Sumarwi dan Fandrik HS Putra
GULUK-GULUK—Sejumlah anggota Forum Komunikasi Antar Pondok Pesantren (FKAPP) Makassar mengadakan study comparative ke berbagai pondok pesantren di Pulau Jawa, salah satunya ke Pondok Pesantren Annuqayah. Senin (07/12) kemarin rombongan itu tiba di PP Annuqayah sekitar pukul 15.15 WIB dengan menggunakan 2 mobil Xenia hitam. Ketika memasuki lingkungan PP Annuqayah mereka terlebih dahulu berkeliling ke berbagai komplek daerah pesantren sebelum memasuki area MA 1 Annuqayah Putri.
Rombongan yang berjumlah 14 orang tersebut disambut langsung oleh Ketua Pengurus PP Annuqayah, Drs. K.H. A. Hanif Hasan di ruang pertemuan MA 1 Annuqayah. Turut menyambut pula sejumlah Masyayikh di antaranya, Drs. K.H. A. Warits Ilyas dan K.H. Ahmad Basyir AS. Acara yang berlangsung selama kurang lebih satu jam itu diisi dengan silaturrahmi dan sharing bersama mengenai prospek pondok pesantren ke depan.
Drs. Muhlis Chalik selaku pembicara dari FKAPP menyebutkan bahwa tujuan meraka berkunjung ke Annuqayah adalah bersilaturrahmi, sharing bersama dan meminta tausiyah mengenai pengembangan pondok pesantren yang baik. Beliau juga menguraikan beberapa permasalahan yang dialami pesantren-pesantren di Makassar. Salah satunya adalah santri ketika berada di lingkungan pondok pesantren menjadi liar padahal menurutnya seharusnya santri itu jinak.
"Kami sudah mengajarkan kitab klasik seperti kitab Ta'limul Muta'allim, agar santri bisa berakhlakul karimah dengan baik, akan tetapi mereka tetap saja liar," ungkapnya.
Sebagai pengenalan kepada para rombongan FKAPP mengenai PP Annuqayah, Kiai Warits memulai dengan menguraikan sejarah berdirinya Pondok Pesantren Annuqayah dan perkembangannya sampai saat ini. Beliau juga menyinggung mengenai lembaga-lembaga pendidikan dan daerah-daerah di Annuqayah beserta para pengasuhnya.
"Pertama kali pondok pesantren ini bukan bernama Annuqayah, tetapi bernama Pesantren Guluk-Guluk. Sejak didirikan pada tahun 1887, alhamdulillah kami telah melahirkan santri yang bisa berperan penting di masyarakat," tutur beliau.
Beliau juga mengatakan, meski PP Annuqayah terdiri dari berbagai daerah, bukan lantas berjalan sendiri-sendiri. Ada bentuk penyatuan yang dilakukan oleh pengasuh antar daerah, semisal penyatuan lembaga pendidikan formal. Para kiai dan asatidz saling mengisi pengajian kitab antardaerah. Santri juga boleh mengikuti pengajian kitab ke daerah mana saja. Beliau juga sedikit mengupas mengenai SPP di PP Annuqayah yang relatif murah.
"Dari tingkat TK sampai tingkat MA para siswa tidak dipungut SPP, hanya ada sumbangan sebesar 30 ribu untuk pesantren selama satu tahun. Madrasah Diniyah, gurunya tidak digaji. Mereka mengajar sebagai bentuk pengabdian terhadap pesantren untuk mendapat barokah," ungkap pengasuh PPA Lubangsa tersebut.
Setelah itu, dilanjutkan dengan sesi pertanyaan dari pihak FKAPP. Namun yang ditanyakan hanya satu pertanyaan. Menurut Drs. Muhlis Chalik, pertanyaan-pertanyaan itu sudah bisa dijawab ketika berkeliling Annuqayah.
Sebagai penutup pada acara itu, Kiai Basyir menutup dengan doa. Setelah itu, para peserta pulang. Sebelum pulang, beberapa peserta masih mengabadikan kunjungan ke Annuqayah, yaitu melakukan foto bersama dengan beberapa santriwati yang kebetulan pada waktu itu berada di sana.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar