Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa
Setelah shalat Maghrib berjama’ah di Masjid Jamik Annuqayah (20-02), seluruh kontributor blog Annuqayah yang dari Lubangsa––termasuk juga saya––menghadiri undangan musyawarah dari pengurus PP Annuqayah Lubangsa (PPAL) yang ditempatkan di depan kantor pesantren.
Musyawarah itu hanya diikuti oleh lima orang saja yaitu saya sendiri, Ach. Fannani Fudlaly R (Pusdat), Moh. Ali wafa (ketua pengurus PPAL), Ahmad Noval (kasi P2O), dan Sobri Salim (kasi KP2). Sedangkan Jamaluddin, salah satu kontributor yang dari Lubangsa tidak hadir, entah ke mana, saya tidak tahu.
Musyawarah itu membahas tentang pelaksanaan kegiatan di Lubangsa yang dalam beberapa hari terakhir ini luput dari sensor kami (tidak diliput). Mereka mengatakan banyak kegiatan penting yang layak diliput namun tidak diliput.
“Dulu, Kiai Hanif sangat apresiatif sekali melihat kegiatan-kegiatan di Lubangsa yang sangat banyak. Tapi, dalam beberapa hari terakhir ini, berita kegiatan yang dari Lubangsa kalah dengan berita kegiatan yang dari Nirmala. Padahal, saya kira lebih banyak kegiatan di sini dari pada di Nirmala,” beber ketua pengurus asal Jember itu.
Ach Fannani, salah satu kontributor blog Annuqayah itu menangagapi bahwa salah satu kelemahan kami adalah kurangnya koordinasi dan tidak adanya kartu pers. Ia merasa tidak percaya diri untuk mewawancarai narasumber yang terkait karena tidak bisa menunjukkan bahwa ia benar-benar ingin mewawancarainya. Ia takut disangka main-main dan akan disepelekan karena tidak mempunyai kartu pengenal.
“Akibatnya, ya.. narasumbernya hanya itu-itu saja yang sekiranya bisa dijangkau oleh saya tanpa harus malu. Misalkan berita kegiatan IKSTIDA dan BPBA. Saya tidak punya kontak dengan dua organisasi itu,” ungkap siswa kelas akhir MA Tahfidh itu.
Saya juga angkat bicara, mengatakan bahwa dalam sebulan terakhir yang bertanggung jawab atas peliputan kegiatan di Lubangsa saya limpahkan pada Fannani dan Jamaluddin. Bukan saya bermaksud untuk menghindar dari kesalahan. Tapi, karena saya masih fokus pada penerbitan Majalah Muara. Dan alhamdulillah sampai berita ini ditulis majalah itu sudah naik cetak.
Dalam hal ini, pengurus KP2 akan membuatkan kartu pers khusus kepada Ach. Fannani sebagai penanggung jawab atas berita-berita di Lubangsa untuk meliput semua kegiatan agar tidak terkesan main-main. Namun, kartu pers itu hanya berlaku untuk hunting berita di daerah Lubangsa saja.
“Kami juga akan menyediakan data-data kegiatan yang diperlukan. Silakan, kalian tinggal mengolahnya sendiri. Untuk informasi kegiatan-kegiatan yang masih akan dilaksanakan, biar Bapak Noval yang akan menginformasikannya. Dan untuk data-data itu (data kegiatan) bisa minta pada saya,” ungkap Muhammad Shabri Salim.
Saya juga memberikan klasifikasi tanggung jawab atas publikasi berita itu. Ach. Fannani yang bertanggung jawab atas berita di Lubangsa dan di MAT, Jamaluddin bertanggung jawab atas berita di Lubangsa dan MA 1 Annuqayah Putra, sedangkan saya bertanggung jawab pada kegiatan pesantren pusat, Sabajarin, dan STIKA.
Yang menjadi bahan perbincangan lagi adalah kegiatan di Lubangsa Putri (Lubri) yang sulit diakses. Mengenai hal tersebut, saya menjawab: “Dulu, ada Khatim Maulina. Dia siswa MA 1 Putri dan santri di Lubri. Dia yang biasanya menulis berita-berita itu. Tapi sekarang sudah tidak aktif lagi, entah kenapa. Saya juga pernah mengajak teman saya di sana untuk menjadi relawan di blog Annuqayah. Ia sudah setuju, bahkan saya sudah memberi alamat email untuk blog Annuqayah ini. Tapi, sampai saat ini masih belum ada yang menulis.”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar