Khatim Maulina, PPA Lubangsa Putri
Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) Annuqayah didirikan atas dasar bantuan dari Provinsi Jawa Timur, ketika Ny Khatibah A. Win, selaku penanggung jawab Poskestren Annuqayah, diundang menghadiri pertemuan di Malang. Setiap pondok pesantren di Jawa Timur mendapat bantuan yang diamanatkan untuk mendirikan sebuah fasilitas fisik.
Poskestren yang telah didirikan tersebut dimanfaatkan sebagai fasilitas kesehatan yang umumnya digunakan oleh santri putri Annuqayah. Walaupun program yang direncanakan lebih matang di Poskestren masih dalam tahap penyusunan, kegiatan yang berjalan di sana cukup memberikan dampak yang besar terhadap warga sekitar. Hal itu diungkapkan oleh menurut mbak Titin, selaku ketua pengurus Poskestren Annuqayah. “Kami di sini tidaklah seratus persen menyembuhkan setiap pasien yang berkunjung. Akan tetapi kami hanya memotivasi para santri agar sadar terhadap kesehatan mereka. Berhubung lingkungan pondok yang masih kurang menjamin kesehatan santri,” terangnya.
Selain itu kebanyakan santri salah paham dalam mengartikan adanya Poskestren. Pernah suatu ketika ada pasien yang sakit parah malah dibawa ke sana. Padahal pihak Poskestren hanya membantu dan melayani pasien sekadar terapi biasa dan konsultasi.
Mengenai jadwal piket jaga Poskestren, hal itu dilakukan secara bergiliran oleh pengurus berbagai komplek di Annuqayah sebanyak dua orang. Ada yang berasal dari Latee, Lubangsa, Sabajarin, dan berbagai komplek yang ada di Annuqayah. Poskestren juga malayani rawat inap yang dikhususkan untuk pasien tertentu.
“Poskestren di sini juga melayani rawat inap. Itu bertujuan agar pasien bisa beristirahat cukup. Jika dibiarkan di pondok, tentu saja kurang nyaman karena suasana pondok yang ramai dan riuh. Walau hanya beberapa jam, pasien akan lebih mendingan dari sebelumnya,” tutur Titin.
Poskestren Annuqayah, yang berlokasi di seberang barat laut PPA Lubangsa Selatan, dibuka setiap hari meski tidak 24 jam. Petugas bergantian menjaga Poskestren. Tetapi jika terdapat pasien yang harus rawat inap, maka pengurus Poskestren bermusyawarah terlebih dahulu dengan pengurus pesantren daerah. Mengenai tarif pasien, terapi dan konsultasi sebesar Rp. 1000, sedangkan terapi beserta jamunya sebesar Rp. 1500.
Tarif tersebut terlalu murah bagi pasien. Walau kenyataannya dana yang dimiliki Poskestren masih belum mencukupi. Jenis obat yang diberikan bukanlah obat kimia, tapi obat-obatan tradisional seperti jamu dan kapsul yang berasal dari tumbuhan herba.
“Kami sengaja tidak menggunakan obat-obatan kimia, karena obat-obatan yang berasal dari tumbuhan herbal lebih cepat efeknya daripada obat-obatan kimia,” tutur Titin.
Dengan adanya Poskestren Annuqayah, santri bisa lebih mudah berkonsultasi tentang keluhan-keluhan kesehatan. Selain itu, santri juga bisa lebih sadar dalam menjaga kesehatan. Sesuai dengan kata bijak: mencegah lebih baik daripada mengobati.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar