh manusia yang serakah akan harta,” ujar Siti Nujaimatur Ruqayyah, salah satu senior PSG.
Film yang disajikan kali ini bukanlah film sembarangan. Melainkan film ilmiah yang berisi banyak ilmu dan informasi tentang masalah lingkungan. Dalam film tersebut dijelaskan secara detail tentang bagaimana alam sebelum dan setelah mengalami perubahan dan apa saja penyebabnya.
Film yang menyajikan informasi dan gambar dari puluhan negara itu tidak dikemas menggunakan dialog dan alur yang bercerita, melainkan lebih tepatnya hanya penyajian fakta dan narasi yang menarik dan menggugah.
“Film ini sepertinya juga berisi kritik pada dunia yang terlalu tamak untuk membangun gedung-gedung dan kendaraan berpolusi, sehingga hutan kita yang awalnya membentang amat indah, lahan yang seperti beludru hijau membentang tak terbatas, dan laut yang begitu memikat dengan keindahannya, telah dirusak begitu saja,” komentar salah satu siswa SMA 3 Annuqayah, yang tak mau disebutkan namanya seusai pemutaran film.
Tulisan ini dikutip dari Blog Madaris 3 Annuqayah.
137 Santri Ikuti Jalan-Jalan Sehat
Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee
Guluk-Guluk—Dimulai dari sebelah timur MI 1 Annuqayah, Rabu pagi (23/6), sebanyak 137 santri Latee mengikuti Jalan-Jalan Sehat (JJS). Kegiatan yang diprakarsai pengurus departemen Olahraga, Kesenian, dan Kesehatan (Orkestra) PPA Latee ini merupakan kegiatan pamungkas dari program kerja (proker) yang dirumuskan pengurus Orkestra masa bakti 2009/2010.
“Meskipun terangkum dalam proker masa bakti 2009/2010, kegiatan JJS ini bisa dibilang sekaligus sebagai pembuka dari proker kami masa bakti 2010/2011,” kata Ahmad Faidhal, Koordinator departemen Orkestra yang pada kepengurusan 2010/2011 masih dipercaya mengemban amanah di departemen tersebut.
Abd. Majid, ketua panitia, menyatakan bahwa persiapan kegiatan JJS itu sudah setengah bulan yang lalu. Setelah panitia terbentuk pada tanggal 8 Juni lalu, keesokan harinya panitia langsung menyebar pamlet pendaftaran.
“Biar kegiatan ini makin meriah, kami (panitia, red.) juga menggelar beberapa lomba seperti sepak bola antar Rayon, catur, bulu tangkis, dan tenis meja. Hanya saja untuk dua lomba terakhir tidak terlaksana karena lapangan yang kurang memadai,” kata santri yang kini menjabat anggota departemen Orkestra itu.
Menariknya, pemberangkatan kegiatan tersebut dipando langsung oleh ketua pengurus Latee yang baru, yaitu ustadz M Athwi Busthami. Beliaulah yang juga memberikan kupon berhadiah kepada para peserta. Setelah memberikan beberapa arahan, dengan pembacaan basmalah, beliau membuka kegiatan yang dimulai sekitar pukul 06.00 WIB.
Dengan senyum ria, santri berangkat dengan rapi. Mereka berbanjar dua-dua. Beberapa pengurus juga tampak mendampingi mereka.
“Kami merasa berkewajiban untuk mendampingi peserta. Ya, sesekali memantau mereka biar tetap menjaga kesopanan,” kata Homaidi, anggota departemen Orkestra masa bakti 2009/2010.
Sekitar setengah jam lamanya, santri berjalan dengan santai mengelilingi Annuqayah. Rutenya dari MI 1 Annuqayah ke arah utara, setibanya di sebelah timur toko yayasan, mereka berbelok kiri mengikuti ustadz Faidhal yang berada di posisi terdepan. Setelah sampai di simpang tiga Bu Jamil, mereka berbelok kiri lagi hingga melewati jalan sebelah utaranya Asta K. Abdullah Sajjad. Muaranya, mereka melepas lelah di depan kampus STIKA.
Tatkala rasa capai santri sudah terbuai, panitia mengumpulkan kupon undian berhadiah yang masih berada dalam genggaman tangan santri. Dalam kesempatan tersebut, banyak santri yang menerima hadiah dari panitia.
“Melihat apresiasi santri sangat tinggi, insya Allah di akhir kepengurusan nanti, kegiatan JJS ini akan diadakan lagi. Selain menyehatkan, ini juga bermanfaat terhadap terhiburnya santri setelah sekian lama mengikuti kegiatan rutinitas kepesantrenan,” ujar ustadz Athwi diiringi dengan senyuman khasnya.
Rabu, Juni 23, 2010
Ngaji Dulu, Baru Nonton
Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee
Guluk-Guluk—Nonton Piala Dunia 2010 merupakan bagian dari program 100 hari kepemimpinan M Athwi Busthami masa bakti 2010/2011. Walaupun masih belum dilantik, ia berkomitmen untuk merealisasikan program kerja yang dipandang mendesak, semisal perombakan format kepengurusan rayon, pembentukan pembimbing rayon al-Farisi, dan sebagainya.
“Meskipun belum dirumuskan secara penuh, saya menginginkan semua program kerja Latee berbau edukatif dan merealisasikan program yang dianggap mendesak. Makanya, nonton bersama ini diawali dengan mengaji al-Qur’an dulu setelah jama’ah Isya’ di mushalla Latee, baru sesudah itu santri boleh menghibur diri,” paparnya saat ditemui di kantor Pesantren Selasa malam (22/6) kemarin.
Dimulai sejak Minggu malam (20/6) kemarin, Naufal RZ, santri senior Latee sekaligus qori’ nasional, dipercaya menjadi pemandu dalam mengaji al-Qur’an. Tidak hanya memandu, Naufal juga membimbing santri membaca al-Qur’an secara baik dan benar.
Lebih dari itu, Naufal juga memberikan penjelasan-penjelasan mengenai tajwid dan makharijul huruf tiap kali selesai melantunkan ayat per ayat. Sesekali dia memberikan kesempatan kepada santri yang berada di shaf paling depan untuk membaca yang selanjutnya dibenahi misalnya terdapat bacaan yang keliru.
Dalam kesempatan tersebut, sebagian besar pengurus juga ikut nimbrung di dalam mushalla. Mereka mendampingi santri agar serius dalam mengikuti arahan yang diberikan Naufal.
Di akhir pemaparan, biasanya Naufal selalu menegaskan kiat-kiat agar santri lancar dalam membaca al-Qur’an. “Sekali lagi syaratnya hanya satu, yaitu sering-seringlah baca al-Qur’an. Bila hanya mengandalkan pengetahuan tajwid tapi jarang mengaji, tentu ini tidak begitu menjamin kita bisa fasih mambaca al-Qur’an,” pungkasnya yang sekaligus mengakhiri kegiatan yang dilangsungkan selama setengah jam itu.
Guluk-Guluk—Nonton Piala Dunia 2010 merupakan bagian dari program 100 hari kepemimpinan M Athwi Busthami masa bakti 2010/2011. Walaupun masih belum dilantik, ia berkomitmen untuk merealisasikan program kerja yang dipandang mendesak, semisal perombakan format kepengurusan rayon, pembentukan pembimbing rayon al-Farisi, dan sebagainya.
“Meskipun belum dirumuskan secara penuh, saya menginginkan semua program kerja Latee berbau edukatif dan merealisasikan program yang dianggap mendesak. Makanya, nonton bersama ini diawali dengan mengaji al-Qur’an dulu setelah jama’ah Isya’ di mushalla Latee, baru sesudah itu santri boleh menghibur diri,” paparnya saat ditemui di kantor Pesantren Selasa malam (22/6) kemarin.
Dimulai sejak Minggu malam (20/6) kemarin, Naufal RZ, santri senior Latee sekaligus qori’ nasional, dipercaya menjadi pemandu dalam mengaji al-Qur’an. Tidak hanya memandu, Naufal juga membimbing santri membaca al-Qur’an secara baik dan benar.
Lebih dari itu, Naufal juga memberikan penjelasan-penjelasan mengenai tajwid dan makharijul huruf tiap kali selesai melantunkan ayat per ayat. Sesekali dia memberikan kesempatan kepada santri yang berada di shaf paling depan untuk membaca yang selanjutnya dibenahi misalnya terdapat bacaan yang keliru.
Dalam kesempatan tersebut, sebagian besar pengurus juga ikut nimbrung di dalam mushalla. Mereka mendampingi santri agar serius dalam mengikuti arahan yang diberikan Naufal.
Di akhir pemaparan, biasanya Naufal selalu menegaskan kiat-kiat agar santri lancar dalam membaca al-Qur’an. “Sekali lagi syaratnya hanya satu, yaitu sering-seringlah baca al-Qur’an. Bila hanya mengandalkan pengetahuan tajwid tapi jarang mengaji, tentu ini tidak begitu menjamin kita bisa fasih mambaca al-Qur’an,” pungkasnya yang sekaligus mengakhiri kegiatan yang dilangsungkan selama setengah jam itu.
Selasa, Juni 22, 2010
Rasa Jenuh Santri Terobati
Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee
Guluk-Guluk—Ahad sore (20/6) kemarin, sebagian besar pengurus PPA Latee bergotong-royong memasang antena televisi di depan MI 1 Annuqayah. Mereka berbaur dengan semangat membara guna menyukseskan acara nonton bersama Piala Dunia 2010 yang rencananya bakal digelar malam harinya. Ada yang mencari tali sebagai pengikat bambu untuk menjunjung antena dan ada pula yang masih di atas mobil untuk memarani televisi di Desa Lampereng, Pragaan, Sumenep.
“Ya, televisi yang akan digunakan nanti berasal dari kesudian ustadz Athwi (ketua pengurus Latee, red.) bekerja sama dengan lembaga yang ada di rumahnya,” ungkap Ali Makki, sang sopir yang kini masih dipercaya sebagai bendahara Latee.
Ketika lantunan ayat suci al-Qur’an mulai menggema di masjid jamik Annuqayah, persiapan sudah mapan dan pengurus bersiap diri menghalau santri untuk shalat berjama’ah di mushalla Latee. Di mushalla, tampak dari sebagian besar wajah santri yang ingin segera nonton Piala Dunia 2010 antara Italia dan Selandia Baru.
“Saya jadi penasaran bagaimana sepak terjang Italia dan Selandia Baru nanti. Sekali lagi saya sangat penasaran,” ujar M Khalil Zaen usai shalat tatkala dimintai komentarnya.
Hal senada juga dikatakan Suryadi. Mantan ketua Darul Lughah masa bakti 2007/2008 ini menambahkan bahwa sejak dimulainya Piala dunia 2010 beberapa hari yang lalu, sedetik pun tidak pernah menontonnya.
“Hasrat untuk nonton tentu sangat tinggi. Hanya saja saya tidak boleh melanggar peraturan pesantren. Untungnya pengurus pengertian terhadap kondisi kami, sehingga kami diberi kesempatan untuk nonton bersama,” katanya panjang lebar.
Tepat setelah selesai shalat Isya’ berjama’ah, acara nonton bersama dimulai. Dengan memanfaatkan televisi 29 inchi, santri tampak ceria dengan wajah berseri-seri.
“Rasa bosan yang selama ini mendera saya seakan hilang dengan sendirinya. Nonton bersama ini, bagi saya, sangat besar manfaatnya. Salah satunya, pikiran saya menjadi tenang setelah selama satu tahun mengikuti kegiatan pesantren,” kata M Syaiful Bahri detail sambil lalu tetap memosisikan dirinya menghadap layar televisi.
Sorak sorai mewarnai acara nonton bersama ini. Selain santri, terlihat beberapa pengurus yang ikut berbaur dalam acara tersebut. Dinginnya malam seakan tak terasa oleh mereka.
Minggu, Juni 20, 2010
Fathur Rozi Santri Teladan Darul Lughah Latee
Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee
Guluk-Guluk—Kamis malam (17/6) kemarin, pengurus Darul Lughah (DL) PPA Latee menyelenggarakan acara akhir sanah 2009/2010. Acara yang diselenggarakan di depan gedung Darul Lughah ini sekaligus menutup semua rangkaian program kerja Darul Lughah yang realisasinya mencapai 96 %.
Acara yang berlangsung pukul 20.00 WIB ini dihadiri oleh pengurus Harian Latee, pengurus Diniyah, pengurus Keamanan, dan guru pengajar di Darul Lughah.
Tahun-tahun sebelumnya, biasanya acara akhir sanah ini diwarnai dengan semarak lomba yang khusus diikuti oleh santri yang bermukim di Darul Lughah. “Sayangnya untuk tahun ini tidak memungkinkan,” tambah Holis sambil lalu menjelaskan bahwa waktulah yang menjadi kendala utamanya.
“Bayangkan saja, waktu yang digunakan panitia untuk mempersiapkan acara ini hanya satu minggu. Padahal mereka masih juga bertugas mengevaluasi prestasi santri Darul Lughah, selain tugas-tugas lainnya,” papar pemuda yang lahir tanggal 4 November 1989 itu saat dijumpai di kantor Darul Lughah usai shalat jama’ah Ashar (18/6).
Oleh pengurus Darul Lughah, format acara direncanakan tidak akan jauh beda dengan tahun sebelumnya, yaitu ada ceramah agama yang diisi oleh Drs. KH. Abd. Wadud Munir dengan menggunakan bahasa Arab.
Sayang sekali, ketika dikonfirmasi oleh pengurus harian Darul Lughah, Drs. KH Abd. Wadud Munir tidak sanggup hadir karena kondisi fisiknya yang kurang sehat. Akibatnya, acara akhir sanah tersebut tidak diisi dengan ceramah agama.
Dalam kesempatan tersebut, Fathur Rozi dinobatkan sebagai santri teladan Darul Lughah masa bakti 2009/2010. Santri kelas 3 MTs asal Blaza, Talango, Sumenep ini dinilai pantas menyandang predikat santri teladan karena keseriusannya dalam mematuhi peraturan Darul Lughah dan kompeten dalam pengembangan bahasa Arab.
Acara yang berlangsung dua jam ini ditutup dengan pemberian hadiah kepada penulis terbaik Mading “Mufakkiratuna”, Mading Darul Lughah, yang terbit setiap bulan sekali.
Sabtu, Juni 19, 2010
Santri dan Pengurus Nirmala Nonton Bareng Piala Dunia 2010
Sumarwi, PPA Nirmala
Guluk-Guluk—Empat hari setelah dilaksanakannya pembukaan perhelatan kompetisi akbar sepak bola, Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, Pengurus Pondok Pesantren Annuqayah Nirmala menyediakan televisi untuk santri pada hari Senin (14/6) sore yang dipinjam dari Madrasah Tsanawiyah 2 Annuqayah. Pengadaan televisi ini disambut baik oleh kalangan santri dan pengurus, terutama bagi mereka yang gila bola.
Menanggapi pengadaan televisi tersebut, KH M. Afif Hasan, salah satu pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Nirmala, menyampaikan kepada seluruh pengurus saat melakukan rapat mendadak terkait dengan penyediaan televisi tersebut pada hari Selasa (15/6) pagi bahwa acara nonton Piala Dunia ini jangan sampai dijadikan agenda utama.
“Saya berharap acara nonton Piala Dunia ini jangan sampai dijadikan agenda yang utama sebab masih banyak yang perlu dikerjakan seperti belajar, pengefektifan shalat jamaah, penghijauan, dan kebersihan. Tampaknya ini belum terlaksana dengan baik,” tutur K Afif.
“Antara belajar, shalat jamaah, penghijauan, kebersihan, dan nonton ini harus seimbang,” tambahnya.
K Afif juga bertanya kepada Pengurus Binkadis (Pembinaan Keamanan dan Kedisiplinan Santri) mengenai alasan penyediaan televisi untuk santri. Lutfi Imam, koordinator Binkadis, menjawab bahwa ide pengadaan televisi ini muncul karena banyak santri yang menonton televisi ke luar pesantren.
“Banyak santri yang keluar pondok untuk nonton TV ke tetangga dan itu membuat kami kerepotan untuk mengontrol keluar masuknya santri. Selain itu mereka juga banyak yang tidak shalat jamaah Subuh,” kata Lutfi Imam di hadapan para pengurus dan K Afif.
Alasan yang sama juga disampaikan oleh Ketua Pengurus PPA Nirmala, Ali Makki Khairi, bahwa pengadaan televisi ialah untuk menanggulangi santri agar tidak nonton TV di luar pesantren.
Setelah shalat Maghrib berjamaah, Lutfi menyampaikan beberapa persyaratan yang harus dipatuhi oleh semua santri yaitu santri harus shalat jamaah subuh dan TV akan dinyalakan setelah jam belajar selesai. Rupanya santri menyetujui persyaratan yang diajukan oleh Lutfi.
Guluk-Guluk—Empat hari setelah dilaksanakannya pembukaan perhelatan kompetisi akbar sepak bola, Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, Pengurus Pondok Pesantren Annuqayah Nirmala menyediakan televisi untuk santri pada hari Senin (14/6) sore yang dipinjam dari Madrasah Tsanawiyah 2 Annuqayah. Pengadaan televisi ini disambut baik oleh kalangan santri dan pengurus, terutama bagi mereka yang gila bola.
Menanggapi pengadaan televisi tersebut, KH M. Afif Hasan, salah satu pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Nirmala, menyampaikan kepada seluruh pengurus saat melakukan rapat mendadak terkait dengan penyediaan televisi tersebut pada hari Selasa (15/6) pagi bahwa acara nonton Piala Dunia ini jangan sampai dijadikan agenda utama.
“Saya berharap acara nonton Piala Dunia ini jangan sampai dijadikan agenda yang utama sebab masih banyak yang perlu dikerjakan seperti belajar, pengefektifan shalat jamaah, penghijauan, dan kebersihan. Tampaknya ini belum terlaksana dengan baik,” tutur K Afif.
“Antara belajar, shalat jamaah, penghijauan, kebersihan, dan nonton ini harus seimbang,” tambahnya.
K Afif juga bertanya kepada Pengurus Binkadis (Pembinaan Keamanan dan Kedisiplinan Santri) mengenai alasan penyediaan televisi untuk santri. Lutfi Imam, koordinator Binkadis, menjawab bahwa ide pengadaan televisi ini muncul karena banyak santri yang menonton televisi ke luar pesantren.
“Banyak santri yang keluar pondok untuk nonton TV ke tetangga dan itu membuat kami kerepotan untuk mengontrol keluar masuknya santri. Selain itu mereka juga banyak yang tidak shalat jamaah Subuh,” kata Lutfi Imam di hadapan para pengurus dan K Afif.
Alasan yang sama juga disampaikan oleh Ketua Pengurus PPA Nirmala, Ali Makki Khairi, bahwa pengadaan televisi ialah untuk menanggulangi santri agar tidak nonton TV di luar pesantren.
Setelah shalat Maghrib berjamaah, Lutfi menyampaikan beberapa persyaratan yang harus dipatuhi oleh semua santri yaitu santri harus shalat jamaah subuh dan TV akan dinyalakan setelah jam belajar selesai. Rupanya santri menyetujui persyaratan yang diajukan oleh Lutfi.
Tasyakuran MI 3 Annuqayah Berlangsung Meriah
Muhammad-Affan, PPA Al-Furqaan
Guluk-Guluk—Menutup kalender tahun ajaran 2009-2010, Selasa, 15 Juni, kemarin, Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah menggelar Tasyakuran Kelas Akhir Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah. Dalam sambutannya, Kepala MI 3 Annuqayah, H. M. Mahfud Manaf, A.Ma, menegaskan bahwa acara ini bukan acara lepas pisah, tapi tasyakkuran.
“Karena kamu sekalian, khususnya yang kelas akhir, akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yakni MTs 3 Annuqayah. Jadi, kita masih tetap bersama-sama di Madaris 3 tercinta ini,” katanya. Hadir dalam acara ini Ny. Fadilah Hunaini, M. Fil sebagai pembicara.
Mahfud Manaf juga menyampaikan terima kasih kepada Kak Mumdarin, S.Pd.I, dan Kak Mamat selaku pembina Pramuka MI 3 Annuqayah yang juga hadir dalam acara tersebut. “Saya selaku Kepala MI 3 Annuqayah menyampaikan terima kasih kepada Kak Mumdarin dan Kak Mamat. Dengan kegiatan pramuka, anak-anak lebih aktif di kelas. Dampaknya sangat terasa,” katanya. “Juga kepada para tutor MI 3 Annuqayah: Mega Eka Suciyanti, Fatimatuzzahrah, dan Siti Mailah, terima kasih atas pengabdiannya selama dua tahun ini,” lanjutnya, menutup sesi sambutan pada acara tersebut.
Direktur Madaris 3 Annuqayah, Muhammad Faizi, M.Hum, dalam sambutannya lebih menekankan akan pentingnya akhlak, terutama akhlak kepada orang tua.“Kalian boleh lulus dari MI 3, tapi jauh lebih penting lulus di rumah,” katanya. Melihat anak-anak bingung, Faizi melanjutkan, “Bagaimana yang dimaksud dengan lulus di rumah? Kalau kalian disuruh oleh orang tua, jangan menolak, apalagi menggerutu. Di rumah harus rajin bantu ibu. Ini namanya lulus!” katanya.
Pada sesi berbagi cerita, seakan menyambung sambutan Direktur Madaris 3 Annuqayah, Ny Fadilah Hunaini lebih banyak bercerita tentang kehidupan yang menyentuh hati. Beliau mengangkat banyak cerita tentang perjuangan orang-orang miskin yang kemudian menjadi sukses karena kegigihannya dalam belajar. Dengan ekspresinya yang empatetik, anak-anak terlihat begitu antusias menyimak cerita demi cerita hingga tuntas. Sesekali salah satu pengasuh PPA Nirmala Putri itu memberi kuis dan hadiah. Seketika itu juga, seperti disulap, ruangan aula Madaris 3 mendadak meriah, dan beliau menlanjutkan ceritanya lagi. Suasana menjadi hening kembali.
Acara yang dimulai jam 09.00 WIB itu juga menampilakan 12 pementasan seni oleh siswi-siswi Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah. Namun sebelumnya, panitia terlebih dahulu membacakan pemenang kegiatan ekstra kursus matematika. “Ada dua kategori, yakni pemenang dengan nilai tertinggi dan kategori peserta kursus paling rajin,” kata Mega, selaku tutor kursus matematika dan membatik di Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah itu.
Peringkat satu diraih oleh Shofa’ Infiroj, kemudian disusul Ibat, dan Arika. Sedangkan peserta kursus paling aktif diraih oleh Maria Ulfa. Semuanya adalah kelas akhir MI 3 Annuqayah. Setelah pemberian hadiah, mereka langsung dihujani tepuk tangan oleh teman-temannya.
Pada sesi pementasan, acara dibuka dengan penampilan Paduan Suara Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah (PSMI3A). Mereka membawakan empat lagu secara berturut-turut; Hymne Guru, Terima kasihku, Gugus Pramuka dan Terima kasih Madaris 3. Selain itu, Sanggar Pelangi juga menampilkan pentas drama, komedi, saman, dan musikalisasi puisi. Seusai acara, anak-anak foto bersama, makan-makan, dan mengevaluasi kegiatan.
“Acara ini menyenangkan sekali, sekaligus mengharukan,” kata Shofa Infiroj, salah satu siswi kelas akhir pemenang pertama kursus matematika ekstra di MI 3 Annuqayah. “Pokoknya, MI 3 is the best!” kata Arika mantap, menutup kebersamaan di ruang aula Madaris 3 siang itu.
Tulisan ini dikutip dari Blog Madaris 3 Annuqayah.
Rencanakan Ubah Format Kepengurusan Rayon
Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee
Guluk-Guluk—Setelah didaulat sebagai ketua PPA Latee masa bakti 2010/2011 pada Musyawarah Besar (Mubes) Rabu malam (16/6) kemarin, M Athwi Busthami langsung “bergerak” dengan cepat. Satu hari pasca Mubes tersebut, ia sudah merampungkan struktur kepengurusan di pusat.
“Saya dengan Majlis Pertimbangan Pengurus (MPP) kemarin (17/6), sudah merumuskan struktur kepengurusan di pusat. Tinggal kepengurusan di Rayon yang belum,” ujar Athwi sambil lalu menyatakan bahwa ia berencana akan mengubah format kepengurusan di Rayon.
“Kalau sebelumnya kepengurusan di Rayon hanya koordinator dan 2 anggota, insya Allah model semacam itu akan kami ubah. Yakni dengan membentuk Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Departemen-Departemen,” tambah santri yang mondok sejak tanggal 16 Juli 2000 itu.
Format seperti itu, menurut Athwi, lebih efektif daripada sebelumnya yang hanya melahirkan kesan bahwa tugas pengurus Rayon itu hanya sebatas sebagai penghalau santri tatkala pengajian kitab dan shalat jama’ah.
“Rencana ini sangat penting untuk diwujudkan karena kinerja pengurus Rayon selama ini tidak begitu signifikan. Dengan adanya perubahan seperti yang saya katakan barusan, maka pengurus Rayon akan lebih leluasa mengembangkan dan memajukan Rayon yang dipimpinnya,” kata Athwi panjang lebar saat ditemui di kantor Diniyah Latee usai shalat Jum’at (18/6).
Namun begitu, rencana tersebut masih akan dimusyawarahkan dengan MPP. “Bila tidak ada rintangan, besok malam akan kami rapatkan,” ujar santri yang lahir tanggal 26 Juli 1984 itu.
Tidak hanya itu. Athwi juga berencana akan merampungkan semua program di kepengurusan satu hari setelah Haflatul Imtihan Diniyah Latee (Hamdala) yang akan dilaksanakan pada tanggal 23 Juni nanti. “Tanggal 24 Juni nanti, satu hari setelah Hamdala, saya sudah komitmen untuk merumuskan program kerja PPA Latee masa bakti 2010/2011,” tegas pria yang kini masih tercatat sebagai mudir (kepala) Diniyah Latee itu.
Guluk-Guluk—Setelah didaulat sebagai ketua PPA Latee masa bakti 2010/2011 pada Musyawarah Besar (Mubes) Rabu malam (16/6) kemarin, M Athwi Busthami langsung “bergerak” dengan cepat. Satu hari pasca Mubes tersebut, ia sudah merampungkan struktur kepengurusan di pusat.
“Saya dengan Majlis Pertimbangan Pengurus (MPP) kemarin (17/6), sudah merumuskan struktur kepengurusan di pusat. Tinggal kepengurusan di Rayon yang belum,” ujar Athwi sambil lalu menyatakan bahwa ia berencana akan mengubah format kepengurusan di Rayon.
“Kalau sebelumnya kepengurusan di Rayon hanya koordinator dan 2 anggota, insya Allah model semacam itu akan kami ubah. Yakni dengan membentuk Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Departemen-Departemen,” tambah santri yang mondok sejak tanggal 16 Juli 2000 itu.
Format seperti itu, menurut Athwi, lebih efektif daripada sebelumnya yang hanya melahirkan kesan bahwa tugas pengurus Rayon itu hanya sebatas sebagai penghalau santri tatkala pengajian kitab dan shalat jama’ah.
“Rencana ini sangat penting untuk diwujudkan karena kinerja pengurus Rayon selama ini tidak begitu signifikan. Dengan adanya perubahan seperti yang saya katakan barusan, maka pengurus Rayon akan lebih leluasa mengembangkan dan memajukan Rayon yang dipimpinnya,” kata Athwi panjang lebar saat ditemui di kantor Diniyah Latee usai shalat Jum’at (18/6).
Namun begitu, rencana tersebut masih akan dimusyawarahkan dengan MPP. “Bila tidak ada rintangan, besok malam akan kami rapatkan,” ujar santri yang lahir tanggal 26 Juli 1984 itu.
Tidak hanya itu. Athwi juga berencana akan merampungkan semua program di kepengurusan satu hari setelah Haflatul Imtihan Diniyah Latee (Hamdala) yang akan dilaksanakan pada tanggal 23 Juni nanti. “Tanggal 24 Juni nanti, satu hari setelah Hamdala, saya sudah komitmen untuk merumuskan program kerja PPA Latee masa bakti 2010/2011,” tegas pria yang kini masih tercatat sebagai mudir (kepala) Diniyah Latee itu.
Jumat, Juni 18, 2010
Pimpinan Pesantren se-NTB Kunjungi Annuqayah
Ach. Fannani Fudlaly R. & Fandrik Hs Putra, Sekretariat PPA
Guluk-Guluk—Rabu (16/6) kemarin, Annuqayah kedatangan tamu istimewa. Mereka adalah pimpinan pondok pesantren se-Nusa Tenggara Barat. Rombongan terdiri dari 132 pimpinan pondok pesantren se-NTB yang tergabung dalam Forum Kerjasama Pondok Pesantren (FKSPP). FKSPP beranggotakan 515 pondok pesantren.
Di awal acara, KH A. Warits Ilyas memberikan sambutan serta menceritakan selayang pandang Annuqayah kepada para rombongan yang hadir di Aula as-Syarqawi. “Ahlan wa sahlan di Pondok Pesantren Annuqayah,” kata beliau mengawal sambutan.
“Pada mulanya, Annuqayah dikenal dengan nama Pesantren Guluk-Guluk, dan nama Annuqayah diambil dari nama kitab kecil yang di dalamnya memuat berbagai ilmu,” lanjutnya.
Dalam sambutannya, ketua FKSPP menyampaikan maksud dan tujuan kunjungan ini. Selain belajar dari pondok pesantren yang dikunjungi, kunjungan juga dimaksudkan untuk mempererat tali silaturrahim di antara pondok pesantren.
“Ini merupakan asosiasi pondok pesantren se-NTB dalam mempererat tali silaturrahim yang tujuannya adalah belajar kepada pondok pesantren yang telah maju dan berkembang,” ungkap Tuan Guru H. Sofwan Hakim.
Annuqayah adalah pondok pesantren yang paling terakhir dikunjungi setelah berkeliling selama sepekan ke pondok pesantren yang ada di Pare, Cirebon, Gontor, Jepara, Bandung, Bogor dan Jakarta. “Ini kunjungan terakhir kami. Setelah ini langsung kembali ke NTB,” ungkap salah satu peserta rombongan yang tak menyebutkan namanya.
Kesan Istimewa
“Banyak kesan yang saya dapatkan di sini. Pesantren ini besar dan sudah berumur lebih seabad. Saya juga tidak menyangka kalau pesantren sebesar ini pertama kali didirikan dari kandang kuda,” ucap Ilham, salah satu rombongan setelah usai membaca sejarah berdirinya Annuqayah dari buku “Profil Pondok Pesantren Annuqayah” yang dibagikan pada acara itu.
Buku itu menggugah hatinya. Ia terketuk untuk berjalan-jalan ke beberapa daerah. Dengan handycam kecil di tangannya, bersama Pak Nurdi, salah satu rombongan lainnya, Ilham berjalan-jalan keliling Annuqayah.
Keduanya dimulai dari kampus STIK Annuqayah Putra menuju area STIK Annuqayah Putri, dilanjutkan ke MA 1 Annuqayah Putri, kemudian ke daerah Lubangsa dan Masjid Jamik Annuqayah, lalu bertolak ke aula As-Syarqawi melewati Latee.
Dalam perjalanan itu, banyak hal yang mereka dapat. Pertama, takjub terhadap pembangunan di lingkungan Annuqayah. Kedua, mereka tergugah karena Pesantren Annuqayah yang dalam pandangan mereka sudah terbilang modern masih sangat menjaga orang yang bukan muhrimnya. Mereka menyimpulkan hal itu karena melihat sekolah putra dan putri yang terpisah.
“Baru sekarang ini saya sampai ke Annuqayah. Kalau ke Madura sudah kedua kalinya. Pertama kali rombongan kami berkunjung ke sini adalah di salah satu pesantren yang terletak di Kabupaten Pamekasan. Tapi saya sudah lupa nama pesantrenya,” ungkap Tuan Guru Nurdi, pengasuh PP Riyadatul Ulum.
Sampai di depan Masjid Jamik Annuqayah, kedua rombongan yang berpisah dari peserta yang lain yang masih berada di dalam Aula as-Syarqawi itu menyatakan sudah tidak kuat berkeliling Annuqayah lagi. Alasannya, Annuqayah terlalu luas. Akhirnya perjalanan itu diakhiri hanya sampai di Masjid Jamik Annuqayah dan kembai lagi ke aula.
M Athwi Busthami Nakhkodai Latee
Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee
Guluk-Guluk—Rabu malam (16/6) kemarin, pukul 19.30 WIB, Musyawarah Besar (Mubes) PPA Latee dilangsungkan di mushalla Latee. Hadir dalam acara tersebut seluruh Pengurus Rayon, Pusat, Majlis Pertimbangan Pengasuh (MPP), dan Dewan Pengasuh. Pengasuh Latee (KH Ahmad Basyir AS) tidak ikut andil dalam acara tahunan itu karena kondisi fisik beliau yang tidak memungkinkan. Sedangkan Dewan Pengasuh hanya dihadiri oleh Drs KH Abd Wadud Munir.
“Kami memaklumi ketidakhadiran para Dewan Pengasuh, mungkin dilatarbelakangi oleh kesibukan atau halangan lainnya. Yang pasti, surat undangan dari panitia sudah menyebar kepada mereka,” ujar Abd. Kholiq, ketua panitia, tatkala sambutan.
Karena pengasuh berhalangan hadir, maka yang memberikan sambutan sekaligus pengarahan dalam acara tersebut diwakilkan kepada Drs KH Abd Wadud Munir. Beliau memberikan arahan agar ke depan siapa pun ketua pengurus yang terpilih dapat mengatur Latee dengan baik, terutama dalam hal kebersihan dan pengembangan keilmuan santri.
“Itulah yang perlu diperhatikan secara serius oleh ketua terpilih nanti beserta pengurus lainnya,” tegasnya.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, Mubes Latee ini diawali dengan Laporan Akhir Tahun (LAT) dari pengurus Harian kepada Dewan Pengasuh dan MPP. LAT inilah yang menyita waktu cukup alot. Sekitar satu jam lebih lamanya proses LAT berlangsung yang diwarnai dengan tanya jawab dan kritik membangun antara pengurus harian dengan Dewan Pengasuh dan MPP.
Seusai LAT, pemilihan pun digelar. Pemilihan ketua pengurus Latee masa khidmat 2010/2011 dikomando langsung oleh ketua Pansus, Abd Kholiq.
Seperti diperkirakan sebelumnya, pemilihan tersebut berlangsung cepat tanpa rintangan sedikit pun. Muaranya, M Athwi Busthami mendapatkan 27 suara, Sama’uddin 14, dan Abu Sairi 7. Sedangkan 2 suara dianggap tidak sah karena menyalahi aturan. Dari hasil tersebut, M Athwi Busthami dinyatakan terpilih sebagai ketua pengurus PPA Latee masa khidmat 2010/2011.
Patut disayangkan, terpilihnya M Athwi Busthami tanpa sepengetahuan dirinya. Dia tidak hadir dalam pemilihan tersebut karena mengurusi persiapan Haflatul Imtihan Diniyah Latee yang bakal dilaksanakan pada tanggal 23 Juni nanti.
Tepat pada pukul 22.45 WIB, acara diparipurnai dengan ramah tamah dan foto bersama antarpengurus. Meskipun sedikit menegangkan, Mubes 2010 ini berjalan sesuai harapan tanpa rintangan sedikit pun.
Kamis, Juni 17, 2010
Persiapan Mubes Latee Sudah Matang
Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee
Guluk-Guluk—Selasa malam (15/6) kemarin, pukul 21.30 WIB, Panitia Khusus (Pansus) Musyawarah Besar (Mubes) PPA Latee mengadakan rapat di gedung lantai II Latee untuk mempersiapkan segala hal yang berkenaan dengan Mubes. Sebagaimana tertuang dalam kalender kerja, malam tersebut merupakan gladi resik.
Setelah Abd. Kholiq, ketua Pansus, meminta laporan kepada segenap seksi, ternyata segalanya sudah siap, termasuk pula surat permohonan pinjaman dekor yang sebelumnya sempat terkendala.
“Awalnya kami pesimis surat permohonan peminjaman dekor kepada pengurus Latee II bisa dipenuhi. Sebab, di sana juga akan menyelenggarakan acara. Syukurlah acara tersebut tidak menggunakan dekor sebagaimana yang kita butuhkan,” beber Abd. Majid, Koordinator Seksi Kesekretariatan.
“Intinya, persiapan kita sudah matang, kan!,” tegas Kholiq yang diiyakan oleh seluruh peserta rapat.
Persiapan Mubes kali ini ditangani oleh tujuh orang. Sebenarnya ada sepuluh Pansus. Hanya saja tiga orang tidak aktif. Namun begitu, kekompakan dalam mengemban amanah kepanitian tertanam kuat dalam diri mereka.
“Berkurangnya panitia saya amati selama ini tidak berefek negatif terhadap kesemangatan panitia dalam bekerja. Sungguh ini merupakan suatu kebanggaan bagi saya selaku ketua,” ujar Kholiq dengan nada menggebu-gebu.
Kholiq juga mengingat-ingat tahun lalu yang jumlah panitianya mencapai 12 orang. Itupun aktif semua. “Saya tetap mengharap kepada teman-teman untuk istiqamah mempertahankan kesemangatannya. Apalagi, besok malam (16/6), Mubes bakal digelar sehabis jama’ah Isya’,” imbaunya.
Selesai musyawarah yang hanya menghabiskan waktu sekitar satu jam, Pansus menggunting huruf-huruf yang bakal dipampangkan di Dekor. Selanjutnya, mereka menjilidnya dengan hati-hati ke kain dekor. Mereka tampak ceria meskipun malam kian petang.
Guluk-Guluk—Selasa malam (15/6) kemarin, pukul 21.30 WIB, Panitia Khusus (Pansus) Musyawarah Besar (Mubes) PPA Latee mengadakan rapat di gedung lantai II Latee untuk mempersiapkan segala hal yang berkenaan dengan Mubes. Sebagaimana tertuang dalam kalender kerja, malam tersebut merupakan gladi resik.
Setelah Abd. Kholiq, ketua Pansus, meminta laporan kepada segenap seksi, ternyata segalanya sudah siap, termasuk pula surat permohonan pinjaman dekor yang sebelumnya sempat terkendala.
“Awalnya kami pesimis surat permohonan peminjaman dekor kepada pengurus Latee II bisa dipenuhi. Sebab, di sana juga akan menyelenggarakan acara. Syukurlah acara tersebut tidak menggunakan dekor sebagaimana yang kita butuhkan,” beber Abd. Majid, Koordinator Seksi Kesekretariatan.
“Intinya, persiapan kita sudah matang, kan!,” tegas Kholiq yang diiyakan oleh seluruh peserta rapat.
Persiapan Mubes kali ini ditangani oleh tujuh orang. Sebenarnya ada sepuluh Pansus. Hanya saja tiga orang tidak aktif. Namun begitu, kekompakan dalam mengemban amanah kepanitian tertanam kuat dalam diri mereka.
“Berkurangnya panitia saya amati selama ini tidak berefek negatif terhadap kesemangatan panitia dalam bekerja. Sungguh ini merupakan suatu kebanggaan bagi saya selaku ketua,” ujar Kholiq dengan nada menggebu-gebu.
Kholiq juga mengingat-ingat tahun lalu yang jumlah panitianya mencapai 12 orang. Itupun aktif semua. “Saya tetap mengharap kepada teman-teman untuk istiqamah mempertahankan kesemangatannya. Apalagi, besok malam (16/6), Mubes bakal digelar sehabis jama’ah Isya’,” imbaunya.
Selesai musyawarah yang hanya menghabiskan waktu sekitar satu jam, Pansus menggunting huruf-huruf yang bakal dipampangkan di Dekor. Selanjutnya, mereka menjilidnya dengan hati-hati ke kain dekor. Mereka tampak ceria meskipun malam kian petang.
Kamis, Juni 10, 2010
Imbau Santri Lebih Disiplin
Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee
Guluk-Guluk—Rabu malam kemarin (9/6), seusai shalat berjama’ah di mushalla Latee, Abu Sairi, Ketua Pengurus Latee, mengingatkan santri agar tetap disiplin dalam mematuhi peraturan pesantren. Penegasan ini dilakukan, kata Abu, karena melihat adanya beberapa santri yang abai terhadap peraturan yang telah dirumuskan pesantren.
Abu sangat prihatin menyaksikan santri kelas akhir tingkat SLTA yang tidak sedikit berhenti mondok tanpa sepengetahuan pihak pengurus. Umumnya, mereka hanya sebatas pamit kepada kiai.
“Bagi adik-adik santri yang akan berhenti, tetap diharuskan secara prosedural. Bila tidak, hal itu hanya akan merusak administrasi kepesantrenan,” tegas Abu.
Selain itu, Abu juga mengingatkan santri yang duduk di kelas satu dan kelas dua SMA Annuqayah agar tetap mengikuti kegiatan pesantren meskipun sudah selesai ujian.
“Sekolah formal libur, bukan berarti kegiatan pesantren libur pula,” tambahnya. Oleh sebab itu, Abu telah membuat peraturan baru terkait dengan kedisiplinan tersebut.
“Mulai malam ini, dari jam 21.30 WIB sampai 22.00 WIB, santri kelas satu dan dua SMA harap hadir ke kantor pesantren untuk mengisi daftar hadir. Ini dilakukan guna mengantisipasi santri yang pulang tanpa sepengetahuan pengurus,” katanya.
Khusus santri MTs, MA, dan MA Tahfidh, Abu menganjurkan agar lebih giat dalam belajar. “Adik-adik yang masih belum selesai ujian, saya harap agar lebih meningkatkan belajarnya. Manfaatkanlah dengan baik jam belajar yang telah kami sediakan,” pungkasnya.
Guluk-Guluk—Rabu malam kemarin (9/6), seusai shalat berjama’ah di mushalla Latee, Abu Sairi, Ketua Pengurus Latee, mengingatkan santri agar tetap disiplin dalam mematuhi peraturan pesantren. Penegasan ini dilakukan, kata Abu, karena melihat adanya beberapa santri yang abai terhadap peraturan yang telah dirumuskan pesantren.
Abu sangat prihatin menyaksikan santri kelas akhir tingkat SLTA yang tidak sedikit berhenti mondok tanpa sepengetahuan pihak pengurus. Umumnya, mereka hanya sebatas pamit kepada kiai.
“Bagi adik-adik santri yang akan berhenti, tetap diharuskan secara prosedural. Bila tidak, hal itu hanya akan merusak administrasi kepesantrenan,” tegas Abu.
Selain itu, Abu juga mengingatkan santri yang duduk di kelas satu dan kelas dua SMA Annuqayah agar tetap mengikuti kegiatan pesantren meskipun sudah selesai ujian.
“Sekolah formal libur, bukan berarti kegiatan pesantren libur pula,” tambahnya. Oleh sebab itu, Abu telah membuat peraturan baru terkait dengan kedisiplinan tersebut.
“Mulai malam ini, dari jam 21.30 WIB sampai 22.00 WIB, santri kelas satu dan dua SMA harap hadir ke kantor pesantren untuk mengisi daftar hadir. Ini dilakukan guna mengantisipasi santri yang pulang tanpa sepengetahuan pengurus,” katanya.
Khusus santri MTs, MA, dan MA Tahfidh, Abu menganjurkan agar lebih giat dalam belajar. “Adik-adik yang masih belum selesai ujian, saya harap agar lebih meningkatkan belajarnya. Manfaatkanlah dengan baik jam belajar yang telah kami sediakan,” pungkasnya.
Rabu, Juni 09, 2010
Robert Kingham Resmikan MRC dan UKS MTs 3 Annuqayah
Siti Nujaimatur Ruqayyah, PPA Karang Jati Putri (Assaudah)
GULUK-GULUK— Senin (07/06) kemarin, peresmian Madrasah Resources Center (MRC) dan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) MTs 3 Annuqayah oleh pihak LAPIS (Learning Asistence Program For Islamic School) INTEGRASI dilaksanakan. Robert Kingham, LAPIS Senior Technical Adviser, dan Alison Atwell, beserta mitra LAPIS dari berbagai lembaga madrasah yang lain turut hadir dalam acara tersebut.
Tepat pukul 11.11 WIB acara dimulai setelah sebelumnya para tamu yang hadir berkeliling ke berbagai unit (Perpustakaan, Kantin, dan tempat lainnya) di lingkungan Madaris 3 Annuqayah. Acara yang bertempat di aula Madaris 3 itu berlangsung formal, dibuka dengan pembacaan basmalah bersama kemudian dilanjut dengan sambutan-sambutan serta peresmian MRC dan UKS oleh Robert Kingham yang ditandai dengan pengguntingan pita.
Namun demikian, penampilan yel-yel dari siswi MTs 3 Annuqayah dan sing a song serta line dancing dari Edelweiss English Club KGCC #005 Madaris 3 Annuqayah telah memeriahkan acara tersebut. Apalagi MC acara juga dikemas dengan dua bahasa, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Suguhan makanan acara ini sengaja memilih sajian yang berbahan pangan lokal, seperti: korket, kaleppon, tattabun, dan makanan lokal lainnya. Minumannya pun mengambil dari khazanah Madura yaitu la’ang. Semua ini semakin menambah suasana nyaman bagi para undangan. Hal itu tampak saat mereka berebutan mengambil suguhan itu sebelum acara berlangsung. Tampak mereka memborong makanan itu ke ruang acara untuk dinikmati saat acara berlangsung.
Selain itu, PSG (Pemulung Sampah Gaul), AMC (Astronomi Madaris Club), dan siswi jurusan IPA SMA 3 Annuqayah turut berperan serta dengan mengadakan taman sains, memamerkan berbagai karya mereka. Taman Sains itu bertempat di sebelah utara kantor MTs 3 Annuqayah.
“Sebagai siswi Madaris 3, tentu mereka memang harus berpartisipasi, minimal sebagai ungkapan rasa terima kasih terhadap bantuan LAPIS,” kata Hamilatun, anggota Edelweiss dan alumnus SMA 3 Annuqayah, yang ikut tampil dalam acara tersebut.
Pendirian MRC dan UKS di MTs 3 Annuqayah merupakan bagian dari program LAPIS AusAID. Dana yang disalurkan dari LAPIS INTEGRASI di MTs 3 ini telah dikelola untuk mengembangkan berbagai sarana di MTs 3. Di antaranya telah digunakan untuk membangun kantin, taman bunga, MRC, UKS, dan untuk memperbaiki fasilitas lainnya.
MRC yang terletak di sebelah Perpustakaan Madaris 3 Annuqayah ini awalnya biasa digunakan sebagai ruang kelas. Saat ini ruang itu telah memiliki berbagai fasilitas, seperti 3 unit komputer, 2 unit printer, 1 unit TV, 1 unit DVD player, 1 unit tape recorder, layar proyektor, buku-buku sebagai bahan referensi, serta berbagai layanan lain yang dapat meningkatkan kompetensi guru dan siswa. Selain itu di sana juga ada alat peraga sains dan Matematika. “Pokoknya MRC benar-benar bermanfaat. Saya bisa belajar dengan lebih menyenangkan,” ungkap Ummu Naqiatin, siswi kelas IX A MTs 3 saat dimintai tanggapannya mengenai keberadaan MRC di sekolahnya.
Sedangkan UKS terletak di sebelah selatan kantor MTs 3 bagian putri. Ruangan ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana kesehatan untuk meningkatkan kualitas kesehatan peserta anak didik di sekolah.
M. Faizi, Direktur Madaris 3 Annuqayah, dalam sambutannya mengatakan bahwa Madaris 3 memang telah berupaya untuk memaksimalkan bantuan LAPIS INTEGRASI yang diberikan kepada MTs 3 Annuqayah, agar dapat berfungsi dengan baik. “Tentu saja segala bentuk bantuan diharapkan jangan sampai dinodai,” ucap Kepala Kantor Departemen Agama Sumenep, H. Imron Rasyidi, SH, M.Si, dalam sambutannya.
Lain halnya dengan Robert Kingham. Ia tak mau menyebut pemberian LAPIS ini sebagai bantuan. Ia mengatakan bahwa semuanya hanyalah sebagai bentuk dorongan. MTs 3 Annuqayah ini sudah dianggapnya mampu, hanya saja masih membutuhkan arahan dan dukungan saja. “Jika kita umpamakan dengan menyeberang jembatan. Sekolah ini bukan tak mampu untuk berjalan. Tapi hanya butuh dorongan saja untuk sampai pada tujuan,” tuturnya dalam bahasa Indonesia meski dengan belepotan.
Setelah memberi sambutan, Robert Kingham menandatangani prasasti. Saat itu mulailah tepuk tangan memenuhi ruang aula. Peresmian MRC dan UKS MTs 3 Annuqayah yang ditandai dengan pengguntingan pita pun segera dimulai. Seluruh peserta acara beramai-ramai mengunjungi MRC––tempat pengguntingan pita, untuk menyaksikan peresmian tersebut. Tepuk tangan kembali terdengar, semakin memeriahkan acara yang berakhir pada pukul 12.30 WIB itu.
Acara berakhir. Namun para undangan masih kembali berkumpul untuk mengikuti acara makan bersama di sebelah timur kantor MTs 3 Annuqayah. AMC (Astronomi Madaris Club) pun masih ingin menampilkan aksi mereka dengan meluncurkan roket air buatan mereka. “Kita juga masih ingin membuat para tamu terhibur sebelum mereka pulang,” kata Muniratul Himmah, salah satu anggota AMC (Astronomi Madaris Club) yang tampaknya paling bersemangat di antara yang lain.
Tulisan ini dikutip dari Blog Madaris 3 Annuqayah.
Selasa, Juni 08, 2010
OPTIMA-3, Optimalkan Purna Pendidikan Siswa SMA 3 Annuqayah
Ummul Karimah, siswa kelas XII IPA SMA 3 Annuqayah
Bagi siswa kelas akhir tingkat SLTA, mungkin sekaranglah waktunya santai dan berleha-leha. Tapi tidak bagi siswa SMA 3 Annuqayah. Mereka kini disibukkan oleh tanggung jawab yang mulia. Tantangan yang sulit namun memikat.
Setelah melalui proses penggodokan, dari acara pra OPTIMA-3 (Orientasi Pengabdian dan Terapan Intelektual Madaris 3 Annuqayah) selama 3 hari (16-18/04), dan OPTIMA-3 selama 5 hari (20-24/04), siswa kelas akhir SMA 3 Annuqayah akhirnya diresmikan untuk magang di masing-masing unit Madaris 3 Annuqayah (28/04-02/05). Siswa yang berjumlah 57 orang itu dibagi menjadi 5 kelompok untuk ditugaskan di lembaga SMA, MI, MTs, perpustakaan, dan MRC (Madrasah Resources Center).
Selama pelaksanaan OPTIMA-3 ini, para peserta disuguhi berbagai materi. Di antaranya tentang: mencari jaringan (mengembangkan wawasan dalam mencari mitra), menjadi pemimpin yang profesional, perempuan karier, analisa diri, dan masih banyak yang lainnya. Adapun nara sumber dari materi-materi tersebut adalah para dosen yang telah lulus pasca sarjana S2. Hal tersebut sengaja dilakukan panitia agar OPTIMA-3 kali ini benar-benar dapat mengasah kecanggihan intelektual siswa.
“Kalau tahun-tahun sebelumnya nara sumbernya guru SMA 3 Annuqayah sendiri, sekarang kami persembahkan yang baru. Semoga siswa bisa lebih semangat,” tambah Hamilatun, alumnus siswa SMA 3 Annuqayah yang merupakan ketua panitia dalam acara tersebut.
Selain mengikuti materi pada siang hari, mereka juga disibukkan oleh kegiatan pada malam hari. Yakni mereka mengaji al-Qur’an bersama selepas makmum Maghrib dan Isya’. Usai mengaji mereka harus bersiap-siap mengikuti pengajian kitab kuning yang diisi oleh K.H. Wakid Yusuf, guru bidang studi Nahwu (ilmu yang mempelajari cara baca kitab yang baik) di SMA 3 Annuqayah. Setelah itu barulah mereka bisa berkumpul untuk bercerita tentang suka-duka yang mereka rasa.
Inspirator kegiatan OPTIMA-3, K.H. Ahmad Hazim, menuturkan bahwa acara ini awalnya adalah tuntutan untuk mengkondisikan siswa kelas akhir. Hal ini dirasa sangat perlu untuk direalisasikan dalam sebuah kegiatan, mengingat adanya kecaman dan tudingan dari beberapa guru dan masyarakat sekitar yang mengatakan bahwa biasanya siswa kelas akhir bersifat nakal dan tak bisa diatur. Lebih-lebih saat mereka menunggu kelulusan. Maka untuk mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan, lalu diadakanlah acara OPTIMA-3—tiga kegiatan yang disatukan dalam satu paket ini.
“Awalnya siswa memang bersikap frontal dan tidak mau diatur dalam bentuk apa pun. Tapi setelah acara yang berasal dari kata bakti alumni ini dibungkus dalam serangkaian kegiatan yang menarik, mereka lantas merasa asyik dan ketagihan. Alhamdulillah sudah tiga kali berjalan sejak 2008 lalu,” papar bapak pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah daerah Nurul Hikmah yang kini menjabat sebagai guru bidang studi sejarah di SMA 3 Annuqayah ini.
Mereka amat menikmati momen ini. Tak ada protes terlontar dari mulut mereka atau bahkan aksi demo. Mereka lalui hari-hari dan kebersamaan yang hampir usai itu. Tawa, air mata, dan sulaman kisah berwarna juga ikut menyaksikan betapa persahabatan dan persaudaraan begitu melekat dalam jiwa mereka.
Kebersamaan itu sangat terasa saat mereka bermalam di SMA 3 Annuqayah selama 5 hari dalam acara tersebut. Hingga jadwal yang padat tak menjadi masalah bagi mereka. Bahkan mereka terus memancarkan aura semangat yang menagalir sepanjang hari.
Semangat yang begitu merah itu, salah-satunya dirasakan oleh Siti Nujaimatur Ruqayyah. Dara asal desa Tambuko yang pernah meraih teladan pada tahun 2006 di tingkat MTs ini mengaku tak kan menyia-nyiakan saat-saat terakhir bersama teman-temannya dalam keadaan lemah dan loyo. Ia juga mengaku akan memberikan yang terbaik bagi Madari 3 Annuqayah.
“Saya tak tahu apa yang harus saya berikan untuk lembaga. Saya pun tak punya apa-apa, kecuali pengabdian yang bisa saya terapkan dalam acara OPTIMA-3 ini. Saya akan maksimalkan pengabdian yang hanya sebulan ini untuk memberikan yang terbaik. Kawan, ayo semangat! Semangat!” ungkapnya sambil mengepalkan tangan dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
Acara OPTIMA-3 ini memang dirasa sangat bermanfaat bagi seluruh kalangan Madaris 3 Annuqayah. Baik guru maupun siswa itu sendiri. Selain dapat membantu mengurus Madaris 3, OPTIMA-3 juga dapat membantu alumni mengembangkan intelektual untuk menghadapi dunia baru dan tantangan zaman.
Mencetak kader yang berwawasan luas dan berakhlakul karimah memang merupakan visi-misi lembaga Madaris 3 Annuqayah. Madaris 3 Annuqayah adalah sebuah lembaga yang berada di bawah naungan Annuqayah. Di dalamnya terdiri 3 unit lembaga. Nama lembanganya: MI, MTs, dan SMA.
Jika di lembaga-lembaga pesantren lain ada yang dibaur dengan para santri putra, namun lain halnya dengan lembaga ini yang hanya dikhususkan untuk kaum hawa. Para siswa Madaris 3 Annuqayah ini diasah untuk dapat menjadi kader yang berguna bagi bangsa dan agama.
“Kegiatan OPTIMA-3 ini sangat berpengaruh sekali bagi mental siswa. Jadi jangan sia-siakan kegiatan ini. Mari asah intelektual kalian saat ini. Lalu tuangkan saat kalian telah menjadi manusia yang benar-benar manusia,” saran M. Faizi dengan nada memberi semangat.
Apresisasi juga diberikan oleh H. Mahfud Manaf, selaku Kepala Sekolah di lembaga MI 3 Annuqayah. beliau mengaku bahwa OPTIMA-3 kali ini benar-benar sangat bermanfaat bagi lembaganya. “Kalau ada kelas kosong, mereka bisa ngisi dengan belajar dan bermain bersama anak-anak. Jadi tak ada waktu belajar yang terbuang. Dan saya lihat anak-anak senag dengan para peserta OPTIMA-3 ini,” tuturnya.
Hingga pada akhirnya, akan tiba saatnya air mata berlinang dan menetes dari mata bening para siswa. Lantaran begitu berat hati mereka meninggalkan lembaga tercinta. Namun pada kenyataan yang ada, mau tidak mau mereka harus melangkahkan kaki membawa ribuan kenangan manis yang mereka rajut sedari dulu. Mereka harus meneruskan perjalanan panjang untuk menuju titik sempurna: cita, citra, dan cinta.
Kawan, melajulah! Perahu menantimu di seberang sana.
Bawalah nama Madaris 3 Annuqayah dalam setiap derap langkahmu. Harumkan ia dengan citramu. Lalu kembalilah lagi ke Madaris 3 barang sebentar. Untuk sekedar mewarnai kembali cacatan tercecer di antara rumput-rumput liar halaman sekolah. Atau untuk memberikan seluruh jiwa dan ragamu seutuhnya.
Tulisan ini dimuat di Forum Muda Kompas Jawa Timur, 22 Mei 2010.
Bagi siswa kelas akhir tingkat SLTA, mungkin sekaranglah waktunya santai dan berleha-leha. Tapi tidak bagi siswa SMA 3 Annuqayah. Mereka kini disibukkan oleh tanggung jawab yang mulia. Tantangan yang sulit namun memikat.
Setelah melalui proses penggodokan, dari acara pra OPTIMA-3 (Orientasi Pengabdian dan Terapan Intelektual Madaris 3 Annuqayah) selama 3 hari (16-18/04), dan OPTIMA-3 selama 5 hari (20-24/04), siswa kelas akhir SMA 3 Annuqayah akhirnya diresmikan untuk magang di masing-masing unit Madaris 3 Annuqayah (28/04-02/05). Siswa yang berjumlah 57 orang itu dibagi menjadi 5 kelompok untuk ditugaskan di lembaga SMA, MI, MTs, perpustakaan, dan MRC (Madrasah Resources Center).
Selama pelaksanaan OPTIMA-3 ini, para peserta disuguhi berbagai materi. Di antaranya tentang: mencari jaringan (mengembangkan wawasan dalam mencari mitra), menjadi pemimpin yang profesional, perempuan karier, analisa diri, dan masih banyak yang lainnya. Adapun nara sumber dari materi-materi tersebut adalah para dosen yang telah lulus pasca sarjana S2. Hal tersebut sengaja dilakukan panitia agar OPTIMA-3 kali ini benar-benar dapat mengasah kecanggihan intelektual siswa.
“Kalau tahun-tahun sebelumnya nara sumbernya guru SMA 3 Annuqayah sendiri, sekarang kami persembahkan yang baru. Semoga siswa bisa lebih semangat,” tambah Hamilatun, alumnus siswa SMA 3 Annuqayah yang merupakan ketua panitia dalam acara tersebut.
Selain mengikuti materi pada siang hari, mereka juga disibukkan oleh kegiatan pada malam hari. Yakni mereka mengaji al-Qur’an bersama selepas makmum Maghrib dan Isya’. Usai mengaji mereka harus bersiap-siap mengikuti pengajian kitab kuning yang diisi oleh K.H. Wakid Yusuf, guru bidang studi Nahwu (ilmu yang mempelajari cara baca kitab yang baik) di SMA 3 Annuqayah. Setelah itu barulah mereka bisa berkumpul untuk bercerita tentang suka-duka yang mereka rasa.
Inspirator kegiatan OPTIMA-3, K.H. Ahmad Hazim, menuturkan bahwa acara ini awalnya adalah tuntutan untuk mengkondisikan siswa kelas akhir. Hal ini dirasa sangat perlu untuk direalisasikan dalam sebuah kegiatan, mengingat adanya kecaman dan tudingan dari beberapa guru dan masyarakat sekitar yang mengatakan bahwa biasanya siswa kelas akhir bersifat nakal dan tak bisa diatur. Lebih-lebih saat mereka menunggu kelulusan. Maka untuk mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan, lalu diadakanlah acara OPTIMA-3—tiga kegiatan yang disatukan dalam satu paket ini.
“Awalnya siswa memang bersikap frontal dan tidak mau diatur dalam bentuk apa pun. Tapi setelah acara yang berasal dari kata bakti alumni ini dibungkus dalam serangkaian kegiatan yang menarik, mereka lantas merasa asyik dan ketagihan. Alhamdulillah sudah tiga kali berjalan sejak 2008 lalu,” papar bapak pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah daerah Nurul Hikmah yang kini menjabat sebagai guru bidang studi sejarah di SMA 3 Annuqayah ini.
Mereka amat menikmati momen ini. Tak ada protes terlontar dari mulut mereka atau bahkan aksi demo. Mereka lalui hari-hari dan kebersamaan yang hampir usai itu. Tawa, air mata, dan sulaman kisah berwarna juga ikut menyaksikan betapa persahabatan dan persaudaraan begitu melekat dalam jiwa mereka.
Kebersamaan itu sangat terasa saat mereka bermalam di SMA 3 Annuqayah selama 5 hari dalam acara tersebut. Hingga jadwal yang padat tak menjadi masalah bagi mereka. Bahkan mereka terus memancarkan aura semangat yang menagalir sepanjang hari.
Semangat yang begitu merah itu, salah-satunya dirasakan oleh Siti Nujaimatur Ruqayyah. Dara asal desa Tambuko yang pernah meraih teladan pada tahun 2006 di tingkat MTs ini mengaku tak kan menyia-nyiakan saat-saat terakhir bersama teman-temannya dalam keadaan lemah dan loyo. Ia juga mengaku akan memberikan yang terbaik bagi Madari 3 Annuqayah.
“Saya tak tahu apa yang harus saya berikan untuk lembaga. Saya pun tak punya apa-apa, kecuali pengabdian yang bisa saya terapkan dalam acara OPTIMA-3 ini. Saya akan maksimalkan pengabdian yang hanya sebulan ini untuk memberikan yang terbaik. Kawan, ayo semangat! Semangat!” ungkapnya sambil mengepalkan tangan dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
Acara OPTIMA-3 ini memang dirasa sangat bermanfaat bagi seluruh kalangan Madaris 3 Annuqayah. Baik guru maupun siswa itu sendiri. Selain dapat membantu mengurus Madaris 3, OPTIMA-3 juga dapat membantu alumni mengembangkan intelektual untuk menghadapi dunia baru dan tantangan zaman.
Mencetak kader yang berwawasan luas dan berakhlakul karimah memang merupakan visi-misi lembaga Madaris 3 Annuqayah. Madaris 3 Annuqayah adalah sebuah lembaga yang berada di bawah naungan Annuqayah. Di dalamnya terdiri 3 unit lembaga. Nama lembanganya: MI, MTs, dan SMA.
Jika di lembaga-lembaga pesantren lain ada yang dibaur dengan para santri putra, namun lain halnya dengan lembaga ini yang hanya dikhususkan untuk kaum hawa. Para siswa Madaris 3 Annuqayah ini diasah untuk dapat menjadi kader yang berguna bagi bangsa dan agama.
“Kegiatan OPTIMA-3 ini sangat berpengaruh sekali bagi mental siswa. Jadi jangan sia-siakan kegiatan ini. Mari asah intelektual kalian saat ini. Lalu tuangkan saat kalian telah menjadi manusia yang benar-benar manusia,” saran M. Faizi dengan nada memberi semangat.
Apresisasi juga diberikan oleh H. Mahfud Manaf, selaku Kepala Sekolah di lembaga MI 3 Annuqayah. beliau mengaku bahwa OPTIMA-3 kali ini benar-benar sangat bermanfaat bagi lembaganya. “Kalau ada kelas kosong, mereka bisa ngisi dengan belajar dan bermain bersama anak-anak. Jadi tak ada waktu belajar yang terbuang. Dan saya lihat anak-anak senag dengan para peserta OPTIMA-3 ini,” tuturnya.
Hingga pada akhirnya, akan tiba saatnya air mata berlinang dan menetes dari mata bening para siswa. Lantaran begitu berat hati mereka meninggalkan lembaga tercinta. Namun pada kenyataan yang ada, mau tidak mau mereka harus melangkahkan kaki membawa ribuan kenangan manis yang mereka rajut sedari dulu. Mereka harus meneruskan perjalanan panjang untuk menuju titik sempurna: cita, citra, dan cinta.
Kawan, melajulah! Perahu menantimu di seberang sana.
Bawalah nama Madaris 3 Annuqayah dalam setiap derap langkahmu. Harumkan ia dengan citramu. Lalu kembalilah lagi ke Madaris 3 barang sebentar. Untuk sekedar mewarnai kembali cacatan tercecer di antara rumput-rumput liar halaman sekolah. Atau untuk memberikan seluruh jiwa dan ragamu seutuhnya.
Tulisan ini dimuat di Forum Muda Kompas Jawa Timur, 22 Mei 2010.
Label:
Kutipan Berita,
SMA 3 Annuqayah
PSG Ikuti Acara Maulid Hijau
Ummul Karimah & Siti Nujaimatur Ruqayyah, PPA Karang Jati Putri (Assaudah)
GULUK-GULUK—Pada tanggal 14-16 Mei yang lalu, Pemulung Sampah Gaul (PSG) SMA 3 Annuqayah mengikuti acara Maulid Hijau yang dilaksanakan oleh masyarakat di sekitar Ranu Lemongan/Ranu Klakah yang ada di Desa Tegal Randu, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Kegiatan ini sebenarnya merupakan kampanye untuk kegiatan penghijauan. Format kegiatannya berupa penggabungan antara Maulid Nabi, kegiatan pelestarian lingkungan dan seni budaya seperti penghijauan di sekitar Ranu Lemongan, Gunung Lemongan, pagelaran kesenian tradisional, kompetisi perlombaan tradisional serta upacara selamatan desa.
Pemulung Sampah Gaul mengirim tujuh orang delegasi untuk berpartisipasi dalam mengikuti acara yang telah berlangsung sejak tahun 2006 itu. Tujuh orang itu terdiri dari 3 orang dari Tim Sampah Plastik, 2 orang dari Tim Konservasi Pangan Lokal, 1 orang dari Tim Pupuk Organik, dan 1 orang guru pendamping.
“Rupanya mereka ingin memberikan yang terbaik untuk PSG, hingga kurang rasanya jika saya hanya mengacungkan dua jempol untuk menilai semangat mereka,” ungkap Mus’idah, guru pendamping yang hadir dalam acara itu.
Rombongan PSG tiba di Lumajang pada Jum’at dini hari, 14 Mei, pukul 02.00 WIB. Mereka beristirahat, melepas lelah sejenak, di rumah Iklilah, alumnus SMA 3 Annuqayah, yang kebetulan hanya berjarak sekitar 25 km dari lokasi pameran. Rombongan baru mulai beraktivitas pada pagi harinya, mulai dari menghias stan sampai menata dekor dan barang-barang yang akan dipamerkan. Semua bisa cepat terselesaikan dan pastinya tak kalah saing dengan stan yang lain, meski hanya dengan tenaga kerja para kaum hawa.
Selama acara berlangsung, banyak pengetahuan yang mereka peroleh. Di antaranya mengikuti lokakarya pembuatan topeng di stan Mbah Harryadjie Bs, seniman Nusantara, yang bersebelahan dengan stan PSG.
Selain pengetahuan membuat topeng dari sampah organik, ada pula yang berkesempatan mengikuti acara pelatihan yang bertajuk “Menjadi Politikus”. Acara yang masih satu paket dengan acara Maulid Hijau tersebut diikuti oleh Indah Susanti dan Muflihah. Meski pelatihan tersebut tentang politik, mereka mengaku sangat menikmati acara itu. “Ternyata politik itu tak seburuk yang saya kira, tergantung siapa yang memainkannya,” ungkap Indah Susanti, ketua PSG, saat bercerita kepada teman-temannya setelah kembali dari acara pelatihan tersebut.
Ada pula dari mereka yang berkesempatan berkunjung ke rumah Mbah Tjitra, sahabat sekaligus asisten Ir. Soekarno yang masih hidup dan berumur 108 tahun. “Saya merasa diseret kembali pada tahun 1940-an. Bangunan rumahnya yang unik dan penulisan tanggal pembangunan di setiap tembok hanya bisa bikin saya geleng-geleng takjub. Yang paling penting, semangatnya itu lho… Kok masih bisa naik-turun Gunung Lemongan untuk menanam pohon di usinya yang sudah renta,” tutur Ummul Karimah yang kebetulan ikut mendaki Gunung Lemongan untuk berkunjung ke basecamp Laskar Hijau.
Mbah Matruki dan Hutan Buah
Selain Mbah Tjitro, ada pula sosok yang sudah satu tubuh dengan alam. Mbah Matruki, mantan Kepala Desa Tegal Randu, bercerita sekilas tentang Laskar Hijau. Dia menuturkan bahwa Laskar Hijau adalah komunitas yang lahir pada tahun 2006 atas inisiatif K. Abdullah al-Kudus dan didasari atas kepedulian terhadap lingkungan.
Selain mengadakan acara Maulid Hijau ini, mereka juga melakukan penghijauan di Gunung Lemongan setiap hari. “Mereka punya mimpi menjadikan Gunung Lemongan sebagai hutan buah. Bukan untuk kita, tapi untuk anak cucu kita bersama,” tambah penduduk Desa Tegal Randu yang berasal dari Pamekasan ini.
Ke Celleng, sapaan akrab dari Mbah Matruki, awalnya hanyalah penduduk baru yang dianggap aneh oleh masyarakat Desa Tegal Randu karena kebiasaannya menanam pohon setiap hari. Mbah awalnya juga tidak disukai oleh penduduk, namun pada akhirnya setelah Mbah Matruki berhasil menghijaukan sekitar Ranu Klakah, para penduduk menyadari bahwa bumi saat ini telah “berubah sikap” kepada kita. Hal itu dilihat dari kejadian-kejadian bencana alam yang terjadi di seluruh dunia.
Sejak saat itu, pada 2006 lalu, K. Abdullah al-Kudus, salah satu tokoh masyarakat Desa Tegal Randu mengajak para penduduk untuk bersikap ramah dan cinta kepada lingkungan. Dan berdirilah komunitas Laskar Hijau yang kini dipercaya sebagai singa Desa Tegal Randu.
“Semoga siswi SMA 3 Annuqayah juga bisa meniru langkah Mbah Matruki yang telah menyulap Tegal Randu menjadi desa hijau,” kata Mus’idah berharap.
Acara berakhir pada hari Ahad, 16 Mei. Namun anggota PSG tidak mengikuti acara penutupan sampai selesai. Mereka harus bersiap-siap untuk kepulangan ke Sumenep. Tapi kepulangan mereka sedikit tertunda karena sebagian dari mereka ada yang tidak enak badan. Akhirnya rombongan pulang menuju Guluk-Guluk pada Senin, 17 Mei dini hari.
Setibanya di Guluk-Guluk, rombongan yang hadir ke acara Maulid Hijau ini berbagi pengalamannya pada kawan-kawan siswa SMA 3 Annuqayah pada Selasa, 18 Mei.
Tulisan ini dikutip dari Blog Madaris 3 Annuqayah.
GULUK-GULUK—Pada tanggal 14-16 Mei yang lalu, Pemulung Sampah Gaul (PSG) SMA 3 Annuqayah mengikuti acara Maulid Hijau yang dilaksanakan oleh masyarakat di sekitar Ranu Lemongan/Ranu Klakah yang ada di Desa Tegal Randu, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Kegiatan ini sebenarnya merupakan kampanye untuk kegiatan penghijauan. Format kegiatannya berupa penggabungan antara Maulid Nabi, kegiatan pelestarian lingkungan dan seni budaya seperti penghijauan di sekitar Ranu Lemongan, Gunung Lemongan, pagelaran kesenian tradisional, kompetisi perlombaan tradisional serta upacara selamatan desa.
Pemulung Sampah Gaul mengirim tujuh orang delegasi untuk berpartisipasi dalam mengikuti acara yang telah berlangsung sejak tahun 2006 itu. Tujuh orang itu terdiri dari 3 orang dari Tim Sampah Plastik, 2 orang dari Tim Konservasi Pangan Lokal, 1 orang dari Tim Pupuk Organik, dan 1 orang guru pendamping.
“Rupanya mereka ingin memberikan yang terbaik untuk PSG, hingga kurang rasanya jika saya hanya mengacungkan dua jempol untuk menilai semangat mereka,” ungkap Mus’idah, guru pendamping yang hadir dalam acara itu.
Rombongan PSG tiba di Lumajang pada Jum’at dini hari, 14 Mei, pukul 02.00 WIB. Mereka beristirahat, melepas lelah sejenak, di rumah Iklilah, alumnus SMA 3 Annuqayah, yang kebetulan hanya berjarak sekitar 25 km dari lokasi pameran. Rombongan baru mulai beraktivitas pada pagi harinya, mulai dari menghias stan sampai menata dekor dan barang-barang yang akan dipamerkan. Semua bisa cepat terselesaikan dan pastinya tak kalah saing dengan stan yang lain, meski hanya dengan tenaga kerja para kaum hawa.
Selama acara berlangsung, banyak pengetahuan yang mereka peroleh. Di antaranya mengikuti lokakarya pembuatan topeng di stan Mbah Harryadjie Bs, seniman Nusantara, yang bersebelahan dengan stan PSG.
Selain pengetahuan membuat topeng dari sampah organik, ada pula yang berkesempatan mengikuti acara pelatihan yang bertajuk “Menjadi Politikus”. Acara yang masih satu paket dengan acara Maulid Hijau tersebut diikuti oleh Indah Susanti dan Muflihah. Meski pelatihan tersebut tentang politik, mereka mengaku sangat menikmati acara itu. “Ternyata politik itu tak seburuk yang saya kira, tergantung siapa yang memainkannya,” ungkap Indah Susanti, ketua PSG, saat bercerita kepada teman-temannya setelah kembali dari acara pelatihan tersebut.
Ada pula dari mereka yang berkesempatan berkunjung ke rumah Mbah Tjitra, sahabat sekaligus asisten Ir. Soekarno yang masih hidup dan berumur 108 tahun. “Saya merasa diseret kembali pada tahun 1940-an. Bangunan rumahnya yang unik dan penulisan tanggal pembangunan di setiap tembok hanya bisa bikin saya geleng-geleng takjub. Yang paling penting, semangatnya itu lho… Kok masih bisa naik-turun Gunung Lemongan untuk menanam pohon di usinya yang sudah renta,” tutur Ummul Karimah yang kebetulan ikut mendaki Gunung Lemongan untuk berkunjung ke basecamp Laskar Hijau.
Mbah Matruki dan Hutan Buah
Selain Mbah Tjitro, ada pula sosok yang sudah satu tubuh dengan alam. Mbah Matruki, mantan Kepala Desa Tegal Randu, bercerita sekilas tentang Laskar Hijau. Dia menuturkan bahwa Laskar Hijau adalah komunitas yang lahir pada tahun 2006 atas inisiatif K. Abdullah al-Kudus dan didasari atas kepedulian terhadap lingkungan.
Selain mengadakan acara Maulid Hijau ini, mereka juga melakukan penghijauan di Gunung Lemongan setiap hari. “Mereka punya mimpi menjadikan Gunung Lemongan sebagai hutan buah. Bukan untuk kita, tapi untuk anak cucu kita bersama,” tambah penduduk Desa Tegal Randu yang berasal dari Pamekasan ini.
Ke Celleng, sapaan akrab dari Mbah Matruki, awalnya hanyalah penduduk baru yang dianggap aneh oleh masyarakat Desa Tegal Randu karena kebiasaannya menanam pohon setiap hari. Mbah awalnya juga tidak disukai oleh penduduk, namun pada akhirnya setelah Mbah Matruki berhasil menghijaukan sekitar Ranu Klakah, para penduduk menyadari bahwa bumi saat ini telah “berubah sikap” kepada kita. Hal itu dilihat dari kejadian-kejadian bencana alam yang terjadi di seluruh dunia.
Sejak saat itu, pada 2006 lalu, K. Abdullah al-Kudus, salah satu tokoh masyarakat Desa Tegal Randu mengajak para penduduk untuk bersikap ramah dan cinta kepada lingkungan. Dan berdirilah komunitas Laskar Hijau yang kini dipercaya sebagai singa Desa Tegal Randu.
“Semoga siswi SMA 3 Annuqayah juga bisa meniru langkah Mbah Matruki yang telah menyulap Tegal Randu menjadi desa hijau,” kata Mus’idah berharap.
Acara berakhir pada hari Ahad, 16 Mei. Namun anggota PSG tidak mengikuti acara penutupan sampai selesai. Mereka harus bersiap-siap untuk kepulangan ke Sumenep. Tapi kepulangan mereka sedikit tertunda karena sebagian dari mereka ada yang tidak enak badan. Akhirnya rombongan pulang menuju Guluk-Guluk pada Senin, 17 Mei dini hari.
Setibanya di Guluk-Guluk, rombongan yang hadir ke acara Maulid Hijau ini berbagi pengalamannya pada kawan-kawan siswa SMA 3 Annuqayah pada Selasa, 18 Mei.
Tulisan ini dikutip dari Blog Madaris 3 Annuqayah.
Senin, Juni 07, 2010
Kantor Muara dan Kompak Bukan Rental Komputer
Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa
Guluk-Guluk—Ahad malam (6/6) kemarin, kru Majalah Muara dan Buletin Kompak PPA Lubangsa mengadakan rapat evaluasi dengan Pengurus PPA Lubangsa seksi Kepustakaan, Pers dan Penerbitan (KP2) dan ketua pengurus PPA Lubangsa seputar status kantor pers dan penerbitan yang akhir-akhir ini beralih fungsi menjadi rental.
“Kami sengaja mengundang KP2 selaku pengurus yang menaungi kami sekaligus ketua pengurus PPA Lubangsa yang mempunyai kebijakan yang diamanahkan oleh pengasuh, agar mengetahui atas apa yang selama ini kami rasakan,” ungkap Ach Taufiqil Aziz, Redaktur Pelaksana Majalah Muara yang memandu jalannya rapat.
Rapat yang ditempatkan di Kantor Redaksi Muara yang berlokasi di kawasan blok F itu berjalan sangat alot. Banyak kru yang melontarkan keluhan karena komputer yang biasa digunakan untuk kelancaran penerbitan sudah beralih fungsi menjadi rental.
“Sejak adanya kebijakan yang memperbolehkan merental di sini, kantor Muara bukan lagi menjadi taman baca, tapi sudah menjadi pasar. Semua boleh masuk asal ada uang. Nah, ini sangat mengganggu pada efektivitas membaca, diskusi, dan menulis kami. Oke, kami tidak bisa menghasilkan uang, tapi perlu ditegaskan bahwa Muara dan Kompak adalah wadah yang orientasinya pada kreativitas, bukan pada uang,” papar Naufil Istikhari, salah satu Kru Muara.
Menanggapi keluhan tersebut, Sobri Salim, koord KP2, mengungkapkan bahwa kebijakan fungsi rental komputer Muara dan Kompak ini di luar perkiraannya. Awalnya hanya menerima jasa cetak agar pembelian printer beberapa bulan yang lalu lebih bisa bermanfaat kepada santri, bukan hanya untuk kepentingan penerbitan.
“Saya mohon maaf jika kebijakan ini meretakkan keharmonisan kalian (kru) di tempat ini. Ini benar-benar di luar perkiraan kami. Silakan kalian berkreativitas dengan membaca, diskusi, dan menulis. Di sini adalah kantor kalian,” ungkapnya.
Seluruh kru menuntut untuk menghapus kebijakan tersebut, baik rental untuk santri, organisasi, bahkan untuk kepentingan kru sendiri selain menulis untuk berkarya. Dan tuntutan itu diterima dengan baik oleh pengurus KP2 dengan syarat harus ada pengaturan atau jadwal yang jelas dari pihak kru.
“Kepada pengurus KP2 dan dan seluruh kru yang hadir (Muara dan Kompak), mohon perkara ini dibereskan dengan baik. Hal ini demi kemajuan pers di Lubangsa. Saya tidak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan berkaitan dengan pers di Lubangsa yang sudah bertahun-tahun mempunyai andil yang cukup besar bagi perkembangan keilmuan di Annuqayah, khususnya Lubangsa,” ungkap Mohammad Ali Wafa, ketua pengurus PPA Lubangsa.
Guluk-Guluk—Ahad malam (6/6) kemarin, kru Majalah Muara dan Buletin Kompak PPA Lubangsa mengadakan rapat evaluasi dengan Pengurus PPA Lubangsa seksi Kepustakaan, Pers dan Penerbitan (KP2) dan ketua pengurus PPA Lubangsa seputar status kantor pers dan penerbitan yang akhir-akhir ini beralih fungsi menjadi rental.
“Kami sengaja mengundang KP2 selaku pengurus yang menaungi kami sekaligus ketua pengurus PPA Lubangsa yang mempunyai kebijakan yang diamanahkan oleh pengasuh, agar mengetahui atas apa yang selama ini kami rasakan,” ungkap Ach Taufiqil Aziz, Redaktur Pelaksana Majalah Muara yang memandu jalannya rapat.
Rapat yang ditempatkan di Kantor Redaksi Muara yang berlokasi di kawasan blok F itu berjalan sangat alot. Banyak kru yang melontarkan keluhan karena komputer yang biasa digunakan untuk kelancaran penerbitan sudah beralih fungsi menjadi rental.
“Sejak adanya kebijakan yang memperbolehkan merental di sini, kantor Muara bukan lagi menjadi taman baca, tapi sudah menjadi pasar. Semua boleh masuk asal ada uang. Nah, ini sangat mengganggu pada efektivitas membaca, diskusi, dan menulis kami. Oke, kami tidak bisa menghasilkan uang, tapi perlu ditegaskan bahwa Muara dan Kompak adalah wadah yang orientasinya pada kreativitas, bukan pada uang,” papar Naufil Istikhari, salah satu Kru Muara.
Menanggapi keluhan tersebut, Sobri Salim, koord KP2, mengungkapkan bahwa kebijakan fungsi rental komputer Muara dan Kompak ini di luar perkiraannya. Awalnya hanya menerima jasa cetak agar pembelian printer beberapa bulan yang lalu lebih bisa bermanfaat kepada santri, bukan hanya untuk kepentingan penerbitan.
“Saya mohon maaf jika kebijakan ini meretakkan keharmonisan kalian (kru) di tempat ini. Ini benar-benar di luar perkiraan kami. Silakan kalian berkreativitas dengan membaca, diskusi, dan menulis. Di sini adalah kantor kalian,” ungkapnya.
Seluruh kru menuntut untuk menghapus kebijakan tersebut, baik rental untuk santri, organisasi, bahkan untuk kepentingan kru sendiri selain menulis untuk berkarya. Dan tuntutan itu diterima dengan baik oleh pengurus KP2 dengan syarat harus ada pengaturan atau jadwal yang jelas dari pihak kru.
“Kepada pengurus KP2 dan dan seluruh kru yang hadir (Muara dan Kompak), mohon perkara ini dibereskan dengan baik. Hal ini demi kemajuan pers di Lubangsa. Saya tidak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan berkaitan dengan pers di Lubangsa yang sudah bertahun-tahun mempunyai andil yang cukup besar bagi perkembangan keilmuan di Annuqayah, khususnya Lubangsa,” ungkap Mohammad Ali Wafa, ketua pengurus PPA Lubangsa.
Sabtu, Juni 05, 2010
Sama’uddin Dominasi Perolehan Suara
Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee
Guluk-Guluk—Semula, yang dipandang kuat dalam pemilihan calon ketua pengurus Latee adalah para sarjana, yaitu Abu Sairi, S.Pd.I dan M. Athwi Busthami, S.Pd.I. Tapi nyatanya penilaian tersebut keliru. Justru Sama’uddinlah, mahasiswa STIK Annuqayah semester akhir, yang mengantongi suara tertinggi.
“Ini membuktikan bahwa santri Latee betul-betul memilih calon ketua pengurus berdasarkan hati nuraninya. Bukan karena jabatan atau lainnya,” ujar Sudarmin Hamzah, S.H.I., Koord. Majlis Pertimbangan Pengurus (MPP) PPA Latee.
Dari rekapitulasi perolehan suara yang dilakukan Pansus Jumat kemarin (4/6), Sama’uddin mendapatkan 205 suara. Menyusul kemudian Abu Sairi 119 suara, M. Athwi Busthami 77 suara, M. Izzul Muttaqien 36 suara, dan Ach. Dzaqiqi 30 suara. Sedangkan suara tidak sah mencapai 21 suara.
Herannya, suara yang tidak terpakai dalam pemilihan tersebut cukup tinggi, yakni mencapai 145 suara. Rinciannya: Rayon al-Bukhari 55, asy-Syathibi 14, al-Ghazali 13, al-Farisi 31, al-Qurthubi 6, Darul Lughah dan Tahfidz masing-masing 3. Hanya santri Rayon asy-Syafi’i saja yang kertas suaranya terpakai semua.
“Tahun kemarin juga begitu, lebih dari seratus santri yang golput. Rata-rata mereka adalah santri kelas akhir dan mahasiswa,” ungkap Abd. Kholiq, ketua Pansus yang tahun sebelumnya dipercaya sebagai sekretaris Pansus.
Namun, tambahnya, ketidakikutsertaan 145 santri masih kalah jauh dengan 538 santri yang terlibat langsung dalam pemilihan tersebut. “Santri yang peduli terhadap masa depan Latee masih lebih banyak ketimbang yang tidak peduli,” kata Kholiq dengan nada serius.
Masih menurut Kholiq, meskipun Sama’uddin mendominasi perolehan suara dalam pemilihan calon ketua, belum tentu dia yang akan menjadi ketua pengurus.
“Puncaknya ialah pada Musyawarah Besar tanggal 16 Juni nanti yang bakal melibatkan seluruh pengurus Rayon, pengurus Pusat, Dewan Pengasuh, dan Pengasuh,” tandasnya.
Guluk-Guluk—Semula, yang dipandang kuat dalam pemilihan calon ketua pengurus Latee adalah para sarjana, yaitu Abu Sairi, S.Pd.I dan M. Athwi Busthami, S.Pd.I. Tapi nyatanya penilaian tersebut keliru. Justru Sama’uddinlah, mahasiswa STIK Annuqayah semester akhir, yang mengantongi suara tertinggi.
“Ini membuktikan bahwa santri Latee betul-betul memilih calon ketua pengurus berdasarkan hati nuraninya. Bukan karena jabatan atau lainnya,” ujar Sudarmin Hamzah, S.H.I., Koord. Majlis Pertimbangan Pengurus (MPP) PPA Latee.
Dari rekapitulasi perolehan suara yang dilakukan Pansus Jumat kemarin (4/6), Sama’uddin mendapatkan 205 suara. Menyusul kemudian Abu Sairi 119 suara, M. Athwi Busthami 77 suara, M. Izzul Muttaqien 36 suara, dan Ach. Dzaqiqi 30 suara. Sedangkan suara tidak sah mencapai 21 suara.
Herannya, suara yang tidak terpakai dalam pemilihan tersebut cukup tinggi, yakni mencapai 145 suara. Rinciannya: Rayon al-Bukhari 55, asy-Syathibi 14, al-Ghazali 13, al-Farisi 31, al-Qurthubi 6, Darul Lughah dan Tahfidz masing-masing 3. Hanya santri Rayon asy-Syafi’i saja yang kertas suaranya terpakai semua.
“Tahun kemarin juga begitu, lebih dari seratus santri yang golput. Rata-rata mereka adalah santri kelas akhir dan mahasiswa,” ungkap Abd. Kholiq, ketua Pansus yang tahun sebelumnya dipercaya sebagai sekretaris Pansus.
Namun, tambahnya, ketidakikutsertaan 145 santri masih kalah jauh dengan 538 santri yang terlibat langsung dalam pemilihan tersebut. “Santri yang peduli terhadap masa depan Latee masih lebih banyak ketimbang yang tidak peduli,” kata Kholiq dengan nada serius.
Masih menurut Kholiq, meskipun Sama’uddin mendominasi perolehan suara dalam pemilihan calon ketua, belum tentu dia yang akan menjadi ketua pengurus.
“Puncaknya ialah pada Musyawarah Besar tanggal 16 Juni nanti yang bakal melibatkan seluruh pengurus Rayon, pengurus Pusat, Dewan Pengasuh, dan Pengasuh,” tandasnya.
Jumat, Juni 04, 2010
683 Santri Memilih Calon Ketua Pengurus Latee
Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee
Guluk-Guluk—Jum’at (4/6) pagi ini, sekitar pukul 05.00 WIB, Panitia Khusus (Pansus) Musyawarah Besar 2010 Latee berkumpul di kantor pesantren. Mereka mempersiapkan pemilihan calon ketua pengurus.
“Sebagaimana kesepakatan sebelumnya, pagi ini kita harus langsung siap bergerak menyongsong pelaksanaan pemilihan calon ketua pengurus Latee,” tegas Abd. Kholiq, ketua Pansus. Sedangkan persiapan lainnya, lanjut Kholiq, sudah siap sebelumnya.
Matangnya persiapan Pansus tersebut berefek positif terhadap pelaksanaan pemilihan. Tepat pada pukul 05.30 WIB, sebagaimana tertera dalam tata tertib, pemilihan pun digelar. Tampak para santri bergerombol mendekati bilik suara yang disediakan Pansus.
Pesantren Latee terdiri dari delapan Rayon, yakni al-Bukhari, asy-Syatibi, asy-Syafi’i, al-Ghazali, al-Farisi, al-Qurthubi, Darul Lughah, dan Tahfidz. Di masing-masing rayon tersebut terdapat bilik suara tersendiri sehingga para santri tidak kesulitan dalam memilih.
Data yang ada menunjukkan bahwa pemilihan kali ini melibatkan 683 santri. Mereka tercatat sebagai Daftar Pemilih Tetap (DPT) melalui hasil musyawarah Rabu malam (2/6) sebelumnya.
“Awalnya, kami berencana untuk tidak melibatkan santri yang bermukim di rayon al-Farisi. Sebab, dari tingkat pendidikan mereka masih MTs. Tapi, atas beberapa pertimbangan akhirnya disepakati untuk melibatkan semua santri,” papar Kholiq secara mendetail.
Santri yang bakal ikut andil dalam pemilihan kali ini bisa dikata lebih banyak daripada tahun sebelumnya. “Kalau tahun kemarin, hanya 637 santri yang tercatat sebagai DPT,” ungkap Sama’uddin, mantan ketua Pansus tahun lalu yang kini tercatat sebagai kandidat ketua pengurus. Selain Sama'uddin, calon-calon yang lain adalah Abu Sairi, M. Athwi Busthami, Ahmad Dzaqiqi, dan Izzul Muttaqin.
Pemilihan pagi ini akan menyaring kelima kandidat tersebut sebagai calon ketua pengurus Latee. Tiga suara terbanyak akan bersaing dalam pemilihan ketua pengurus Latee 16 Juni mendatang.
Sampai berita ini ditulis, pansus dan pengurus Rayon masih sibuk memanggil secara bergantian para santri yang antre di dekat bilik suara.
Berita terkait:
>> Balon Ketua Pengurus Latee Ditetapkan
Kamis, Juni 03, 2010
Nirmala Prioritaskan Lembaga yang Bertanggung Jawab
Sumarwi, PPA Nirmala
GULUK-GULUK—Sedikitnya jumlah santri tugas tahun ini sempat membuat pengurus Nirmala kerepotan. Mereka harus cermat memilih lembaga yang betul-betul bertanggung jawab dalam menerima dan memfasilitasi santri yang ditugaskan. Sebenarnya, setiap santri tugas, ada MoU (Memorandum of Understanding) yang ditanda tangani bersama antara ketiga belah pihak, yaitu PPA Nirmala, lembaga pemohon, dan santri yang bersangkutan.
Ahmad Fadali, Koordinator Pengurus Litbang (Penelitian dan Pengembangan), Pendidikan dan Kemasyarakatan yang bertanggung jawab atas penarikan dan pemberangkatan guru tugas betul-betul memprioritaskan lembaga pemohon yang bertanggung jawab. Lembaga yang tidak mematuhi aturan yang ada di MoU untuk tahun ini tidak diberi guru tugas lagi, seperti salah satu lembaga di Kabupaten Pamekasan.
Menurut Fadali, ustadz yang bertugas di lembaga tersebut tahun lalu merasa kurang didukung. Misalnya, untuk kebutuhan sehari-hari, guru tugas tidak bisa banyak mengandalkan dukungan lembaga, tetapi juga masih harus dibantu dari keluarganya sendiri. Padahal di MoU sudah disebutkan bahwa lembaga tempat guru tugas berkewajiban untuk menyediakan fasilitas, konsumsi, transportasi, dan kebutuhan sehari-hari di samping memberikan uang saku bulanan (bisyaroh) yang layak (minimal Rp.65.000,-).
Kenyataan itu oleh Ahmad Fadali disampaikan di hadapan para Penanggung Jawab Guru Tugas (PJGT) yang hadir dalam acara serah terima guru tugas pada hari Ahad (30/5) siang kemarin.
“Semoga para PJGT yang hadir saat ini betul-betul bertanggung jawab,” kata Ahmad Fadali, yang dijawab positif oleh para Penanggung Jawab Guru Tugas yang hadir.
Ali Makki, ketua pengurus PP Annuqayah Daerah Nirmala dalam sambutannya mengatakan bahwa salah satu tujuan diadakannya program pengabdian ini untuk menguji seberapa besar kemampuan santri Nirmala dalam berpartisipasi di masyarakat. Ali berharap kepada para PJGT agar para guru tugas yang masih muda diberi bimbingan dan pengarahan yang baik.
“Apabila di kemudian hari ada guru tugas yang melakukan pelanggaran maka Pengurus Nirmala akan menarik santri yang bersangkutan,” ujar Ali Makki.
Kepada para PJGT, Pengasuh Harian PP Annuqayah Nirmala juga berharap agar para santri tugas tersebut diberi pembinaan. Dengan pembacaan “Basmalah” pengasuh melepas ke-19 guru tugas. “Semoga para guru tugas ini bisa menjalankan tugasnya dengan baik,” tutur K. Hamidi.
GULUK-GULUK—Sedikitnya jumlah santri tugas tahun ini sempat membuat pengurus Nirmala kerepotan. Mereka harus cermat memilih lembaga yang betul-betul bertanggung jawab dalam menerima dan memfasilitasi santri yang ditugaskan. Sebenarnya, setiap santri tugas, ada MoU (Memorandum of Understanding) yang ditanda tangani bersama antara ketiga belah pihak, yaitu PPA Nirmala, lembaga pemohon, dan santri yang bersangkutan.
Ahmad Fadali, Koordinator Pengurus Litbang (Penelitian dan Pengembangan), Pendidikan dan Kemasyarakatan yang bertanggung jawab atas penarikan dan pemberangkatan guru tugas betul-betul memprioritaskan lembaga pemohon yang bertanggung jawab. Lembaga yang tidak mematuhi aturan yang ada di MoU untuk tahun ini tidak diberi guru tugas lagi, seperti salah satu lembaga di Kabupaten Pamekasan.
Menurut Fadali, ustadz yang bertugas di lembaga tersebut tahun lalu merasa kurang didukung. Misalnya, untuk kebutuhan sehari-hari, guru tugas tidak bisa banyak mengandalkan dukungan lembaga, tetapi juga masih harus dibantu dari keluarganya sendiri. Padahal di MoU sudah disebutkan bahwa lembaga tempat guru tugas berkewajiban untuk menyediakan fasilitas, konsumsi, transportasi, dan kebutuhan sehari-hari di samping memberikan uang saku bulanan (bisyaroh) yang layak (minimal Rp.65.000,-).
Kenyataan itu oleh Ahmad Fadali disampaikan di hadapan para Penanggung Jawab Guru Tugas (PJGT) yang hadir dalam acara serah terima guru tugas pada hari Ahad (30/5) siang kemarin.
“Semoga para PJGT yang hadir saat ini betul-betul bertanggung jawab,” kata Ahmad Fadali, yang dijawab positif oleh para Penanggung Jawab Guru Tugas yang hadir.
Ali Makki, ketua pengurus PP Annuqayah Daerah Nirmala dalam sambutannya mengatakan bahwa salah satu tujuan diadakannya program pengabdian ini untuk menguji seberapa besar kemampuan santri Nirmala dalam berpartisipasi di masyarakat. Ali berharap kepada para PJGT agar para guru tugas yang masih muda diberi bimbingan dan pengarahan yang baik.
“Apabila di kemudian hari ada guru tugas yang melakukan pelanggaran maka Pengurus Nirmala akan menarik santri yang bersangkutan,” ujar Ali Makki.
Kepada para PJGT, Pengasuh Harian PP Annuqayah Nirmala juga berharap agar para santri tugas tersebut diberi pembinaan. Dengan pembacaan “Basmalah” pengasuh melepas ke-19 guru tugas. “Semoga para guru tugas ini bisa menjalankan tugasnya dengan baik,” tutur K. Hamidi.
Rabu, Juni 02, 2010
Setengah Bulan, Pustakawan Latee Hasilkan 27 Bundel Kliping
Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee
Guluk-Guluk—Komitmen untuk mengabdi betul-betul tertanam kuat dalam diri pustakawan Latee. Setidaknya, hal itu tampak dari kinerja mereka yang terwujud dari jumlah bundel kliping yang lumayan banyak.
Ahmad Fudhaili, Koordinator Penjilidan dan Klipingan, ketika dikonfirmasi Selasa malam kemarin (1/5) menyatakan bahwa jumlah bundel kliping yang ada kini sudah tak terhitung lagi apabila dijumlah secara keseluruhan.
“Untuk kliping yang terbaru, jumlahnya 66 bundel,” katanya. Yang dimaksud baru oleh Fudhaili adalah kliping tahun 2010.
Lebih lanjut Fudhaili menambahkan bahwa, banyaknya jumlah kliping tersebut tidak dapat dilepaskan dari peran Bairullah, santri yang baru diangkat menjadi anggota Penjilidan dan Klipingan.
“Sebelumnya, kinerja Seksi Penjilidan dan Klipingan tidak begitu maksimal. Itu karena anggota saya (Farkhi Muqaddas) yang sudah kelas akhir tidak aktif. Lebih-lebih kesibukan yang saya jalani,” ungkap Redaktur Pelaksana buletin Hijrah sekaligus pengurus Markaz Bahasa Arab itu.
“Kalau dihitung-hitung, jumlah kliping yang kami hasilkan pada bulan kemarin (Mei) tidak kurang dari 27 bundel, itu pun kami mulai semenjak pertengahan bulan,”papar Bairullah yang tercatat sebagai Pustakawan Latee pada tanggal 15 April 2010.
Sebenarnya, lanjut Bairullah, jumlah tersebut bisa dilipatgandakan kalau saja tidak terkendala oleh dana. “Kas Perpustakaan lagi minim. Jadi harus dimaklumi,” katanya malu-malu.
Selama ini, naskah koran yang dikliping meliputi opini, cerpen, puisi, karikatur, ruang putih, olahraga, dan berita-berita yang memuat data penting yang perlu didokumentasikan.
“Tapi, sesekali saya coba mengkliping berita tentang Artis. Ya, biar banyak santri yang ke perpus,” pungkasnya diiringi senyuman khasnya.
Selasa, Juni 01, 2010
Dua Siswa MA Tahfidh Lulus Seleksi Tahap Awal di Paramadina Fellowship 2010
Ach. Fannani Fudlaly R., PPA Lubangsa
Kuliah di universitas favorit di Indonesia, siapa yang tak ingin? Itu adaman siswa kelas akhir, tak terkecuali siswa MA Tahfidh Annuqayah. Baru-baru ini, dua siswa MA Tahfidh Annuqayah berhasil lulus pada seleksi tahap awal di universitas yang didirikan oleh Cak Nur (almarhum Nurcholish Madjid): Universitas Paramadina.
MA Tahfidh Annuqayah, mendengar namanya saja sudah menunjukkan bahwa siswa-siswanya hafidh, pintar baca Qur’an, kitab kuning serta pintar ilmu agama lainnya. Pelajaran-pelajarannya pun kebanyakan keagamaan. Kalaupun ada pelajaran umum, itu hanya empat pelajaran, yakni Matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan Sosiologi. Uniknya, siswa-siswanya bukan hanya pintar dalam bidang keagamaan.
MA Tahfidh Annuqayah cukup berbangga atas kelulusan 2 siswanya di seleksi tahap awal Paramadina Fellowship (PF) 2010 setelah salah satu siswanya yang masih duduk di kelas XI, Ahmad Dzaki Nuhaiz As-Syarqawi, berhasil menyabet juara ketiga pada ajang Philosophy Essay Competition (PEC) yang diselenggarakan oleh Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) beberapa waktu lalu.
Dari 1.622 pendaftar Paramadina Fellowship (PF) 2010 se-Indonesia, 225 peserta berhasil lulus melalui seleksi karangan berbentuk esai bertema “Saya di Tahun 2025”. Dua di antaranya adalah siswa MA Tahfidh. Mereka adalah Mahalli dan Maufiqurrahman.
Alasan mereka memilih jalur PF adalah faktor ekonomi keluarga, mengingat makin mahalnya biaya kuliah di perguruan tinggi terkemuka. Dengan kuliah melalui jalur PF ini, mereka bisa meringankan beban keluarga. Besar beasiswa yang ditawarkan untuk program ini adalah Rp 125.000.000,- selama menempuh studi di Paramadina. Itu termasuk biaya tunjangan buku, SPP, dan lain-lain.
Mahalli, santri Latee yang juga sekretaris Perpustakaan Annuqayah, mengaku bahwa dirinya akan dapat meringankan beban keluarga jika nantinya lulus di program ini. “Dengan begitu, saya bisa kuliah di universitas terkemuka serta siapa tahu bisa untuk menabung dan dikirimkan ke rumah,” tuturnya.
Secara terpisah, Maufiqurrahman, santri Lubangsa yang lulus seleksi awal Paramadina program studi Hubungan Internasional, mengaku bahwa mulanya ia hanya coba-coba dan termotivasi dengan lulusnya kakak kelasnya pada Paramadina Fellowship 2008 yang lalu. “Pertama, saya hanya coba-coba. Dan kedua, terinspirasi dari Khodri. Siapa tahu lulus juga,” kata siswa yang juga lulus beasiswa bidik misi di IAIN Sunan Ampel tersebut.
Saat ini, mereka dalam proses persiapan menghadapi seleksi tahap kedua, yaitu wawancara pada tanggal 10 Juni mendatang di Hotel Ibis Rajawali Surabaya. “Doakan saja semoga lancar,” lanjut Maufiqurrahman.
Kuliah di universitas favorit di Indonesia, siapa yang tak ingin? Itu adaman siswa kelas akhir, tak terkecuali siswa MA Tahfidh Annuqayah. Baru-baru ini, dua siswa MA Tahfidh Annuqayah berhasil lulus pada seleksi tahap awal di universitas yang didirikan oleh Cak Nur (almarhum Nurcholish Madjid): Universitas Paramadina.
MA Tahfidh Annuqayah, mendengar namanya saja sudah menunjukkan bahwa siswa-siswanya hafidh, pintar baca Qur’an, kitab kuning serta pintar ilmu agama lainnya. Pelajaran-pelajarannya pun kebanyakan keagamaan. Kalaupun ada pelajaran umum, itu hanya empat pelajaran, yakni Matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan Sosiologi. Uniknya, siswa-siswanya bukan hanya pintar dalam bidang keagamaan.
MA Tahfidh Annuqayah cukup berbangga atas kelulusan 2 siswanya di seleksi tahap awal Paramadina Fellowship (PF) 2010 setelah salah satu siswanya yang masih duduk di kelas XI, Ahmad Dzaki Nuhaiz As-Syarqawi, berhasil menyabet juara ketiga pada ajang Philosophy Essay Competition (PEC) yang diselenggarakan oleh Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) beberapa waktu lalu.
Dari 1.622 pendaftar Paramadina Fellowship (PF) 2010 se-Indonesia, 225 peserta berhasil lulus melalui seleksi karangan berbentuk esai bertema “Saya di Tahun 2025”. Dua di antaranya adalah siswa MA Tahfidh. Mereka adalah Mahalli dan Maufiqurrahman.
Alasan mereka memilih jalur PF adalah faktor ekonomi keluarga, mengingat makin mahalnya biaya kuliah di perguruan tinggi terkemuka. Dengan kuliah melalui jalur PF ini, mereka bisa meringankan beban keluarga. Besar beasiswa yang ditawarkan untuk program ini adalah Rp 125.000.000,- selama menempuh studi di Paramadina. Itu termasuk biaya tunjangan buku, SPP, dan lain-lain.
Mahalli, santri Latee yang juga sekretaris Perpustakaan Annuqayah, mengaku bahwa dirinya akan dapat meringankan beban keluarga jika nantinya lulus di program ini. “Dengan begitu, saya bisa kuliah di universitas terkemuka serta siapa tahu bisa untuk menabung dan dikirimkan ke rumah,” tuturnya.
Secara terpisah, Maufiqurrahman, santri Lubangsa yang lulus seleksi awal Paramadina program studi Hubungan Internasional, mengaku bahwa mulanya ia hanya coba-coba dan termotivasi dengan lulusnya kakak kelasnya pada Paramadina Fellowship 2008 yang lalu. “Pertama, saya hanya coba-coba. Dan kedua, terinspirasi dari Khodri. Siapa tahu lulus juga,” kata siswa yang juga lulus beasiswa bidik misi di IAIN Sunan Ampel tersebut.
Saat ini, mereka dalam proses persiapan menghadapi seleksi tahap kedua, yaitu wawancara pada tanggal 10 Juni mendatang di Hotel Ibis Rajawali Surabaya. “Doakan saja semoga lancar,” lanjut Maufiqurrahman.
Langganan:
Postingan (Atom)