Fahrur Rozi, PPA Lubangsa
Selatan
Guluk-Guluk—Kamis, 18
April 2013, Festival Cinta Buku (FCB) V Nasional, Badan Eksekutif Mahasiswa
Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (BEM-I Instika), menghadirkan tiga penulis
dari Kota Pahlawan. Mereka adalah Zaki Zubaidi, Aan Haryono, dan Mashuri.
Kedatangan mereka ke Sumenep dalam rangka mengisi diskusi buku berjudul Penggali
Sumur.
Penggali Sumur merupakan kumpulan cerpen yang ditulis oleh Zaki Zubaidi,
salah seorang jurnalis koran Seputar Indonesia. Ada tiga belas cerpen
yang termuat di dalamnya dengan beragam tema. Sebelumnya, cerpen-cerpen
tersebut telah diterbitkan beberapa media di Tanah Air.
Dalam kesempatan itu, Mashuri, salah satu pembanding, mengatakan,
dalam cerpen-cerpennya, Zaki kerap menghadirkan tokoh-tokoh yang tidak biasa.
Tidak biasa dalam arti di atas biasa atau di bawah biasa. Menurutnya, ia memotret apa yang
berada di balik yang tampak.
“Mas Zaki menggali apa yang ada di balik permukaan untuk menanyakan,
apakah ini memang benar-benar A, seperti yang tampak dari luar, atau bukan?” kata Mashuri. Ia mencontohkan
cerpen berjudul “Bapak”. Cerpen tersebut berkisah tentang seorang bapak yang
menyembelih anaknya gara-gara pikun.
Tentang cerpen “Bapak”, Aan Haryono, pembanding lainnya, mengatakan,
kisah tersebut akan menimbulkan persepsi benar-salah yang tumpang tindih.
Posisi bapak di dalamnya tak bisa serta-merta disalahkan ketika membunuh
anaknya karena ia sedang menderita pikun.
Bagi Mashuri, Zaki juga pandai menawarkan daya kejut yang tinggi. Ia
mencontohkan cerpen berjudul “Penggali Sumur”. Cerpen tersebut menceritakan
tentang seorang penggali sumur yang pada akhir cerita diketahui berjenis
kelamin perempuan. “Ini merupakan bentuk keabnormalan karena yang biasa
menggali sumur adalah laki-laki,” lanjutnya.
Dalam proses kreatifnya, Zaki menyebut dia banyak belajar dari
Mashuri ketika masih kuliah di Universitas Airlangga, Surabaya. Mashuri,
akunya, yang pernah mondok dua kali bisa mengerem kebiasaannya berhura-hura.
“Orang Surabaya itu hidupnya hura-hura,” katanya. Mashuri pula yang
membuatnya sadar bahwa menulis itu ibadah. Dari itu, ia bisa merasa luar biasa
ketika menjadi penulis, setelah sebelumnya selalu tidak percaya diri karena
memilih jurusan Sastra Indonesia saat kuliah.
Bagi Mashuri, menulis sangat membantu bagi orang yang kesulitan
menyampaikan gagasan melalui lisan. Pun, gagasan tersebut bisa menyeluruh,
kompleks, awet dan bisa menyebar ke mana-mana.
Acara yang berlangsung sekitar pukul 09.50-12.45 WIB tersebut
dihadiri oleh sejumlah santri putra dan putri dari berbagai daerah di
Annuqayah, serta non-santri. Turut hadir dalam kesempatan itu K. M. Faizi, salah
satu penyair dan pengasuh PP Annuqayah. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan
terima kasih kepada rombongan dari Surabaya yang telah hadir di PP Annuqayah.
Khusus kepada penulis (Zaki Zubaidi), beliau berpesan agar tidak perlu berkecil
hati apabila nanti bukunya tidak banyak yang laku.
“Kalau ada orang yang bilang bahwa daya baca
sanstri Annuqayah itu sangat bagus, yang lebih bagus lagi sebetulnya adalah
daya pinjamnya,” lanjut beliau. Dalam kesempatan itu,
K. Faizi juga menyampaikan bahwa FCB merupakan kegiatan tahunan yang sudah
berlangsung sejak tahun 2007.
Bertempat di Aula Asy-Syarqawi, PP Annuqayah,
Guluk-Guluk, Sumenep, diskusi kumpulan cerpen ini merupakan acara bedah buku
pertama kalinya dalam rangkaian acara FCB V Nasional. Dua
hari sebelumnya, panitia menghadirkan A.S. Laksana, salah satu sastrawan Indonesia, yang
didapuk mengisi seminar dengan tema “Buku Sebagai Jantung Peradaban”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar