Hairul Anam Al-Yumna, PPA Latee
Guluk-Guluk—Kemenangan pasangan A Qusyairi Nurullah dan Mahbubul Huda dalam Pemilu Raya Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) pada hari Senin (20/6) kemarin bukan karena keberuntungan atau takdir semata, melainkan ditopang oleh tekad bulat dari berbagai elemen yang mendukungnya, terutama Partai Kesejahteraan Mahasiswa (PKM) yang dikomandani Fathol Alif, mahasiswa Tafsir Hadir semester IV.
Menurut Alif, PKM membentuk banyak tim yang diketuai oleh Syamsuni, salah satu mahasiswa yang mengemban amanah sebagai koordinator divisi Litbang LPM Instika. Dialah yang membangun strategi pemenangan pasangan yang diusung PKM.
Saat ditemui di kantor LPM Selasa (21/6) pagi, Syamsuni berbagi informasi berkenaan dengan strategi yang dilakukannya. “Strategi utama yang kami kedepankan ialah merajut silaturrahmi secara berkesinambungan dengan para mahasiswa. Saya yakin, siapapun yang diperhatikan secara sungguh-sungguh akan terketuk hatinya untuk diajak kerja sama,” ujarnya.
Di samping itu, Syamsuni membentuk tim yang terpetakan pada mahasiswa yang berada di pesantren dan luar pesantren. Tim-tim yang berada di pesantren digerakkan oleh Mahbubul Huda, Wakil Presma, dengan mengorganisasi di tiap blok pesantren. Sedangkan di luar pesantren ditangani sendiri oleh Syamsuni dan Guguk—panggilan akrab Qusyairi.
“Jadi, kami tidak hanya komunikasi via handphone. Tapi lebih dari itu, kami terjun langsung ke mahasiswa sekalipun membutuhkan perjuangan berdarah-darah,” ungkap Syamsuni meyakinkan.
Di luar pesantren, Syamsuni juga membentuk tim di beberapa daerah, mulai dari Lenteng, Bluto, Ganding, Lengkong Bragung, Guluk-Guluk, Pragaan, dan daerah-daerah lainnya yang terdapat banyak mahasiswa Instika. Pembentukan tim di masing-masing kelas juga tidak luput dari perhatian Syamsuni.
Syamsuni berterus terang, strategi yang dilakukannya tidak lepas dari rintangan. Rintangan tersebut berupa gerakannya dihadapkan pada waktu pelaksanaan UAS yang cukup dekat. “Mahasiswa tentunya tak sedikit yang konsentrasi pada belajar untuk menghadapi UAS ditambah lagi gerakan lawan politik kita yang lumayan bagus,” katanya.
Namun, tambah Syamsuni, masalah tersebut tidak lantas membuatnya menyerah. Dia selalu membangun komunikasi aktif dengan para timnya. Ditambah lagi kontrol yang dilakukannya secara terus-menerus.
“Saya selalu meluangkan waktu komunikasi dengan para tim. Semisal, tim di masing-masing kelas. Terutama, di kelas semester II. Di semester inilah kita punya peluang dapat suara banyak karena mahasiswanya masih peduli terhadap Pemilu Raya,” paparnya.
Sebagai kata akhir, Syamsuni menegaskan bahwa permainan politik busuk semisal money politic selalu diupayakan dihindari olehnya. Sebab, bila itu dilakukan maka akan mencederai kesucian idealisme mahasiswa yang dituntut menjunjung tinggi kejujuran.
“Pemilu Raya kampus ini merupakan momen penting yang harus kita jalani dengan baik. Inilah yang melandasi kami untuk tidak bermain kotor dalam menekuni politik kampus,” tandasnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar