Ali Hisyam, LPM Instika
“Dengan menulis berarti kita belajar, sebab orang
akan bisa menulis kalau bahan telah ada dan tentu bahan tersebut diperoleh
dengan belajar, yaitu membaca,” demikian disampaikan oleh K. Ach. Maimun Syamsuddin, M.Ag., saat berbagi pengalaman
seputar proses menulis bersama peserta Karantina Menulis di Aula As-syarqawi,
lantai dua bagian timur, Sabtu (03/12) Malam.
Lebih lanjut, beliau menuturkan bahwa
menulis bukan merupakan hal yang sepele, tapi butuh banyak data yang
harus dipelajari sebelumnya. “Untuk memenuhi kebutuahan ini, ya, harus
banyak baca; baca buku, koran atau bahan
bacaan lainnya. Gus Dur pun ketika sakit, menjelang operasi, masih menyempatkan
diri untuk membaca,” ujar penulis yang menjadi salah-satu founding father majalah Fajar itu.
Pada sesi Temu Tokoh 4 tersebut, beliau
juga menceritakan kesemangatannya dalam menulis dan membaca. Menurutnya,
semenjak belajar menulis beliau banyak membaca buku. Maka tak heran, ketika
Fajar diterbitkan untuk pertama kalinya, tahun 1996, beliau mampu menulis tentang
“Hubungan Antar Beragama” dengan baik. Suatu hal yang sangat jarang ditemukan
pada masa itu.
Pada sesi tanya jawab, ketika ditanya
tentang motivasi yang membuatnya selalu gigih untuk belajar, beliau menjawab
bahwa beliau terinspirasi oleh pesan Ibu beliau. ”Awalnya saya terinspirasi
oleh kata-kata Ibu dulu, bhe’en benni ana’an kyaeh, benni ana’an reng kaya,
daddi mon terro eyabeseh oreng, ajhar pabajeng ma’ penter ban alem (kamu
bukan anak seorang kiai dan juga bukan anak orang kaya. Jadi kalau mau dilihat
oleh orang lain, maka belajar yang rajin agar menjadi orang pintar dan alim, red
). Saya pun beruntung punya Bapak
miskin, sehingga saya harus belajar dan belajar hingga menjadi orang yang
diperhitungkan orang,” tutur dosen sekaligus Dekan Fakultas Ushuluddin Instika tersebut.
Di akhir pertemuan, beliau menganjurkan
kepada seluruh peserta Karantina Menulis untuk membentuk komunitas diskusi.
Sebab, menurut beliau, melalui komunitas tersebut seseorang bisa mendapatkan
ilmu dari banyak ilmu. “Sebab dengan komunitas itulah, beberapa ilmu dari
banyak ilmu yang tak bisa kalian dapatkan dalam waktu singkat menjadi bisa,
meski hanya sedikit,” pungkasnya.
Berita ini dikutip dari Fajar News.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar