Nur Faizah, PPA Lubangsa Putri
Guluk-Guluk—Banyak persoalan
di masyarakat yang selama ini belum dituntaskan dengan sempurna oleh hukum Islam. Terkait
dengan itu, salah satu langkah konkret yang telah dilakukan oleh para santri yang tergabung
dalam Ikatan Keluarga Santri timur daya (Ikstida) Pondok Pesantren Annuqayah
daerah Lubangsa Putri adalah dengan melaksanakan bahtsul masail,
yaitu membahas masalah-masalah hukum Islam yang dihadapi masyarakat terutama santri untuk dipecahkan bersama.
Kegiatan bahtsul
masail ini dilaksanakan pada hari Rabu 11 April 2012 dan bertempat di aula Madrasah Aliyah 1 Annuqayah Putri.
Kegiatan yang dimulai pukul 13.45 WIB ini merupakan kegiatan yang kedua kalinya dilaksanakan
oleh Ikstida. Pada kegiatan bahtsul masail yang pertama, Ikstida menghadirkan Chairul Anam yang
saat ini menjabat sebagai wakil Katib PC NU Sumenep periode 2010-2015 sebagai
pembahas (bahits). Demikian
juga pada bahtsul masail yang kedua ini.
Pada bahtsul masail
yang pertama, kegiatan diformat dalam bentuk yang sederhana. Anggota Ikstida hanya mengumpulkan beberapa pertanyaan
tentang hukum Islam dan meminta Ustadz Her, sapaan akrab Chairul Anam, untuk memberikan jawaban dan kejelasan hukum kepada
anggota Ikstida.
Namun atas saran Chairul Anam
sendiri, format bahtsul masail
yang kedua ini sedikit berbeda. Bahtsul masail
kali ini dikemas dalam bentuk diskusi kelompok yang dibagi menjadi 5 kelompok.
Masing-masing kelompok yang terdiri dari empat orang ini
mendiskusikan satu permasalahan yang berbeda.
Dengan berbekal beberapa kitab
klasik sebagai rujukan, tentu hasil diskusi menjadi berbeda bahkan berselisih
pendapat. Jika hal ini telah terjadi, maka Chairul Anam meluruskan perselisihan
pendapat tersebut.
Format seperti ini tentu jauh lebih
efektif daripada sekadar
mendengarkan penjelasan yang diberikan dan menerima jawaban secara instan dari bahits. Kali ini anggota Ikstida mencari jawaban sendiri atas
persoalan yang ingin diketahui penyelesaian hukumnya. Hal ini tentu dapat melatih kepekaan dan
daya nalar peserta bahtsul masail yang sebagian besar masih terdiri dari siswa
Madrasah Aliyah itu.
“Bahtsul Masail seperti inilah yang
saya inginkan. Peserta bahtsul masail
melatih diri untuk berpikir dengan sungguh-sungguh dalam memecahkan satu
masalah. Bahtsul masail
yang sering dilakukan oleh NU juga seperti ini, bukan menjawab pertanyaan yang
diajukan, tapi didiskusikan bersama. Ini namanya hasil kreasi kita bersama,” ungkap
Ustad yang rutin mengisi tanya jawab hukum Islam tiap bulan Ramadhan di RRI Sumenep ini dengan
senyum khasnya.
Kegiatan yang memakan waktu 3 jam 20
menit ini dihadiri oleh 61 anggota Ikstida. 20 anggota sebagai peserta aktif
yang terbagi dalam 5 kelompok dan sisanya sebagai peserta pasif yang
memperhatikan pembahasan masalah yang diangkat pada kegiatan ini. Namun di
akhir acara, peserta pasif ini juga diperbolehkan mempertanyakan hal-hal yang
mengganjal terkait dengan masalah yang telah dibahas. Sayyidatun Azizah, ketua
panitia, tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya ketika Chairul
Anam menyarankan agar kegiatan ini dijadikan sebagai kegiatan rutin di Ikstida.
Dia juga bersedia untuk menjadi bahits tetap.
Chairul Anam juga menambahkan agar bahtsul masail
selanjutnya membahas satu masalah saja agar kajiannya lebih mantap dan
mendalam. Hal ini senada dengan apa yang diinginkan oleh Nurul Alfiyah
Kurniawati, ketua umum Ikstida.
“Sebenarnya saya ingin masalah yang dibahas tidak lebih
dari dua. Namanya belajar, pastinya dimulai dari yang sedikit dan mudah terlebih
dahulu, tapi hasilnya memuaskan,” tutur dara yang masih duduk di kelas XI Madrasah Aliyah
ini dengan senyum merekah. Tepat pukul 17.05 WIB acara ini ditutup oleh Layyinah yang sejak awal
memandu jalannya acara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar