Imlaul Hasanah, PPA Latee II
Guluk-Guluk—M. Mushthafa, S.Fil., M.A., dosen
muda Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) pengampu materi kuliah “Perbandingan
Pendidikan”, membuat terobosan baru dalam model perkuliahan di Instika. Pasalnya,
selama delapan semester, mahasiswa semester VIII jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) belum pernah merasakan diskusi lintas-negara, kecuali kemarin pada Rabu
(29/o5) yang merupakan hari terakhir perkuliahan untuk materi “Perbandingan
Pendidikan.”
Informasi tentang diskusi siang itu dikirim via
sms dua hari sebelum hari H yang kemudian menyebar cepat ke seluruh telepon seluler
mahasiswa dan disambut dengan riang gembira.
Dalam kegiatan tersebut, M. Mushthafa membawa
mahasiswa Instika jurusan PAI kelas VIII E, F, dan G “kuliah ke Jerman”.
Melalui konferensi video, M. Mushthafa menghadirkan Suratno—kandidat doktor
antropologi politik dan agama Goethe Universitat, Frankfurt, Jerman, sebagai
nara sumber dalam diskusi tersebut. Diskusi lintas-negara tersebut digelar
dengan tujuan untuk menambah wawasan mahasiswa dalam memahami berbagai model
sistem pendidikan di dunia.
Diskusi konferensi video ini sebenarnya sudah
dijanjikan M. Mushthafa saat memulai kuliah “Perbandingan Pendidikan”, yakni
untuk menghadirkan nara sumber yang secara langsung punya pengalaman dengan
sistem pendidikan di negara tertentu di luar negeri.
Sebagai pengantar diskusi, Suratno menyampaikan
gagasan mengenai pentingnya teknologi di era globalisasi. Dia mengatakan bahwa
saat ini dunia telah menjadi global village. Penduduk dunia bisa saling
berkomunikasi tanpa peduli jarak dan waktu.
“Kehadiran dunia teknologi harus disambut bahagia
karena menyajikan banyak dampak positif bagi manusia, meskipun di sisi yang
lain abad teknologi juga menyediakan dampak negatif,” ujarnya.
Setelah menyampaikan sedikit pengantar, Suratno
yang juga merintis berdirinya Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama di Jerman dan kini menjabat sebagai ketua pengurus tanfidziyah ini kemudian menjelaskan dengan sistematis penyelenggaraan pendidikan di Jerman. Dia
memulai dengan memberikan informasi bahwa Jerman menggratiskan biaya pendidikan
di semua tingkatan, karena pemerintah Jerman berpandangan bahwa pendidikan
adalah Hak Asasi Manusia yang harus dipenuhi.
Beberapa perbedaan mendasar antara pendidikan
di Indonesia dan Jerman adalah mengenai penyelenggaraan pendidikan di tingkat
dasar. Di Jerman, pendidikan dasar ditempuh selama 4 tahun—berbeda dengan
Indonesia yang harus ditempuh selama 6 tahun. Suratno juga menyampaikan bahwa partisipasi
pendidikan masyarakat Jerman begitu tinggi sehingga angka pengangguran di
Jerman sangat kecil.
Selain tentang dunia pendidikan, Suratno juga
menjelaskan tentang kehidupan sehari-hari di Jerman. Menurutnya, penduduk
Jerman sangat disiplin dan menghargai waktu.
Antusiasme mahasiswa kian tampak kala Pak
Suratno menyudahi penjelasan dan M. Mushthafa menyilakan mahasiswa untuk mengajukan
pertanyaan. Imlaul Hasanah adalah mahasiswi yang mendapat kesempatan pertama
untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaannya berkenaan dengan wacana aktual seputar
perubahan kurikulum 2013 yang direncanakan akan dimulai Juli mendatang. Pertanyaan
kedua diajukan oleh Puput yang menanyakan bagaimana agar pramuka di Indonesia
bisa berkunjung ke Jerman. Pertanyaan pamungkas diajukan oleh Ririn. Ririn juga
dengan polos menyatakan keinginannya untuk bisa ke Jerman—yang langsung disambut
sorak sorak dari mahasiswi yang lain.
Setelah menjawab ketiga pertanyaan, diskusi
lintas negara yang memakan waktu sekitar 120 menit itu diakhiri dengan applous
meriah dari seluruh mahasiswi Instik Annuqayah.
Mahasiswa keluar ruangan, membawa masing-masing
kesan di hati mereka. “Konferensi video semacam ini perlu ditingatkan, dengan
catatan mengurangi jumlah peserta (mahasiswa) agar lebih kondusif,” ucap
Atiqairiyah, mahasiswi semester akhir Instika.
“Namun demikian, kegiatan yang diprakarsai Mushthafa
tersebut perlu mendapat apresiasi positif dari pihak Instika,” imbuhnya.
Komentar Atiqairiyah tersebut menyimpan harapan agar Instika lebih progresif
menyiapkan masa depan, demi mewujudkan lulusan yang juga berwawasan dunia.
2 komentar:
Bagus itu. Lebih bagus lagi kalu para mahasiswa rekreasi ke Jerman.kuliah Majazi
Selama kurang lebih 6 tahun petualangan di kampung pendidikan(Annuqayah), cuma 1 kali saya ikut diskusi lintas benua di madaris 3 Annuqayah yang pada saat itu di prakarsai langsung oleh ra Musthafa.
Sungguh, pengalaman berharga dalam hidup saya.
Annuqayah; terima kasih atas smuanya.
Posting Komentar