Selasa, Desember 02, 2008

Pahlawan Pembangunan di Pesantren

Ahmad Al Matin, PPA Latee

Bagi sebagian masyarakat, malam mungkin menjadi waktu untuk istirahat. Tapi bagi santri yang mulia hatinya, malam tak menjadi kendala untuk mengabdi pada pesantren, walaupun mereka harus melawan rasa kantuk yang terus bergelantung di mata mereka.
Pada Senin (1/12) dini hari, hal itu terbukti. Sekitar 10 orang santri tampak bekerja dengan ikhlas menggali lubang IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) untuk pembangunan biogas Sanimas di sebelah jeding raksasa PPA Latee. Mereka bekerja semalam penuh dengan semangat juang empat lima. Bagi mereka, tidak masuk sekolah untuk esok harinya pun tidak masalah, asalkan mereka bisa mengabdi pada pesantren.
“Semua tak jadi masalah bagi saya. Mau punya alpa banyak di sekolah atau apa kek, yang jelas saya ingin mengabdi untuk Pesantren Latee ini,” tutur salah satu santri yang pada malam itu ikut bekerja.
Penggalian lubang IPAL ini tidak cuma dilakukan di malam hari saja tapi juga pada siang hari. Siang hari hanya dikhususkan pada masyarakat yang membantu, sedangkan untuk santri hanya di malam hari saja. Namun lain dari itu, banyak juga santri yang pada siang hari juga ikut membantu. Tapi kebanyakan dari mereka adalah santri yang sudah bebas kuliah dan menjadi guru.
“Pembangunan ini memang harus ada partisipasi santri. Tapi bukan lantas mereka itu mengorbankan sekolah. Salah jika mereka lebih mengutamakan membantu pembangunan ini ketimbang sekolah,” kata Faisol Abdullah, ketua proyek pembangunan biogas Sanimas.
Lain untuk santri, lain lagi untuk masyarakat yang ikut membantu menggali lubang itu. Bagi mereka, membantu pesantren sama saja dengan membantu kiai. Menurut mereka, dengan membantu pembangunan pesantren, mereka berharap mendapat barokah dari kiai yang menurut pandangan mereka sangat mulia dan dekat dengan Allah.
“Bekerja di sini saya tidak mengharapkan apa-apa. Saya hanya berharap, dengan keikhlasan saya, saya bisa mendapatkan barokah dari kiai,” kata Hasandiyak, salah satu masyarakat yang membantu.
Berkat keikhlasan dari masyarakat dan santri dalam membantu penggalian ini, saat ini lubang IPAL yang rencananya akan digali sedalam empat meter itu sudah tergali sedalam dua meter.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

tapi harus diingat juga, orang tua para santri memondokkan anaknya untuk mencari ilmu, bukan bekerja. jadi kalau sampai tidak sekolah karena ngantuk itu jelas KELIRU.