Musyfiqur Rahman, PPA Latee
Sudah sepuluh
hari yang lalu, tepatnya pada tanggal 29 Januari 2013, acara Pekan Maulidiyah
IV MA Tahfidh Annuqayah dibuka dan berjalan dengan lancar serta sangat
menakjubkan. Acara yang dibuka dengan nonton bareng “Rumah Tanpa Jendela” itu
merupakan acara yang paling bergengsi yang dilaksanakan sekali dalam setahun dan merupakan salah satu program unggulan
Pengurus OSIS MA Tahfidh Divisi Pendidikan dan Pengajaran.
Berbagai macam
lomba yang telah berlalu dan tersaji dengan sangat menarik telah cukup banyak
memotivasi siswa-siswa untuk terus berkreasi dan berkompetisi, seperti halnya lomba Pidato 4
Bahasa, Drama, Deklamasi Puisi, Debat 2 Bahasa, Karya Tulis (Resensi, Cerpen,
LKTI dan Puisi), Tahfidh Juz 1 dan Juz 30, Mufakat (Musabaqah Fahmil Kutub
At-Turatsiyah) dan banyak lomba menarik lainnya yang kemudian diakhiri dengan
lomba paling bergengsi, yaitu Mading 3 Dimensi.
Lomba yang satu
ini merupakan satu-satunya lomba yang tidak boleh tidak harus melibatkan semua
siswa dalam sebuah kelas, karena memang membutuhkan banyak waktu, tenaga, dana
dan pikiran dari berbagai pihak di kelas tersebut. Sebab, setiap kelas wajib
membuktikan kreativitas mereka untuk dapat bersaing satu sama lain dengan baik
hingga dapat melakukan pencapaian prestisius dengan dinobatkan sebagai juara
pertama.
Dan hal itu
memang tampak dalam proses setiap kelas untuk menjadi yang terbaik, mulai
dari berkumpul bersama untuk membuat miniatur dan tema yang akan dibahas dalam
Mading 3 Dimensi mereka, iuran dana, makan bersama
setelah bekerja keras lembur tiap malam dan aktivitas lainnya yang mereka
lakukan hanya demi membuktikan bahwa kelas mereka adalah kelas yang paling kreatif
dan inovatif serta ingin membuktikan bahwa siswa-siswa MA Tahfidh secara umum
adalah siswa yang meskipun miskin finansial, tapi insya Allah tidak miskin
intelektualitas dan kreativitas.
Proses
perlombaan Mading 3 Dimensi Pekan Maulidiyah IV kali ini melalui tahapan demi
tahapan yang kemudian diakhiri dengan tahapan yang paling paripurna, yaitu
presentasi dihadapan dewan juri, yang bertempat di Panggung Utama halaman MA
Tahfidh Annuqayah.
10 menit
sebelum presentasi dimulai, Rabu sore (6/2) lalu, halaman MA Tahfidh Annuqayah
telah sesak dipenuhi para penonton, baik dari kalangan siswa MA Tahfidh itu
sendiri, ataupun santri Annuqayah secara umum yang juga hadir untuk memeriahkan
dan berpartisipasi dalam acara presentasi Mading 3 Dimensi kali ini. Ini adalah
bukti konkret para tim kreatif dari semua kelas untuk mempersembahkan hasil
jerih payah mereka kepada khalayak umum. Mereka hendak mengatakan kepada yang
hadir saat itu bahwa meskipun MA Tahfidh sangat miskin finansial, namun tidak
berarti miskin kreativitas.
Beberapa menit
kemudian, K. Moh. Hasbi, S.Ag, juri dalam lomba ini, tiba di halaman MA Tahfidh.
Beberapa saat kemudian, beliau mengelilingi dan mengamati dengan
sangat cermat satu persatu Mading 3D yang telah terlahir dari semangat dan tetesan
keringat anak-anak didik beliau, karena beliau memang pengajar materi Bahasa
Indonesia kelas X.
Setelah
penilaian dari segi “keajaiban” hasil karya para siswa tersebut selesai, mulai
dari segi desain, bentuk, dan karya, maka sampailah pada tahapan paling akhir,
yaitu presentasi! Satu persatu dewan juri memanggil koordinator tim kreatif
sambil ditemani panitia Tim Lomba, Moh. Ainur Ridha dan Taufiqurrahman di
Panggung Utama.
Peserta pertama
yang dipanggil adalah koordinator tim kreatif Mading
3 Dimensi kelas XII B, Musyfiqur Rahman. Ia tampil sebagai peserta pertama yang
naik panggung untuk mempresentasikan Mading kelasnya, yaitu Mading dengan
miniatur pom bensin lengkap dengan mushalla, toilet dan kamar tidurnya. Dalam
presentasinya dia menyampaikan bahwa dia dan rekan-rekannya sengaja membuat
desain pom bensin karena tema yang mereka usung adalah BBM, jadi ada kesesuaian
yang sangat erat yang hendak disampaikan melalui mading ini, yaitu integritas
sebuah miniatur dan karya tulis yang termuat di dalamnya, membahas panjang
lebar keluh kesah masyarakan tentang BBM, komentar para ekonom Indonesia, sikap
para pemuda dan lain sebagainya.
Berikutnya
disusul oleh saudara Abd. Mun’iem, koordinator tim kreatif Mading 3 Dimensi
kelas XI A tampil dengan presentasinya tentang gerobak yang
menjadi miniatur utamanya. Dalam salah satu pemaparan yang disampaikan adalah
bahwa gerobak dalam kehidupan nyata memuat beragam makanan dengan
kesederhanaan, termasuk juga dengan para siswa MA Tahfidh Annuqayah, meskipun
sangat tampak kesederhanaan dalam watak dan cara bersikap, namun secara
esensial siswa MA Tahfidh akan terus senantiasa menjadi kader-kader siap pakai.
Setelah itu
satu persatu koordinator masing-masing kelas
dipanggil ke Panggung Utama untuk mempresentasikan hasil karya mereka, yang
kemudian ditutup dengan presentasi tim kreatif kelas XII A, yaitu Moh.
Zaimil Alivin dkk, dengan miniatur gedung MA Tahfidh Annuqayah yang tepat di
depannya terdapan miniatur pesawat terbang, sedangkan di samping kanan, tampak
sebuah menara terkenal di Prancis, yaitu menara Eiffel dan di samping kiri
terdapat miniatur Monas, Jakarta yang dalam salah satu pemaparannya, para
generasi siswa MA Tahfidh Annuqayah kelak akan mengembangkan wawasan dan
keterampilan mereka setinggi menara Eiffel namun tetap menjunjung tinggi
nilai-nilai Qur’ani sebagaimana yang telah mereka dapatkan dari guru-guru
mereka di kelas.
Dalam salah
satu komentarnya K. Moh. Hasbi, S.Ag, selaku dewan juri mengatakan bahwa meskipun
MAT adalah lembaga yang miskin finansial, tapi dia yakin bahwa MAT tidak akan
pernah kering dan miskin akan potensi dan intelektualitas. “Saya bangga pada anak-anakku sekalian yang telah berjuang mati-matian
hanya untuk mengatakan bahwa MAT pasti bisa!” tuturnya.
Hal serupa juga
disampaikan oleh salah satu panitia Tim Lomba, Taufiqurrahman, bahwa ia merasa
sangat bangga dengan pencapaian para siswa MA Tahfidh kali ini.
1 komentar:
Sebuah karya yang patut mendapatkan komentar. Saya salut dan kagum. Di zaman saya dulu, belum pernah terpikir untuk membuat seperti ini.
Posting Komentar