Selasa, Mei 25, 2010

Santri Latee Masih Semangat Mengaji Kitab


Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee

Guluk-Guluk—Salah satu ciri khas dari pesantren Latee sejak berdirinya ialah ghirah santri dalam mempelajari kitab cukup tinggi. Bahkan, tidak sedikit dari alumni pesantren ini yang dinisbahkan sebagai kiai yang memajukan masyarakat luas dalam bidang keagamaan.

Pernyataan di atas diungkapkan M. Athwi Busthami, kepala Madrasah Diniyah Latee, saat ditemui di kantornya Senin (24/5) kemarin. Akhir-akhir ini, lanjutnya, tak jarang bergulir perbincangan di masyarakat bahwa santri mulai kehilangan ciri khasnya.

“Bisa membaca dan memahami kitab merupakan suatu hal yang sudah menjadi ciri khas seorang santri. Tapi sayang, hal itu sudah mulai memudar dan dianggap mengenaskan oleh masyarakat,” keluhnya.

Namun begitu, Athwi merasa bangga ketika menyaksikan masih banyak santri Latee yang semangat dalam mengaji kitab. Hal itu tampak dari aktivitas sebagian besar santri yang mengaji kitab kepada Kiai Ahmad Basyir AS (pengasuh Latee) di waktu pagi.

“Padahal, pengajian tersebut tidak begitu ditekankan oleh pengurus. Pengajian pagi itu murni atas inisiatif pengasuh. Santri yang mau, ya ikut. Sedangkan santri yang tidak ikut, tidak jadi persoalan,” katanya lagi.

Pengajian kitab pagi tersebut sudah lama berlangsung, sekitar tiga bulan yang lalu. Tepat pukul 06.15 WIB, pengajian dimulai. Lumrahnya, berakhir pada pukul 07.45 WIB. Tapi adakalanya juga dicukupkan pada pukul 07.30 WIB.

Apresiasi santri dari hari ke hari tetap baik. “Saya heran juga ketika merasakan betapa semangatnya teman-teman santri mengaji kitab di waktu pagi. Sebab, biasanya mereka masih terlelap dalam mimpi,” ujar Homaidi, salah satu santri Darul Lughah yang dari awal aktif mengaji.

“Saya sebenarnya malas juga kalau ngaji kitab, terutama ketika pengajian sore. Tapi, pengajian di pagi hari yang diisi Kiai Basyir ini saya rasa tidak membosankan,” kata Luqmanul Hakim, santri Latee asal Payudan.

Satu hal yang menjadi keunikan dari pengajian kitab tersebut ialah pesertanya. Bukan hanya santri biasa, santri yang berstatus sebagai pengurus pun juga ikut.

“Bagi saya ini adalah peluang emas. Meskipun kondisi fisik kurang sehat, Kiai Basyir tetap peduli kepada kami dengan tetap memberi pengajian. Maka, kepedulian tersebut harus saya hargai,” tutur Izzul Muttaqin, Koordinator Intelijen Departemen Keamanan Latee.

Hal senada juga dikatakan Faisol, salah satu pengurus Majlis Pertimbangan Pengurus (MPP). Santri yang lebih dari sepuluh tahun nyantri di Latee ini berujar bahwa ilmu-ilmu yang dimiliki pengasuh masih sangat banyak untuk dipelajari.

“Makanya rugi bila tidak meluangkan waktu untuk belajar pada beliau,” papar santri yang masih lajang ini diiringi dengan senyuman khasnya.

Tidak ada komentar: