Ahmad Basyir Latif, PPA Al-Furqaan
Guluk-Guluk—Pada hari Sabtu, 30 November 2013, Pondok Pesantren Annuqayah daerah
Al-Furqaan Sabajarin menerima seorang “santri kilatan” dari Singapura. Namanya
Ary Dwiputra. Usianya 18 tahun. Dia diantarkan sendiri oleh orangtuanya, Bapak Mukhlisin.
Tujuan Ary datang ke pesantren adalah untuk
mengetahui aktivitas sehari-hari kehidupan santri. Dia mengikuti kegiatan
shalat berjamaah, belajar mengaji Alquran, ngaji kitab, memasak, dll. Di hari
kedua, dia berbagi pengalamannya bersama siswa-siswa SMA Annuqayah. Ary terkadang
santai dan jalan-jalan bersama para santri yang lain. Tujuannya datang ke sini adalah atas keinginan
orangtuanya agar dia tahu secara langsung kehidupan pesantren.
Meskipun lahir di Indonesia, sayangnya Ary tidak bisa berbicara
dalam bahasa Indonesia.
Ia menjalani kehidupan masa kecilnya di Melbourne
dan saat ini tinggal di Singapura. Namun mekipun dia tidak bisa berbicara
bahasa Indonesia secara lancar, para santri tetap mengajaknya berbicara dengan
bahasa Indonesia dan dia mengerti sedikit-sedikit.
Selama delapan hari di Annuqayah Ary pernah
mengalami demam. Penulis mengajaknya jalan-jalan keliling pesantren untuk
memberikan pengetahuan tentang Annuqayah. Di pondok, Ary makan bersama santri yang lain dengan
makanan khas Madura, yaitu nasi jagung dengan lauk sederhana seperti tahu, tempe, dan teote. Dia begitu rajin mengikutji
kegiatan pesantren dan bersemangat belajar Alquran. Pengasuh Pondok Pesantren
Annuqayah daerah Al-Furqaan, Kiai M. Faizi, juga sempat mengajaknya mengikuti
kegiatannya di rumah tetangga, seperti sarwah, takziyah, dan tahlilan.
Di malam perpisahan, dia menceritakan
kesan-kesannya selama tinggal di Annuqayah. Dia mengaku senang dan merasa
bangga karena bisa tinggal di pesantren meskipun hanya 8 hari saja. Katanya tahun
depan dia ingin kembali ke sini. Kedatangannya ke sini adalah mengisi liburan
pertama di kampusnya, Namyang Academy of Fine Arts, tempat ia belajar animasi.
1 komentar:
Saya kangen ary
Posting Komentar