Senin, Februari 22, 2010

Tatib Baru di Lubangsa, Sebagian Santri Mengeluh

Ach. Fannani Fudlaly R., PPA Lubangsa

Ketua pengurus PPA Lubangsa, Ali Wafa, S. Pd. I, Jum’at (19/02) kemarin mensosialisasikan beberapa tata tertib baru. Sosialisasi tersebut dihelat selesai jama’ah shalat Maghrib sampai adzan Isya’ dikumandangkan.

Dalam kesempatan tersebut, ketua pengurus Lubangsa membacakan satu per satu tata tertib baru yang bersifat konstruktif kepada seluruh santri. Di antaranya menyatakan bahwa santri wajib berada dalam masjid ketika adzan pertama dikumandangkan pada hari Jum’at serta dilarang shalat Jum’at di sepanjang jalan yang ada di depan Masjid Jamik Annuqayah.

“Saya turut prihatin kepada santri Lubangsa yang shalat Jum’at di sepanjang jalan depan Masjid Jamik Annuqayah. Bahkan ada sebagian santri yang shalat di biliknya,” ungkap ketua pengurus Lubangsa di depan santri.

“Jadi mulai saat ini kami akan mengadakan pengontrolan ke bilik masing-masing. Sayang sekali jika Masjid Annuqayah yang letaknya ada di Lubangsa ini tidak digunakan sebagaimana mestinya,” tambahnya.

Bermacam tanggapan bermunculan dari kalangan santri, seperti yang diutarakan A. Zahid. Dia menganggap peraturan baru di Lubangsa itu bertujuan demi kebaikan santri sendiri. “Menurut saya, bertambahnya tata tertib baru itu semua adalah demi kebaikan santri sendiri. Kalau saya sangat setuju dengan peraturan baru tersebut,” paparnya.

Dia juga menilai peraturan yang selama ini sudah disosialisasikan sangat bermanfaat bagi santri, karena hal itu merupakan antisipasi terhadap sebagian santri yang belum sadar akan tata tertib dan selalu melanggar peraturan yang telah ditetapkan pesantren.

Lain halnya dengan santri asal Dungkek yang tidak mau disebutkan identitasnya. Dia menganggap peraturan di Lubangsa terlalu banyak hingga para santri merasa jenuh. “Peraturan sejak saya mondok selalu bertambah, sehingga membuat teman-teman santri merasa jenuh dan akhirnya melanggar untuk sekadar melepas jenuh,” jawabnya ketika ditanya tanggapannya.

Menurutnya peraturan-peraturan di Lubangsa terkesan terlalu mengikat tanpa ada waktu untuk merefresh otak. “Saya ingin pengurus Lubangsa mengadakan semacam acara yang dapat membuat santri merasa nyaman seperti, blok meeting atau lomba-lomba yang lain yang ada nuansa menghiburnya. Ya, agar santri bisa refreshing gitu,” jelasnya.

2 komentar:

M. Faizi mengatakan...

setiap pengambilan keputusan, selalu ada pro-kontra, tetapi selalu ada jalan tengahnya.

Cinta Syahadah mengatakan...

setuju dengan ke Faizi. setiap keputusan pasti timbul pro-kontra.
Btw saya salut.. informasi seperti ini bisa di expose. Dulu, waktu saya masih jadi santri, informasi2 yang seperti ini langsung di cekal sama pengasuh. :)