Rabu, Mei 26, 2010

Hilangkan Formalitas, Tekankan Kemampuan Menulis


Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee

Guluk-Guluk—Rapat pustakawan Latee pada Sabtu malam (22/5) lalu yang menghasilkan kesepakatan untuk merealisasikan seluruh program kerja ternyata diimbangi dengan kinerja yang cukup membanggakan. Itu tampak dari pelaksanaan Diklat Kepenulisan Selasa siang kemarin (25/5) yang terlaksana tanpa hambatan apa pun.

Pendidikan dan pelatihan (diklat) kepenulisan yang bertempat di gedung MI 1 Annuqayah Putra ini dimulai pada pukul 12.15 WIB. Diawali dengan pembukaan yang memakan waktu sekitar setengah jam, kemudian dilanjutkan pada acara inti. Ada sekitar enam puluh lebih santri Latee yang ingin mendaftar. Berhubung pesertanya dibatasi, maka tiga puluh pendaftar pertama saja yang dimasukkan pada daftar peserta.

“Itu sudah kesepakatan panitia, kami tidak bermaksud menghalang-halangi santri untuk belajar menulis. Adanya pembatasan peserta ini tiada lain dimaksudkan demi efektifnya pelaksanaan kegiatan ini,” ujar ketua Perpustakaan Latee, Mahrus Busthami, saat sambutan.

Meskipun begitu, ada juga peserta yang merasa kecewa karena dirinya tidak bisa mengikuti pelatihan tersebut. “Sudah lama saya ingin ikut pelatihan kepenulisan. Sayang, ketika ada kesempatan, keinginan itu tidak tercapai. Tapi tak apa lah. Itu memang kelalaian saya, sebab di pamflet memang sudah diumumkan bahwa pesertanya dibatasi,” kata Imron Rasyidi, mahasiswa STIKA asal Jember.

Diklat yang difasilitatori Paisun, salah satu pengurus LPM STIKA, ini lebih menekankan pada isi kegiatan. Maksudnya, segala yang berbau formalitas, seperti pembuatan dekorasi dan sertifikat, ditiadakan sama sekali.

“Kami ingin santri tetap bersemangat mengikuti acara diskusi ini meski tak ada dekorasi dan ikut pelatihan ini tanpa harus dimotivasi untuk mendapatkan sertifikat. Muaranya, mereka betul-betul berniat untuk bisa menulis secara baik,” kata Moh. Farhan, ketua panitia.

Orang Indonesia selama ini, tambahnya, cenderung mengikuti kegiatan seminar dan sebagainya lebih karena didorong untuk mendapatkan sertifikat. “Saya yakin itu akan menyebabkan bangsa Indonesia kian terpuruk manakala tidak ada usaha serius untuk mengubah kecenderungan negatif seperti itu,” tandasnya.

Dalam penyajiannya, fasilitator tidak terlalu banyak menjelaskan tentang teori menulis. Ia memberikan banyak motivasi agar peserta giat menulis. Selain itu, fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta sekitar sepuluh menit untuk menulis. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi tentang kesulitan-kesulitan yang dialami peserta. Selebihnya, fasilitator memberikan arahan terkait dengan kesulitan tersebut.

Tepat pada pukul 17.00 WIB, diklat diakhiri. Namun, peserta tidak langsung dibubarkan karena panitia membuat kesepakatan terkait dengan tindak lanjut pelatihan tersebut.

“Idealnya, waktu diklat kepenulisan itu minimal tiga hari. Berhubung dana yang disediakan pesantren kurang memadai, maka diklat ini hanya diselenggarakan selama sehari,” kata Farhan.

Lebih lanjut Farhan menyatakan bahwa untuk menyiasati hal itu, panitia sudah berencana untuk membuat kesepakatan dengan peserta untuk menindaklanjuti diklat yang diselengarakan pustakawan Latee tersebut.

Akhirnya disepakati untuk membuat Kelompok Belajar. “Kita akan atur nantinya untuk mendatangkan orang-orang tertentu yang kompeten dalam menulis guna memberikan tambahan ilmu tentang kepenulisan kepada teman-teman,” papar Farhan yang disambut dengan gemuruh tepuk tangan dari peserta.

Selepas shalat Maghrib, panitia berkumpul lagi di ruang Perpustakaan untuk membicarakan persiapan penerbitan buletin Hijrah edisi 25.

Tidak ada komentar: