K. M. Faizi, Pengasuh PP Annuqayah al-Furqaan
Hingga pertengahan Nopember 2012, hanya 2 kali hujan turun di daerah Guluk-Guluk, Sumenep. Masyarakat Guluk-Guluk, khususnya kampung Daleman dan sekitarnya, mulai khawatir karena debit air di Sumber Daleman sangat minim. Cuaca tetap panas di siang maupun di malam hari.
Menjelang
akhir bulan, saat ini, hujan telah turun hampir setiap hari. Akan tetapi,
debit air di Sumber Daleman belum bertambah juga, masih seperti hari-hari
sebelumnya; kotor, hijau gelap, nyaris tidak dapat digunakan. Beberapa
sumur yang ada di sekitar mata air itupun semakin dalam. Pompa air
elektrik tidak mampu menyedot air lebih melimpah daripada sebelumnya.
Kesulitan
mendapatkan air bersih bukan hanya menjadi masalah masyarakat, melainkan juga
menjadi masalah serius bagi santri dan pesantren. Kebutuhan air masyarakat
sekitar masih tercukupi oleh sumur yang ada di rumah mereka. Pesantren
membutuhkan debit air lebih banyak mengingat akan dipergunakan oleh
santri yang relatif banyak. Masalah
ini terjadi di Pondok Pesantren Annuqayah, khususnya di daerah Alfurqan
Sabajarin.
Selama
ini, para santri Alfurqan Sabajarin menggunakan air yang berasal dari mata air
Sumber Daleman, kira-kira berjarak 100 meter dari pesantren. Air
yang disedot dengan pompa elektrik itu tidak mampu lagi terkirim ke
pondok. Puncaknya kesulitan ini terjadi pada hari Rabu malam Kamis, yakni
ketika para santri hendak memperingati Malam 1 Muharram 1434 H (14 Nopember
2012). Para santri kesulitan untuk ambil air wudu’ karena air di jeding
sudah habis sama sekali. Rencana
doa bersama dan mengaji Alquran yang semula akan dilaksanakan seusai shalat
Maghrib pun tertunda hingga sesudah shalat Isya’. Para santri bersepakat
sewa mobil bak terbuka untuk mandi dan ambil air wudu’ di Sumber Payung, Ganding,
yang jaraknya berkisar 2,5 kilometer dari pesantren. Adapun ongkos
untuk sewa mobil ini diperoleh dari hasil patungan 35 orang santri.
Sejatinya,
di pondok terdapat sumur yang airnya dapat digunakan untuk kepentingan santri,
sekurang-kurangnya untuk bersuci. Namun, belakangan, sumur yang letaknya
persis di samping kiri mushalla pondok dan telah berusia puluhan tahun itu juga
semakin dangkal. Airnya baru dapat disedot setelah dibiarkan bertambah debitnya
beberapa hari terlebih dulu.
Melihat
situasi seperti ini, Khotim, seksi peribadatan Pondok Pesantren Annuqayah
Daerah Alfurqan Sabajarin, mempunyai gagasan untuk meminjam kendaraan pick up
milik salah seorang wali santri. Kendaraan inilah yang akhirnya digunakan
santri untuk pergi mencari air di sumber atau mataair terdekat.
“Jika
banyak santri yang ikut, maka mobil tidak dapat mengangkut air. Namun,
jika hanya sebagian orang saja, maka kami dapat mengambil air dari sumber dan
membawanya di bak belakang mobil Carry ini dengan wadah terpal,” begitu dia
menjelaskan.
"Jeding bergerak" |
“Orang
tua wali santri Miftahul Ulum selaku pemilik kendaraan telah memberikan izin
atas penggunaan kendaraan tersebut sepanjang untuk kepentingan pesantren,
bahkan hingga pada waktu yang tidak ditentukan,” imbuh Khotim. “Kami
menarik sumbangan uang bensin setiap kali pergi mencari air,” tambahnya begitu
ditanya menyangkut danaoperasional mobil. “Biasanya seribu rupiah
sudah cukup untuk beberapa kali angkut air.”
Sumber
Daleman biasanya akan leddu’ (istilah masyarakat setempat
untuk menyebut muncratnya mataair kembali dalam debit besar) setelah hujan
turun setiap hari selama kurang lebih sebulan. Ketika air sumber Daleman
telah melimpah, kebutuhan air untuk masyarakat dan santri di Annuqayah pun akan tercukupi.
Para santri berharap, curah hujan akan segera menyemburkan mataair
Sumber Daleman kembali yang saat ini merupakan situasi terburuknya.
3 komentar:
Alhamdulillah,, ckrg d annuqayah udh bxak lg air
alhamdulilla sekarang air sudah normal kembali
Posting Komentar