Sabtu, April 21, 2012

Juara Umum, Buah Manis Perjuangan Panjang


Umarul Faruq, PPA Latee

Ajaib! Itulah kata yang pantas diucapkan melihat prestasi Annuqayah akhir-akhir ini. Belum lewat seperempat  tahun 2012, sudah tak terhitung jumlah piala yang digaet santri Annuqayah, dari yang tingkat regional hingga internasional semua sudah ada.

Namun kali ini berbeda, sebab piala yang diboyong bukanlah piala biasa, melainkan piala Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) untuk juara umum Perlombaan Bahasa Arab di acara Festival Timur Tengah 2012 yang diadakan Universitas Indonesia.  Acara bergengsi bertaraf nasional ini diikuti oleh ratusan santri/siswa dan mahasiswa se-Indonesia dan belangsung sejak 16-18 April 2012. Pada akhirnya, Annuqayah-lah yang berhasil membawa pulang piala juara umum untuk kategori santri/siswa.

Tapi jangan dikira keberhasilan ini diraih dengan jalan mudah. Sebab sejak jauh hari sebelumnya tidak sedikit aral yang merintangi perjuangan santri Annuqayah untuk mengikuti acara tersebut. Sebut saja masalah finansial. Mereka harus merogoh kantong begitu dalam untuk bisa mengikuti acara ini. Selain itu mereka juga harus pontang-panting ke sana kemari mencari relawan yang bersedia meringankan beban biaya transportasi untuk tiba di Jakarta.

Tak hanya itu, persyaratan lomba yang begitu njlimet juga membuat peluh mengucur semakin deras. Pada akhirnya, dari sekian peminat, yang berhasil berangkat hanya 15 orang yang terbagi menjadi dua rombongan. Rombongan pertama utusan Instika berjumlah 7 orang untuk kategori mahasiswa dan rombongan kedua utusan Markazul Lughah dan Darul Lughah berjumlah 8 orang untuk kategori siswa. 3 orang di antara mereka bertindak sebagai official, yaitu Abd. Basid, S.Th.I sebagai official rombongan pertama, saya dan Ibnu Hajar sebagai official rombongan kedua.

"Sebenarnya, pemilahahan rombongan kedua menjadi utusan Markazul Lughan dan Darul Lughah hanya untuk mematuhi peraturan panitia yang membatasi jumlah peserta di setiap cabang lomba," kata Ibnu Hajar yang mengurus masalah adminstrasi, sarana dan prasarana rombongan. Sementara untuk persiapan peserta mengikui lomba yang saya tangani semua sudah beres, walaupun masih ada sedikit kekurangan.

Kemudian, setelah semua persyaratan dipenuhi, dan persiapan untuk mengikuti lomba sudah cukup matang, maka tibalah waktu pemberangkatan. Akan tetapi rintangan baru menghadang lagi. Tepat di hari pemberangkatan, hampir semua peserta utusan Markazul Lughah dan Darul Lughah sakit. Ada yang demam, sakit kepala, mencret, bahkan ada yang kena bisul. Kondisi tubuh tidak lagi mengizinkan untuk bisa bepergian jauh ke Jakarta. Bahkan Moh. Amirullah dan Moh. Ainur Ridha harus berobat ke dokter menjelang waktu berangkat. Sementara yang lain harus minum obat dan istirahat penuh, termasuk official-nya, saya sendiri.

Yang bisa dibilang benar-benar fit dari rombongan ini hanyalah Ibnu Hajar dan Ahmad Munawwir. Hampir saja rombongan kedua ini gagal berangkat, kalau tidak karena kekeraskepalaan mereka untuk tetap berangkat.

Pada akhirnya, kami berangkat walaupun dengan biaya pas-pasan dan kondisi tubuh yang kurang fit. Tapi lagi-lagi hadangan baru merintangi. Setibanya di Surabaya, ternyata tiket kereta jurusan Jakarta sudah tidak tersisa, baik di Gubeng maupun Pasar Turi, begitu juga Wonokromo. Perasaan putus asa mulai menghantui. Ibnu Hajar selaku official masih terus keliling Surabaya dengan harapan masih ada tiket yang tersisa. Syukurlah, berkat bantuan Moh. Ilyas, alumnus PP Annuqayah yang tinggal di Surabaya, akhirnya kami dapat tiket kereta ekonomi, walaupun harus membayar dengan harga yang lebih tinggi.

Yang namanya kereta ekonomi, sudah bisa dipastikan layanannya serba sangat terbatas. Toilet jorok, air kotor, kursi tidak empuk, gerbong pengap, udara panas, di sana-sini banyak pedagang asongan, mau tidur juga tidak nyenyak karena rawan copet dan pencuri. Setelah menempuh perjalanan 18 jam, akhirnya kita tiba di Jakarta dengan mata merah karena ngantuk.

Tapi alhamdulillah, acara Festival Timur Tengah selama tiga hari empat malam bisa kami ikuti dengan maksimal. Lomba demi lomba berlalu begitu menegangkan, terutama lomba debat bahasa Arab. Tidak hanya anggota tim, official juga ikut dibuat pusing mencarikan referensi dan argumentasi agar tim debat bisa lolos ke babak berikutnya. Banyak waktu tidur yang tersita untuk pesiapan lomba. Sementara untuk lomba yang lain, kontingen utusan Markazul Lughah dan Darul Lughah hanya mengikuti cabang lomba pidato bahasa Arab. Hal itu karena santri Annuqayah yang rencananya akan diikutkan di cabang lomba baca cerita dan baca puisi berhalangan karena harus mengikuti Ujian Nasional.

Bertepatan dengan Rabu malam, 18 April 2012, pukul 18.30 WIB, acara Festival Timur Tengah 2012 diparipurnai dengan closing ceremony dan pengumuman para juara lomba. Tiga gelar juara diraih oleh kontingen Annuqayah, yaitu juara kedua lomba debat bahasa Arab kategori siswa/santri atas nama Fakhrur Razi, A. Munawwir, dan Musyfiqur Rahman. Juara pertama dan ketiga lomba pidato bahasa Arab kategori siswa/santri diraih Moh. Amirullah dan Ah. Ainul Yaqin Amrullah.

Lalu tibalah waktunya pengumuman juara umum acara Festival Timur Tengah 2012. Semua mata melihat ke pembawa acara. Suasana ruangan yang awalnya riuh menjadi senyap. Lampu ruangan diredupkan untuk menambah nuansa dramatis. Pembawa acara sengaja berhenti sejenak sehingga membuat jantung berdegup kencang. Dengan diringi alunan instrumen yang mengaduk dada, nama "Markazul Lughah Annuqayah" disebut sang pembawa acara sebagai juara umum kategori siswa/santri. Sementara untuk kategori mahasiswa, juara umum diraih oleh UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Acara penutupan pun selesai. Tiba-tiba saja banyak yang minta foto bersama. Dengan senyum lebar, kilatan-kilatan lampu blits menerpa wajah kami. Namun suasana itu tidak berlangsung lama, karena panitia harus segera bersih-bersih. Setelah itu kami pulang ke asrama dengan senyum mengembang sepanjang perjalanan. Ucapan selamat datang dari sana-sini.

Malam itu kami tidur dengan nyenyak. Keesokan harinya, Kamis, 19 April, semua kontingen boleh pulang ke daerah asal masing-masing. Tapi tiket yang kami pesan jadwalnya masih hari Jumat (20/4). Jadi kami pulang ke Annuqayah keesokan harinya.

“Ayo siapa yang mau membawa pialanya?” tanya saya ketika tiba di Stasiun Senen untuk pulang. Tidak ada seorang pun dari kami yang berebut mau repot-repot membawa piala setinggi satu setengah meter tersebut ke dalam kereta. Siapa suruh juara umum?!

3 komentar:

M. Faizi mengatakan...

Siapa suruh juara umum? Haha..

selamat, deh

halimizuhdy.com mengatakan...

luar biasa....!great selamat

rasyid mengatakan...

juara umum berat bawa piala, siapa suruh juara umum? wkwkwkwkwkwk