As-salâmu ’alaykum warahmatulLâh wabarakâtuh
بسم الله الرحمن
الرحيم، الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات، الحمد لله الذي خلق الأرض والسموات،
الحمد لله الذي علم العثرات، فسترها على أهلها وأنزل الرحمات، ثم غفرها لهم ومحا
السيئات، فله الحمد ملء خزائن البركات، وله الحمد ما تتابعت بالقلب النبضات، وله
الحمد ما تعاقبت الخطوات، وله الحمد عدد حبات الرمال في الفلوات، وعدد ذرات الهواء
في الأرض والسموات، وعدد الحركات والسكنات، والصلاة والسلام على المصطفى أهل
الفضائل والحسنات، والصحب والآل ومن تبع عدد ما كان من الكائنات. أما بعد،
Yang saya
ta’dhimi dewan masyayikh Pondok Pesantren Annuqayah beserta seluruh keluarga
besar Bani Syarqawi. Yang saya hormati pengurus Yayasan dan pengurus Pesantren
Annuqayah, baik pusat maupun daerah. Yang saya ta’dhimi ketua kopertais IV wilayah
Jawa Timur. Yang saya hormati Bapak Bupati Sumenep dan kepala kemenag Kabupaten
Sumenep. Yang saya hormati Bapak Rektor dan wakil-wakil Rektor Institut Ilmu
Keislaman Annuqayah. Yang saya hormati civitas akademika dan seluruh dosen
pengajar Institut Ilmu Keislaman Annuqayah. Dan yang saya hormati pula seluruh
undangan yang hadir pada acara di pagi menjelang siang ini.
Pertama saya
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang bersangkutan karena
telah memberikan kesempatan pada saya untuk menyampaikan kesan pesan di tempat dan
moment yang sangat penting ini, mewakili teman-teman wisudawan dan wisudawati
Institut Ilmu Keislaman Annuqayah. Saya merasa malu berdiri di hadapan kalian
mewakili teman-teman wisudawan dan wisudawati. Secara keilmuan jujur masih
banyak yang lebih pintar dan berwawasan daripada saya, secara etika dan akhlaq
masih banyak yang lebih alim dan tawadhu’ daripada saya dan secara umur saya
bukanlah wisudawan termuda atau tertua di ruangan ini. Maka dari itu, saya
mohon maaf apabila nanti ada kata-kata yang salah atau kurang berkenan di hati
para hadirin sekalian.
Hadirin yang
saya hormati.
Saya patut
bersyukur pada Allah Yang Maha Kuasa karena pada hari ini, saya dihitung sebagai
salah satu dari beberapa wisudawan-wisudawati berprestasi di kampus Instika yang
saya cintai. Saya sangat berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membentuk diri saya hingga menjadi seperti sekarang ini, utamanya Bapak dan Ibu
saya yang tak pernah lupa berdoa dan memberikan motivasi kepada saya dan
membanting tulang mencari nafkah demi kelanjutan studi saya di perguruan tinggi.
Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh
guru-guru saya, dari guru alif hingga Bapak-Ibu Dosen di kampus Instika,
utamanya para Masyayikh Pondok Pesantren Annuqayah; baik yang masih hidup
seperti KH. Ahmad Basyir AS, KH. Abd. Warits Ilyas, KH. Abd. Basith AS, dan KH.
Abd. Muqsith Idris, maupun yang telah dipanggil oleh Yang Kuasa seperti KH.
Ishomuddin AS, KH. Mahfudz Husaini, KH. A. Tsabit Khazin, dan kyai-kyai lainnya
yang tak mungkin saya sebutkan semua. Tak lupa pula saya mengucapkan
terimakasih buat almamater tercinta, Institut Ilmu Keislaman Annuqayah karena
telah memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar dan menimba ilmu bersama
teman-teman empat tahun lamanya.
Berbicara
soal prestasi, alhamdulillah saya dan beberapa teman mahasiswa Instika diberi
kepercayaan menjadi duta Instika untuk menggaungkan nama Annuqayah di berbagai
belahan Nusantara. Awalnya, bagi saya pribadi itu hanyalah mimpi kosong di
siang bolong yang rasanya mustahil bisa saya capai. Namun kenyataan berbicara
beda, dalam beberapa tahun terakhir saya dan beberapa teman yang juga diwisuda
pada hari ini dengan kehendak Allah mampu mencapainya, meneriakkan nama Annuqayah
dan membuktikan bahwa kita juga bisa. Makassar, Mataram, Surabaya, Malang,
Jogja, Bandung, Depok, Purwokerto, Jakarta, Lampung, bahkan Padang
alhmadulillah sudah tahu bahwa di Madura ada kampus bernama Instika dan pondok
pesantren bernama Annuqayah yang telah mampu mencetak mahasiswa-mahasiswa
berkualitas setara institusi-institusi pendidikan terkenal lainnya. Beberapa
kali duta Instika atau Annuqayah secara umum telah mampu menjuarai lomba taraf
nasional, bahkan internasional, menyisihkan ratusan bahkan ribuan peserta
lainnya. Alhamdulillah, alhamdulillah!
Bagi banyak
orang, pencapaian seperti itu tentu merupakan prestasi yang sangat
membanggakan. Bagaimana tidak? Instika yang apa adanya, dengan biaya kuliah
murah meriah, fasilitas seadanya, ruang kuliah sederhana, namun mampu bersaing
mensejajarkan namanya di deretan nama kampus-kampus lain yang jauh lebih wah
dan terkenal di negeri ini. Nama Instika menjadi nama yang diperhitungkan dalam
berbagai momen lomba. Tak jarang saya dan beberapa teman lainnya ditanya oleh
teman-teman mahasiswa dari luar sana tatkala nama Instika tidak ada dalam list
peserta momen lomba; “Instika nggak ikutan? Kenapa?” “Annuqayah gimana? Ikut
nggak di Universitas Indonesia nanti?” “Ayo mas! Saya tunggu Annuqayah di
Padang nanti! Jangan sampai nggak ikut lo ya!” dan sapaan-sapaan sejenis baik
lewat jejaring sosial maupun telpon seluler. Menurut saya, ini adalah bukti
kongkrit bahwa Instika sudah dikenal oleh massa, banyak pihak menunggunya,
bahkan ada beberapa kampus swasta yang merasa mendapat kehormatan jika bisa
bertarung melawan Instika dalam berlomba. Hal ini juga membuktikan bahwa
Instika sudah berada pada jejeran kampus yang layak diperhitungkan sebagai
kandidat juara dalam berbagai macam kompetisi.
Di sisi lain,
ada juga beberapa teman saya yang walaupun tidak membawa nama Instika ke kancah
Nasional, tapi juga berjuang dengan giat belajar sehingga mendapatkan nilai IP
yang sangat bagus demi mengejar cita-cita. Saya sangat salut pada teman-teman seperti
mereka. Mereka dengat giat penuh semangat belajar sementara saya
bermalas-malasan, mereka rajin ke perpustakaan membaca buku sementara saya
rajin ke kantin membeli makanan, mereka tak pernah telat mengerjakan tugas dari
dosen sementara saya selalu mendapatkan warning karena makalah tak
selesai-selesai, kemana-mana mereka membawa buku sedangkan saya membawa komik,
mereka asyik berdiskusi tentang materi sementara saya asyik ngerumpi, mereka
bangun di tengah malam dan berdoa sementara saya terlelap hanyut dalam mimpi,
mereka sering dipuji-puji dosen sementara saya sering dimarahi sehingga tak
heran jika nilai IP yang mereka raih jauh melangit di atas IP yang saya
peroleh. Saya iri karena mereka memiliki prospek yang lebih cerah dibanding
mahasiswa tidak jelas seperti saya. Tapi ya sudahlah, mereka memiliki prestasi
akademik sementara saya memiliki prestasi di bidang yang lain. Sebab prestasi
memang ada dua, yaitu prestasi akademik dan prestasi non akademik. Kami telah
memilih jalan masing-masing untuk mengaktualisasikan diri kami dalam
berprestasi dan saya merasa bahagia karena kita semua sama-sama berprestasi
dengan cara masing-masing.
Namun,
setelah saya renungkan dan saya pikirkan dalam-dalam, saya sadar bahwa segudang
prestasi yang pernah kita capai itu bukanlah apa-apa. Seperti apapun bentuk
medali yang kita dapatkan, setinggi apapun IPK yang kita peroleh, sebanyak
apapun gelar yang kita raih, menurut saya artinya tidaklah seberapa. Prestasi-prestasi
seperti itu hanyalah prestasi buatan yang diadakan hanya untuk menghormati
kemampuan yang kita punya. Sebatas menghargai saja, tidak lebih. Prestasi yang
sesungguhnya adalah saat kita mampu menghadapi tantangan hidup yang serba sulit,
mampu mempertahankan keimanan di tengah arus globalisasi yang ditandai dengan
maraknya paham-paham sekularisme, liberalisme, sikap konsumerisme, anarkisme
yang memecah belah pola pikir kita. Dan yang jauh lebih penting dari itu semua
adalah mampu memberikan manfaat bagi agama, bangsa dan tanah air. Itulah bentuk
pencapaian yang bisa dikatakan sebagai prestasi yang sesungguhnya. خير الناس أنفعهم للناس, manusia yang paling baik adalah
yang paling bermanfaat bagi sesamanya.
Berguna dan
bermanfaat, tentunya hanya orang-orang berkualitas yang bisa berguna dan
bermanfaat. Orang yang tidak punya kemampuan dan tidak punya kelebihan dalam
artian tidak punya sesuatu untuk diberikan dan dibagikan tentu tidak akan bisa
memberikan manfaat kepada orang lain. Jadi, semakin banyak kelebihan yang kita
punya maka semakin banyak pula manfaat yang dapat kita berikan, dan semakin
bagus kualitas kemampuan kita miliki itu maka semakin besar pula manfaat yang
dapat kita bagikan. Menjadi sarjana S-1 merupakan langkah awal menuju hal itu.
Ilmu yang kita miliki, skill yang kita punya sambil kita manfaatkan sambil juga
kita kembangkan.
Stay hungry,
stay foolish! Jangan pernah merasa puas,
tetaplah merasa bodoh! Tidak ada akhir dalam mencari ilmu, tidak ada akhir
untuk selalu berkembang. Push yourself to the limit! Marilah kita kembangkan
diri kita hingga sampai pada batas kemampuan maksimal. Jangan pernah merasa
puas, sebab nabi Muhammad bersabda: من قال إني عالم فهو جاهل orang yang berkata “saya pintar”
adalah orang bodoh. Orang yang puas dengan apa yang telah dicapainya adalah
orang gagal. Kita anggap gelar sarjana yang disematkan di belakang nama kita
sebagai pecut untuk tetap melaju berkembang ke arah yang lebih baik. Tak ada
kata finish dalam upaya menjadi lebih baik hingga ajal tiba. اطلب العلم من المعهد
إلى اللحد. Belajar,
belajar dan tetap belajar!
Dan yang
terakhir, saya mewakili teman-teman wisudawan-wisudawati Instika 2013 mohon
maaf kepada seluruh civitas akademika Instika tanpa terkecuali, dan kepada
seluruh dosen pengajar dari awal kami masuk kuliah hingga hari ini. Kami sadar
selama kami belajar dan menutut ilmu di kampus Instika, sudah tak terhitung
berapa kali kami berbuat kesalahan yang membuat kalian kesal, tersinggung
bahkan marah. Semoga amal kalian dalam mengayomi dan mendidik kami, baik di
kampus maupun di luar kampus mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah Yang
Maha Esa. Amin, ya Rabbal ‘alamin.
نسأل الله عز وجل أن يجمعنا في
جنات النعيم، وأن يقينا وإياك سوء الفتن ما ظهر منها وما بطن، وصلى الله
وسلم وبارك على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم.
Wassalâmu ‘alaykum warahmatulLâh wabarakâtuh
Guluk-Guluk, 27
Oktober 2013 M
22
Dzul Hijjah 1434 H
Umarul Faruq
Tidak ada komentar:
Posting Komentar