Hairul
Anam Al-Yumna, PPA Latee
Terhitung
dari akhir bulan November sampai 6 Desember tahun ini, Pengurus Lembaga Pers
Mahasiswa Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (LPM Instika) melaksanakan
Karantina Menulis. Setelah melalui seleksi ketat, terjaringlah 13 mahasiswa di
dalamnya. Selama seminggu, mereka akan selalu berkutat dengan kepenulisan.
Sebagaimana
namanya, Karantina Menulis ini menitiktekankan pada kepenulisan. Para peserta
di dalamnya diinapkan di Aula Syarqawi. Mereka tidak boleh melakukan kegiatan
selain yang telah diformat dalam Karantina Menulis. Sebab, oleh LPM Instika,
mereka akan dicetak menjadi penulis andal sebagaimana yang telah dibuktikan
oleh para senior mereka sebelum-sebelumnya.
Mengacu
pada jadwal yang dibuat panitia, kegiatan tersebut terbilang padat. Siang dan
malam selalu diwarnai oleh teknik-teknik kepenulisan. Ditambah lagi belajar
melakukan observasi tiap pagi, menghafal kosa kata Indonesia, mempresentasikan
hasil tulisan, dan membuat serta menganalisis permasalahan.
“Semua
itu dimaksudkan untuk menyemai generasi penulis,” ungkap ketua LPM Instika
2011-2012, Paisun yang dituangkan dalam bentuk Artikel dalam buletin Fajar News
edisi 1 Desember 2011.
Menariknya,
kegiatan yang membutuhkan tenaga ekstra tersebut juga dibalut dengan keseriusan
dalam menjalankan perintah agama. Sebut saja misalnya shalat Tahajjud dan
Dhuha. Bahkan, pelaksanaan shalat sunnah yang berpahala tinggi tersebut masuk
ke dalam jadwal Karantina Menulis.
Tidak
hanya itu, para penulis dan peneliti profesional diberi waktu khusus untuk
membakar semangat para peserta Karantina Menulis. Pada kesempatan itu, hadir M
Mushthafa (penulis sekaligus
peraih beasiswa Erasmus Mundus Uni Eropa), Fathol Haliq (peneliti yang tak pernah absen
diundang dalam Annual Conference on Islamic Studies), Ach. Maimun Syamsuddin (penulis sekaligus penerjemah banyak
buku), dan masih banyak lagi yang lainnya.
Mengenai
seleksi peserta, sebagaimana dituturkan oleh ketua panitia, Ubaidullah Muayyad menyatakan
bahwa seminggu sebelum kegiatan pengurus LPM Instika memberi peluang kepada
seluruh mahasiswa Instika yang bermina untuk mengikuti tes seleksi peserta. Tes
tersebut berupa penyetoran tulisan setiap hari selama seminggu. Para mahasiswa
yang bertahan dalam menjalankan proses itu selanjutnya dijaring ke dalam
Karantina Menulis.
Dalam
perkembangannya, 13 peserta yang telah terjaring itu ternyata mampu bertahan
menjalankan sistem yang diberlakukan dalam Karantina Menulis. Hal itu tidak
terlepas dari motif yang melatarbelakangi mereka ikut Karantina Menulis.
“Saya
ikut Karantina Menulis karena ingin menjadi penulis. Dan kesan yang saya rasakan
selama mengikuti rangkaian kegiatan di dalamnya, sungguh luar biasa!” kata
salah satu peserta jurusan Pendidikan
Agama Islam, M Syaiful Bahri.
Mahasiswa
semester satu yang juga sedang menjabat sebagai ketua perpustakaan PP Annuqayah Latee itu terlihat
cukup bersemangat menjalankan segala aturan main yang ditetapkan penitia dalam
Karantina Menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar