Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa
Jika Anda bertandang ke komplek PP Annuqayah saat ini, suasana yang Anda dapatkan akan berbeda dari beberapa minggu sebelumnya. Maklum, pada bulan Ramadan seluruh pesantren daerah yang berada dalam satu atap bernama Annuqayah melaksanakan liburan panjang bulan Ramadan.
Namun, liburan kali ini tergolong lebih ramai dari pada liburan Ramadan tahun-tahun sebelumnya. Dalam seminggu terakhir ini, suasana Ramadan di PP Annuqayah masih ramai dari hiruk-pikuk santri. Beberapa faktor yang menyebabkan mereka tidak pulang adalah karena ada kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan, seperti kuliah bagi mahasiswa baru Sekolah Tinggi Ilmu Keislaman (STIK) Annuqayah dan yang sudah semester IV, pondok Ramadan bagi siswa kelas II SMA Annuqayah, dan beberapa kegiatan kursus yang diadakan oleh beberapa lembaga di PP Annuqayah.
“Inginnya saya mau pulang kampung. Akan tetapi, karena kuliah masuk setengah bulan (24 Agustus s/d 6 September), ya terpaksa kerinduan saya pada keluarga harus ditunda dulu. Ini adalah pengalaman pertama saya berpuasa di sini. Tidak kerasan sih, tapi ditahan,” ungkap Zainul Afifi, mahasiswa baru STIK Annuqayah.
Beberapa santri memang sengaja berpuasa di pondok karena sudah menjadi kebiasaannya. Seperti diungkapkan Muhammad Ridwan, santri asal Lenteng itu menuturkan lebih enak berpuasa di pondok daripada di rumahnya.
“Kalau di sini masih banyak teman yang bisa diajak ngobrol. Kalau di rumah ada, tapi tidak sebanyak di sini,” ungkapnya.
Lain lagi dengan pernyataan Ulil Ansor, siswa SMA Annuqayah asal Sukorejo, Sukowono, Jember itu tidak pulang karena dia harus mengikuti kegiatan wajib yang diadakan oleh sekolahnya.
“Ya, mau gimana lagi kalau sudah kewajiban saya, harus dijalani saja, walaupun saya juga ingin pulang,” tutur santri Lubangsa itu.
Suasana yang lebih ramai bisa dilihat di daerah Latee. Hal itu disebabkan karena dawuh dari pengasuh PP Annuqayah daerah Latee tidak mengizinkan santrinya yang aktif di Organisasi Daerah untuk berpuasa di rumah, kecuali santri yang masih baru. Hal itu disebabkan karena pengasuh kecewa terhadap mereka (yang aktif di Orda) menyetel musik disco yang volumenya terlalu tinggi pada saat menjelang liburan. Akibat dari hal tersebut mereka harus kembali ke pondok dan harus mengukuti pengajian kitab yang diadakan oleh pengasuh selama minimal lima belas hari.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar