Rabu, Mei 01, 2013

FTT 2013 (Bagian 3): Tampil Maksimal, Tinggal Doa dan Tawakkal

Umarul Faruq, PPA Latee

Pada hari kedua, Rabu (17/4), kami sudah mempersiapkan segala sesuatu yang kami perlukan untuk tampil maksimal di semua lomba, mulai dari debat, pidato mahasiswa, maupun story telling. Setelah sarapan pagi, kami langsung ke halte menunggu bikun yang akan ke FIB. Tidak lama kami menunggu, bikun kosong yang baru datang langsung disesaki oleh peserta FTT. Bikun pun berangkat dengan kecepatan sedang.

Hari ini ada tiga lomba yang kami ikuti: story telling, puisi mahasiswa, pidato mahasiswa, dan dua babak pertandingan debat. Berhubung jadwal tampil story telling agak awal, semua rombongan Annuqayah berkumpul di tempat berlangsungnya lomba tersebut untuk memberikan dukungan kepada Fathur Rahim, peserta story telling dari Annuqayah, kecuali tim debat yang sudah harus standby di aula masjid UI untuk mempersiapkan bahan dan referensi tema debat. Sementara itu, Ach. Fauzi, peserta lomba pidato mahasiswa, juga ikut berkumpul di tempat lomba story telling. Berhubung urutan tampilnya masih cukup lama, jadi dia masih sempat memberikan dukungan kepada teman-temannya yang lain.

Secara umum penampilan peserta dari Instika cukup memukau. Terbukti tim debat Instika mampu melalui dua babak yang dilaksanakan pada hari itu; babak perdelapan dan perempat final. Tidak hanya itu saja, mereka juga menuai banyak pujian dari berbagai pihak, baik dari juri dan juga penonton.

Hal anta min ahlil balaaghah? Mumtaaz! Lughatuka jamiilah, wa usluubuka jayyid, tamatta’tu bi kalaamika. Mumtaaz, mumtaaz! (Apa kamu jago balaghah? Luar biasa! Bahasamu keren, susunannya bagus, saya sangat menikmatinya. Hebat, hebat!),” kata salah satu juri debat yang asli Mesir memuji tim debat Instika.

Pada pertandingan babak perdelapan final, tim debat Instika melawan tim debat UIN Bandung dengan perolehan skor yang terpaut cukup jauh, 175 dan 120. Sementara pada pertandingan perempat final, tim debat Instika melawan tim debat UIN Maliki Malang dengan perolehan skor yang sama, 176. Namun karena salah satu pembicara dari tim debat UIN Maliki melewati batas waktu yang telah ditentukan, mereka mendapat penalti dengan pengurangan nilai sebanyak 5 poin dan akhirnya tim Instika-lah yang dinyatakan lolos ke babak semifinal.

Di pihak lain, Ach. Fauzi peserta lomba pidato utusan Instika juga tampil menakjubkan dan agak unik dibanding peserta kebanyakan. Dia membawa pedang dan bodyguard untuk melengkapi aksesorisnya waktu menyampaikan pidato. Sayang sekali kondisi cuaca tidak terlalu mendukung. Waktu dia menampilkan pidatonya, hujan turun sangat deras disertai suara petir. Tak ayal, alunan instrumen yang telah dia siapkan untuk mendramatisasi suasana tidak terdengar sama sekali. Suara audio portabel yang dia bawa kalah jauh dibanding gelegar petir yang sahut-menyahut tak henti-henti.

Lain halnya dengan lomba story telling. Penampilan Fathur Rahim malah mengundang tawa dari penonton dan juri. Ekspresi wajahnya yang imut dan menggemaskan memaksa hadirin memegang perut karena tertawa. Padahal sebenarnya dia sangat serius membawakan ceritanya, tapi justru ekspresi seriusnya itulah yang menjadi lucu. Jadi dari sisi akting dan aksesori Fathur Rahim ada di peringkat atas. Tinggal menunggu keputusan dewan juri apakah dia pantas mendapatkan gelar juara atau tidak.

Entah sengaja atau hanya iseng, Ibnu Hajar yang kebetulan bertemu dengan Ra Mamak, bertanya “Gimana, Ra? Gimana penampilan utusan Instika?”

Muhammad Shalahuddin Warits, nama panjang Ra Mamak, salah satu kiai muda PP Annuqayah yang dipercaya menjadi juri di cabang lomba puisi mahasiswa pun menjawab “Bagus, bagus! Annuqayah masuk di antara enam peserta terbaik. Namun, sebenarnya sudah ada yang lebih baik dari dia. Jadi tunggu saja hasilnya gimana.

Tidak ada komentar: