Kamis, Maret 01, 2012

Madrasah al-Qur’an, Terobosan Baru Latee

Umarul Faruq, PPA Latee

Guluk-Guluk—Berawal dari keresahan pengasuh PP Annuqayah Latee, KH Ahmad Basyir AS, terhadap menurunnya kemampuan santri dalam membaca al-Qur’an, Madrasah Diniyah hampir saja mengalami perombakan total. Pengasuh menginginkan Madrasah Diniyah dikonsentrasikan untuk pembelajaran al-Quran.

Akan tetapi dalam hal ini pengurus menyikapi dengan cara yang berbeda. Faishal Khair, wakil kepala Madrasah Diniyah Latee, memperjuangkan agar sistem yang telah tertata rapi di Madrasah Diniyah tidak diubah. Oleh karena itu, dia sowan ke pengasuh dan pada akhirnya muncul ide untuk membuat Madrasah al-Quran sebagai ganti dari pengajian al-Quran setelah shubuh.

Munculnya ide ini bukan tanpa alasan. Pengurus melihat bahwa merombak sistem Madrasah Diniyah yang sudah mapan bukanlah keputusan yang tepat. Oleh karena itu, mengubah sistem pembelajaran al-Quran merupakan langkah yang lebih baik.

Menurut Ach. Zairi, koordinator Departemen Pengajian al-Quran dan Kitab Kuning, pengajian al-Quran yang selama ini berjalan setiap setelah shubuh tidak efisien. Banyak santri yang tidur dan tidak mengaji al-Quran karena malas atau pembimbingnya tidak ada. Langkah yang dilakukan kemudian ialah mengubah pengajian al-Quran menjadi Madrasah al-Quran. Dengan demikian diharapkan pembelajaran al-Qur’an di PP Annuqayah Latee lebih tertata dan efisien.

Sesuai dengan namanya, Madrasah al-Qur’an tidak hanya diisi dengan kegiatan membaca al-Qur’an secara tadarus seperti di pengajian al-Qur’an pada umumnya. Tetapi juga diperkaya dengan materi tajwid, bimbingan tartil, dan kajian makna al-Quran. Madrasah ini mulai aktif sejak hari Rabu (29/2) kemarin dan dilaksanakan setiap pagi setelah jama’ah shubuh. Siswanya ialah semua santri Latee kecuali yang telah mengaji ke pengasuh atau dewan pengasuh, pengurus pusat dan pengurus rayon, serta santri yang tinggal di daerah otonom seperti Lembaga Tahfidhil Qur’an, English Area Latee, dan Darul Lughah.

Dalam realisasinya, Madrasah al-Qur’an ini dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu: Mubtadi’, Mutawassith, dan Mutaqaddim. Di tingkat Mubtadi’ ada 12 kelas dari kelas A sampai N, di Mutawassith ada 8 kelas dari A sampai H, sedangkan di Mutaqaddim hanya ada 4 kelas, yaitu A sampai D. Jadi total ada 24 kelas dan dibimbing oleh 31 orang tenaga pengajar.

Pembagian santri pada beberapa tingkatan dilakukan dengan tes seleksi yang dilaksanakan secara bertahap selama 2 malam, yaitu malam Selasa (20/2) dan malam Rabu (21/2) yang lalu.

Setiap kali masuk, siswa diabsen seperti di madrasah pada umumnya. Bagi siswa yang dalam satu bulan alpanya lebih dari empat kali akan mendapatkan sanksi dari pengurus. Hanya saja, walaupun pembelajaran al-Qur’an ini diformat dalam bentuk madrasah, sampai saat ini masih belum ada kejelasan apakah Madrasah al-Qur’an ini juga akan ditindaklanjuti dengan adanya ujian semester dan kenaikan kelas serta haflatul imtihan. Jadi, untuk sementara, jangan harap ada ranking kelas, apalagi siswa teladan.

Tidak ada komentar: