M SYAIFUL BAHRI, mahasiswa
Fakultas Tarbiyah, INSTIK Annuqayah, Guluk-Guluk Sumenep Madura - philoq@rocketmail.com
Selasa (6/12) petang, hujan turun, saat itulah Karantina
Kepenulisan diakhiri. Acara yang diadakan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Institut
Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) Guluk-Guluk Sumenep, merupakan proses
mencetak penulis harapan masa depan. Untuk mewujudkannya tidaklah mudah.
Menjadi penulis adalah pilihan, butuh perjuangan, dan pengorbanan panjang nan
melelahkan. Pilihan dengan segala hal yang tak mengenakkan.
Bercita-cita ingin menjadi penulis harus siap dengan
penderitaan, kesusahan, dan kesakitan. Menjadi penulis, kita harus ngotot dan
terus menulis tanpa henti. Begitulah kira-kira pesan M Faizi MHum., penyair
nasional dari Pondok Pesantren Annuqayah, saat menjadi pemateri pada salah satu
sesi di acara tersebut. Dengan itu, kiranya karantina kepenulisan dianggap
sangat penting untuk diadakan, mengingat betapa sulitnya menjadi penulis.
Lewat acara tersebut nantinya dapat melahirkan insan kompeten
dalam menulis. Hal ini tentu sangat didambakan kampus Instik Annuqayah,
khususnya LPM, selaku penggagas acara yang sepenuhnya didukung langsung
pimpinan kampus. Hal tersebut tampak sekali ketika Rektor membuka langsung
acara pada Rabu (30/11) lalu.
Tidak hanya itu, acara karantina kepenulisan juga dimaksudkan
sebagai proses kaderisasi. Di mana LPM merupakan lembaga mahasiswa yang
mengelola pers dan penerbitan sangat membutuhkan penerus yang andal. Karantina
kepenulisan dipilih karena merupakan langkah membekali mereka untuk dapat
menulis dengan benar sebelum akhirnya mereka masuk di LPM.
Pada acara karantina kepenulisan tersebut, sedikitnya tersaring
13 calon penulis dari 26 pendaftar yang didominasi mahasiswa semester awal.
Sebelum tercatat sebagai peserta karantina, mereka diwajibkan setiap harinya
menyetor tulisan apa saja selama seminggu sebelum karantina dimulai. Hal ini
dilakukan untuk melihat semangat mereka untuk menulis, sekaligus mengukur
kualitas karya mereka.
Dalam karantina tersebut mereka diajari bagaimana cara menulis
yang baik. Juga, sepanjang hari mereka dicekoki dengan berbagai macam materi
penunjang dalam jurnalistik. Seperti, teknik menulis berita, teknik menulis
karya ilmiah, dan semua yang berkaitan dengan dunia menulis. Tidak sampai hanya
di situ, mereka setiap pagi diajak jalan-jalan untuk mencari data dengan
melakukan observasi di berbagai tempat, seperti pasar, ke lingkungan Pondok
Pesantren Annuqayah, dan ke masyarakat sekitar.
Serta, dalam karantina kepenulisan itu mereka diwajibkan menulis
dalam rentang waktu yang sangat singkat, sehabis melakukan pengamatan atau
observasi ke suatu tempat. Ini dimaksudkan sebagai cara pembiasaan bagi mereka
untuk tetap menulis. Dan juga, hal itu merupakan latihan bagaimana menjadi
jurnalis yang handal, sehingga diharapkan mereka akan selalu menulis meski
dengan alokasi waktu yang terbatas, dan ditengah kesibukan yang padat. Dari
bekal materi jurnalistik yang mumpuni, dan pembiasaan yang dilaksanakan setiap
hari, pada suatu saatnya nanti mereka pasti bisa menjadi penulis yang
profesional.
Tulisan ini dimuat di Warteg Surya, 12 Desember 2011.
1 komentar:
mahasiswa di luar instika boleh bergabung?
Posting Komentar