A. Munawwir,
PPA Latee
Perpisahan
memang sangat menyakitkan. Begitulah kebanyakan orang memberikan
asumsi. Pada hari Ahad 30 Juni 2013, pagi sekitar pukul 07.30 WIB, siswa kelas
akhir (Siska) ‘13 MA Tahfidh Annuqayah mengadakan acara paripurna dari sekian
banyak proses belajar-mengajar selama kurang lebih tiga tahun, yaitu acara
tasyakkuran. Acaran sederhana ini dihadiri sebagian guru, termasuk wali kelas,
kepala madrasah, K.H. Moh. Syafi’ie Anshari, dan seluruh
civitas MA Tahfidh Annuqayah.
Sebenarnya,
acara ini sempat tidak akan dilaksanakan, mengingat ketua SISKA ’13, Masyhuri
Drajat, saat hampir hari pelaksanaan tiba masih belum sembuh dari sakitnya.
Tapi karena permintaan dari banyak pihak, termasuk Kak Fahmi, S.Ud, pembina
Majalah Infitah sekaligus pendamping dari seluruh kegiatan yang
dilaksanakan OSIS dan segenap staf MA Tahfidh, maka tasyakkuran ini dilaksanakan.
Meski terkesan tergesa-gesa, alhamdulillah acara ini mendapat antusias dari
seluruh siswa MA Tahfidh.
Acara ini dimulai
dan dibuka sekitar pukul 07.30 WIB oleh dengan pembacaan surat al-Fatihah. Pembacaan
ayat-ayat suci al-Qur’an yang
dilantunkan oleh Moh. Ainul Yaqin Amrullah menjadi acara kedua, dilanjutkan
sambutan ketua panitia.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada
seluruh guru, baik yang hadir maupun tidak, dan seluruh teman-teman siska ’13 MA Tahfidh. Dan
permohonan maaf dari kami selaku ketua panitia, jika ada hal-hal yang kurang
berkenan di hati para hadirin, baik dari suguhan ataupun fasilitas yang ada,”
begitulah cuplikan sambutannya.
Kemudian
Kepala Madrasah, KH. Moh.
Syafi’ie Anshari, juga memberikan
sambutan sekaligus wejangan terhadap seluruh siska ’13 terkait dengan jenjang
pendidikan yang dipilih oleh setiap siswa. Dalam sambutannya beliau sempat
menyinggung pergaulan di luar yang sudah amburadul. Beliau berdawuh, ada banyak santri yang melanjutkan studinya ke luar Madura dan akhlaq dan kesantriannya sudah luntur sedikit demi sedikit. Terbukti
ketika mereka pulang ke kampungnya, banyak yang tidak pakai kopiah, berambut
gondrong, dan jarang shalat.
“Saya hanya mengharap pada seluruh siska ’13
MA Tahfidh Annuqayah ini untuk selalu ingat status kesantriannya, agar
senantiasa menjaga ibadah kepada Allah. Dan ingat, kalau kalian ingin
melanjutkan studi ke luar,
saya harap kalian harus minta izin kepada kedua orang tua, agar kalian menjadi
anak yang selamat dunia dan akhirat. Biarpun kalian melanjutkan studi ke luar negeri, tapi orang tua kalian
tidak rela, maka jangan harap kalian akan menjadi orang yang beruntung dari
dunia sampai akhirat,” lanjut beliau dalam sambutannya.
Sambutan ini
sengaja memang dibuat lama oleh kepala karena sambil lalu menunggu guru yang
masih belum hadir.
Tak lama
setelah sambutan, siska ’13 MA Tahfidh Annuqayah memberikan kenang-kenangan
berupa uang senilai Rp. 4.200.000,- yang diberikan secara simbolis kepada Kepala Madrasah oleh ketua panitia.
“Uang ini sebagiannya akan dibelikan baju
untuk seluruh guru agar mereka bisa mengenang dan mengingat kalian. Sebagiannya
lagi akan dibelikan semen
untuk kantor yang masih belum selesai,” dawuh beliau setelah menerima kenang-kenangan dari siska
’13.
Uang senilai
Rp. 4.200.000,- ini adalah
hasil sumbangan siswa (masing-masing Rp 100.000,-) yang ditarik oleh bendahara jauh sebelum acara ini dimulai.
Kesan
dan pesan yang disampaikan oleh Musyfiqur
Rahaman yang mewakili seluruh
siswa adalah acara sebelum terakhir. Dalam hal ini, dia menyampaikan banyak hal
terkait dengan siswa terhadap guru.
“Tahun 2010 adalah awal kami melangkahkan
kaki di madrasah yang sangat sederhana ini. Kami mempunyai banyak tujuan
masuk ke madrasah ini, dari
yang paling kecil sampai yang paling besar. Kami mengakui, uang yang diberikan
oleh kami kepada madrasah ini masih belum cukup untuk membalas kebaikan dan
keikhlasan para guru dalam mengajar dan mendidik kami. Padahal, kami sering
tidak masuk sekolah, tidak menghargai, tidur di kelas, dan lain-lain, tapi
guru-guru sekalian masih tetap ikhlas mendidik kami yang tidak tahu diri.
Itulah yang saya kagumi kepada
seluruh guru MA Tahfidh Annuqayah. Memang, secara kasat mata madrasah ini tidak
rapi, melihat guru tidak memakai sepatu dan tidak memakai celana sebagaimana
guru-guru di madrasah lain yang memakai celana, tapi memang inilah ciri khas
guru MA Tahfidh Annuqayah. Dan saya yakin, mereka lebih ikhlas mengajar dalam
keadaan seperti ini. Oleh karena itu kami mewakili seluruh siswa mohon maaf
kepada seluruh guru, karena kami terkadang mempunyai tujuan untuk santai masuk
ke madrasah ini. Dan terakhir dari kami, akuilah kami sebagai murid para guru
sekalian dari dunia sampai akhirat,” lanjutnya dalam kesan dan pesannya.
Para siswa
hanya tertegun tak kuat membendung air mata yang menetes sedikit demi sedikit.
Acara ini diparipurnai dengan doa yang dipimpin oleh K. A. Wahib Aqib. Di
tengah-tengah beliau berdoa banyak siswa meneteskan air mata karena mungkin
mereka telah merasa bersalah
kepada seluruh guru.
Sebelum para
guru beranjak dari tempat, semua siska ’13 menyalami seluruh guru satu persatu sambil
diiringi lantunan shalawat oleh Moh. Ainul yaqin Amrullah. Setelah itu, siska ’13 berpose bersama seluruh guru dan staf MA Tahfidh
Annuqayah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar