Khatim Maulina, PPA Lubangsa Putri
GULUK-GULUK—Jum’at 20 Februari 2009, hujan turun dengan derasnya sejak pukul 14.00 WIB. Entah kenapa hujan pada hari itu begitu deras dan lebat. Malangnya, di hari yang sama, Lubangsa Putri sedang mengadakan ujian Diniyah semester pertama. Berhubung Lubangsa Putri tidak memiliki ruang kelas khusus untuk diniyah, tetapi menggunakan ruang kelas MA 1 Annuqayah Putri, di saat hujan turun itu para santri terpaksa harus keluar dari kamar dan komplek pondok menuju kelasnya masing-masing.
Ketika itu suasana tampak riuh dan heboh dengan suara para santri. Belum lagi hujan yang makin lebat berbaur dangan riuhnya suara para santri. Banyak santri mengeluh ketika itu, sehingga timbul berbagai macam gerutu dari beberapa santri.
“Aduh… mak sengko’ tak perna,” kata seorang santri. Yang lainnya seperti berdoa dengan nada pasrah, “Moga aja libur! Enak kan gak ribet dan basah kuyup.” Ada juga yang bilang, “Ca...pek deh !! Kalau harus begini terus!!”
Walaupun banyak keluhan, para santri bersikeras berangkat ke kelas demi terlaksananya ujian meski baju mereka basah kuyup. Di antara mereka ada yang menggunakan payung dan jas hujan. Tapi ada juga yang begitu santai tidak menggunakan apa-apa sebagai pelindung mereka dari hujan.
Sesampainya di kelas masing-masing, banyak santri yang merasa kurang nyaman dan kesulitan mengisi jawaban dikarenakan baju basah dan ruangan yang ditempati agak basah. Bahkan pakaian beberapa santri ada yang basah mulai dari kerudung sampai rok mereka.
Meski hujan deras masih turun, para santri tetap mengerjakan ujian sampai selesai. Alhamdulillah sekitar jam 17.00 WIB hujan agak reda.
Keesokan harinya, Sabtu 21 Februari 2009, hujan kembali turun dengan lebatnya. Sementara itu, MA 1 Annuqayah Putri tetap melangsungkan pelajaran seperti biasa. Meski jam sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB, hujan tak kunjung reda.
Suasana kelas di bagian atas, yaitu kelas XII IPS 3, XII IPS 4, dan IPS 5, riuh. Entah mengapa dengan turunnya hujan yang lebat itu, para siswi merasa senang tak terkira. Hal itu bisa dilihat dari apa yang mereka lakukan ketika itu, seperti mandi hujan, teriak-teriak di sela-sela lebatnya hujan, dan masih ada yang sempat kejar-kejaran bersama teman-teman. Padahal keadaan lantai pada waktu itu agak tergenang air dan pastinya terasa licin.
Lain lagi halnya di kelas XII IPS 4 yang ketika itu mestinya jadwal pelajaran Matematika. Bayangkan saja, ketika hujan lebat dan suasana dingin siswi masih sempat belajar Matematika. Bu Azizah, guru Matematika kelas XII, kewalahan menjelaskan materi matriks dikarenakan suara hujan lebat dan petir yang saling menyambar. Ketika hujan makin reda, Bu Azizah segera mengakhiri pelajarannya.
Saat menuruni tangga, beberapa siswi terkejut melihat halaman MA 1 Annuqayah Putri yang penuh air. Trotoar yang biasa digunakan pedagang kaki lima tak kelihatan—dengan kata lain: tenggelam. Benar-benar tak disangka, suasana MA 1 Annuqayah Putri bisa dikatakan memprihatinkan akibat tergenang air. Untung saja masih ada jalan yang tidak begitu tergenang air.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
lebih asyik ada fotonya...
melihat situasi waktu banjir
Posting Komentar