Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee
Guluk-Guluk—Senin (27/6) siang kemarin, pengurus LPM se-Madura mengadakan kunjungan ke LPM Instika. Mereka tergabung dalam Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) wilayah Madura. Kunjungan tersebut merupakan bagian dari program kerja PPMI yang diberi nama Safari Pers.
Dalam surat yang dikirim via email sehari sebelum hari “H” oleh Sekjen PPMI wilayah Madura, Ahmadi, tertera keterangan bahwa ada 28 orang dari LPM se-Madura yang bakal hadir ke LPM Instika. Sayang, hanya 10 orang yang hadir. Mereka adalah pengurus LPM Unira Pamekasan, LPM Unijoyo Bangkalan, LPM STKIP dan LPM STITA Sumenep.
“Kami mohon maaf kepada teman-teman LPM Instika karena yang datang tidak sesuai dengan harapan. Teman-teman banyak yang ikut UAS sehingga berhalangan hadir,” kata Ahmadi.
Menurut pemuda kelahiran 1988 yang juga mengemban amanah ketua LPM Unira itu, alasan memilih LPM Instika sebagai objek dari Safari Pers ialah karena melihat LPM Instika hingga kini bertahan dalam menorehkan prestasi.
“Kami sudah lama mengetahui sepak terjang LPM Instika dalam dunia pers. Kami tidak meragukan lagi kehebatannya,” ujar Ahmadi polos sembari tertawa pelan.
Dari itulah, tambah Ketua LPM STKIP, Hendri, PPMI ingin belajar banyak hal terhadap LPM Instika. “Terutama berkenaan dengan proses kaderisasi dan proses penelitian serta penerbitan yang selama ini dilakukan oleh teman-teman LPM Instika,” kata ketua LPM STITA Sumenep, Syamsul.
Masalah kaderisasi
Sekalipun Safari Pers tersebut terbilang mendadak, pengurus LPM Instika bergerak sigap memersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan. Atas rekomendasi PR III H Moh. Husnan A Nafi’, pengurus LPM Instika menggunakan Aula I sebelah barat Laboratorium Bahasa sebagai tempat pelaksanaan Safari Pers. Mereka mengemasnya dengan forum santai sekaligus serius. Mereka memanfaatkan LCD Proyektor untuk presentasi tentang profil LPM Instika.
Ketika jam menunjukkan pukul 16.00 WIB, Ketua LPM Instika, Hairul Anam, bertindak menjadi pengantar sekaligus menjelaskan tentang perjalanan LPM Instika selama ini, mulai dari kedudukan LPM Instika yang independen, visi-misi, struktur kepengurusan, program kerja, dan prestasi-prestasi yang telah ditorehkan oleh LPM Instika.
Setelah itu, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dimoderatori langsung oleh koordinator Divisi Litbang LPM Instika, Syamsuni. Para pengurus LPM yang tergabung dalam PPMI itu berbagi pengalaman berkenaan dengan keadaan LPM mereka masing-masing. Pertemuan tersebut memakan waktu yang tak sedikit. Magrib makan, shalat, dan berlanjut lagi hingga pukul sekitar 22.00 WIB.
Rata-rata permasalahan utama yang dialami LPM se-Madura ialah berkenaan dengan kaderisasi. Sebutlah di LPM STITA. Menurut ketuanya, Syamsul, minat mahasiswa STITA terhadap dunia baca-tulis sangat lemah. Hal itu berdampak pada minimnya kader-kader yang bakal dijaring menjadi bagian dari kepengurusan LPM STITA.
“Di Unira tidak jauh beda dengan kondisi di STITA. Biasalah, Unira ‘kan basis mahasiswanya kota. Jangankan baca atau menulis, bawa buku saja sama sekali tidak mentradisi,” ungkap Adi, panggilan Ahmadi, sembari ketawa dengan santainya.
Berbeda dengan di STKIP Sumenep. Menurut ketuanya, Hendri, kendala utama di LPM STKIP ialah ketidakaktifan para pengurusnya. Di samping itu, para pengurus di LPM Instika ialah melalui proses penjaringan sewaktu Ordik.
“Kami memberi kesempatan kepada peserta Ordik yang berminat magang di LPM STKIP. Mereka kami bekali dengan pelatihan-pelatihan kepenulisan dan jurnalistik. Setelah itu, kami memercayakan kepada mereka untuk mengelola penerbitan buletin,” papar Hendri.
“Pengurus LPM STKIP mencapai 30 orang, tapi kini bersisa 3 orang. Meski demikian, kami tetap semangat membimbing para mahasiswa yang mau berproses di LPM,” tambah Hendri.
Dari persoalan itulah, mereka memohon kepada para pengurus LPM Instika untuk berbagi pengalaman terkait dengan proses kaderisasi di LPM Instika.
Koordinator kaderisasi LPM Instika, Ach. Qusyairi Nurullah, menjelaskan bahwa proses penjaringan kader di LPM Instika sangat ketat.
“Kami tidak serta merta memagangkan mahasiswa di LPM Instika. Sebelum magang, mereka masih melalui tahapan-tahapan yang tak ringan,” jelas Guguk, panggilan akrab Ach. Qusyairi Nurullah.
LPM Instika, lanjut mahasiswa yang kini jadi Presma itu, mengadakan kerja sama dengan organisasi ekstra kampus yang berhaluan sama dengan visi-misi PP Annuqayah. Dalam hal ini ialah PMII. Di organisasi inilah dipetakan potensi kader-kadernya. Kader-kader yang punya minat dalam dunia tulis-menulis dibimbing oleh LPM Instika.
“Untuk kepengurusan kali ini, ada 18 mahasiswa yang mau berproses di LPM Instika. Selama sekitar setengah bulan, mereka diwajibkan menulis setiap hari minimal sehalaman kertas folio bergaris,” kata Guguk.
Dari itu nantinya diketahui siapa saja kader yang bertahan dan tabah berproses dengan pengurus LPM Instika. 18 mahasiswa tersebut saat ini telah disaring kembali menjadi 6 orang.
“Kami sudah memagangkannya di Fajar News (buletin mingguan yang isinya berita, red.),” tegas Guguk dengan wajah serius.
Anam menambahkan bahwa proses kaderisasi di LPM Instika terbilang berjalan optimal karena LPM Instika membangun iklim kompetisi di media massa dan tiap kali ada momen lomba kepenulisan.
“Beberapa waktu yang lalu, ada lomba di Unair dan Universitas Wahid Hasyim yang sifatnya kolektif. Nah, LPM Instika membentuk enam kelompok yang diketuai oleh para pengurus senior. Sedangkan anggotanya terdiri dari mahasiswa magang di LPM Instika,” katanya.
Dalam kesempatan itu, para pengurus LPM Instika menyatakan bahwa proses kaderisasi di LPM Instika berjalan mudah karena beberapa hal yang melatarbelakanginya.
Pertama, peran PP Annuqayah. Di beberapa daerah di lingkungan PP Annuqayah telah membudaya dunia kepenulisan. Di blok-blok pesantren terdapat komunitas-komunitas kepenulisan yang dibimbing langsung oleh para penulis senior yang juga tercatat sebagai santri.
Kedua, tersedianya media massa yang diterbitkan oleh pesantren yang penanganannya dipasrahkan kepada santri. Misal, majalah Hijrah PP Annuqayah Latee, Muara PP Annuqayah Lubangsa, Iltizam PP Annuqayah Latee II, dan sebagainya.
Ketiga, peran lembaga pendidikan di lingkungan PP Annuqayah. Di lembaga tersebut, disediakan media massa yang penggarapannya dilakukan secara serius dengan biaya ditanggung oleh sekolah. Sebutlah misal majalah Infitah MA Tahfidh Annuqayah, Pentas MA 1 Annuqayah Putra, Inspirasi MA 1 Annuqayah Putri, Tafakkur SMA Annuqayah, dan sebagainya.
Alhasil, ketika ada yang dari mereka nantinya bersentuhan dengan LPM Instika, mereka tidak mengalami keterkejutan karena sudah akrab dengan dunia pers dan kepenulisan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
salam pers mahasiswa...
kami dari LPM Activita STAIN Pamekasan tidak mendapatkan kabar terkait PPMI yang diselenggarakan di INSTIKA.... mohon di klarifikasi
Salam Pers Mahasiswa
Posting Komentar