Fandrik HS Putra, PPA Lubangsa
Guluk-Guluk—Masalah seputar penerbitan Harian Bhindhara berlanjut. Hal itu dipicu oleh tindak kekerasan yang dilakukan
oleh pengurus Keamanan dan Ketertiban (Kamtib) PPA Lubangsa kepada salah satu kru Majalah Muara.
Ujungnya, seluruh kru Majalah Muara
diberhentikan dari jabatannya pada Kamis
pagi (22/12) kemarin.
Pemberhentian itu dilakukan setelah ketua
pengurus PPA Lubangsa didampingi oleh pengurus Kepustakaan Pers dan Penerbitan
(KP2) melakukan rapat mendadak bersama kru Majalah Muara pada hari yang
sama. Rapat dilaksanakan di kantor redaksi di kompleks blok F, pukul 05.30 WIB.
Agenda rapat yang dibahas adalah persoalan
pengaduan Aziz Suwarno, salah satu kru Majalah Muara kepada K. Muhammad
‘Ali Fikri, S.Ag. selaku dewan penasihat pengurus PPA Lubangsa. Ia mengadukan
perjalanan penerbitan Bhindhara sampai pada tindak kekerasan yang
dilakukan oleh pengurus Kamtib kepada Riyadi Kafa, salah seorang rekannya yang menjabat
sebagai redaksi Majalah Muara.
Sabri Salim, ketua pengurus, mengatakan bahwa apa
yang dilakukan Aziz melanggar MoU (Memorandun of Understanding) yang
telah disepakati oleh ketua pengurus dengan pengurus KP2, kru Majalah Muara,
Buletin Kompak, dan Bhindhara pada tanggal 11 Desember 2012. Mereka telah melanggar MoU pasal 2 tentang “Bentuk Kerjasama”, item
ketiga, yang menyatakan bahwa “Setiap kebijakan mesti melalui musyawarah mufakat bersama para
pihak”.
“Salah satu kesepakatan dalam musyawarah dulu itu (9/12) adalah
segala kebijakan mengenai pers harus dimusyawarahkan dulu kepada kami. Kalau langsung
melapor kepada dewan pengurus tanpa bermusyawarah dulu dengan kami, berarti kan
Aziz telah
melangkahi kami,” ungkapnya.
Atas kesepakatan pengurus harian, ia memberhentikan semua kru Majalah
Muara. Sedangkan kru Buletin Kompak tetap. Alasan hanya
memberhentikan kru Majalah Muara karena, menurutnya, yang menjadi kreator atas masalah tersebut adalah kru Majalah
Muara.
Fitrotussalihin, ketua seksi KP2, mengungkapkan
dalam waktu dekat pengurus KP2 akan mengangkat kru yang baru. Namun ia tidak bisa menjanjikan realisasi penerbitan Majalah Muara
untuk tahun ini.
“Kita tunggu saja. Apabila penggantinya nanti baik, maka Muara
akan segera terbit,” paparnya.
4 komentar:
terus kemana arah perpersan di lubangsa sekarang...
HAhahhahahahhaha, aneh, jdi pengin tahu kira-kira apa isi dari bindhara, apa sudah betul-betul sesuai dengan kode etik jurnalistik?... tapi yg saya garis bawahi, mereka semua yg ada di bindhara masih proses belajar, dan jika memang ada berita yg tidak berimbang, segeralah mereka tegur untuk memberikan ruang hak jawab kepada yg merasa dirugikan... OPINI TENTANG "BRUTALNYA" PEBNGRUS SEGERA DIHENTIKAN, saya jdi tidak enak mendengarnya.
menarik, seperti jaman orba saja.,,
saya juga pengen tahu isi bhindara apa saja.
bagi saya proses belajar yang mengalami kekeliruan dalam belajarnya, adalah hal yang wajar dan tidak perlu mendapat sanksi yang "keterlaluan"
sebab sejatinya, semua orang pasti belajar dari kekeliruan
Saat Bhindara menjadi tempat curhat atau tempat menumpahkan "ketidak puasan santri" terhadap berbagai hal pengelolaan Pesantren, jadikanlah hal itu sebagai indikator, bahwa ada sesuatu yang "mampet" di Lubangsa. Lalu, sumber masalahnya bukan terletak Bhindara, cara mengurainya juga bukan dengan memberangus dan mengkambing hitamkan Bhindara dan orang-orang di dalamnya, melainkan dengan konsolidasi internal pengurus dan menata manajemen secara lebih baik.
Posting Komentar