Ach. Rofiq, PPA Lubangsa
Guluk-Guluk—Kamis (28/07) pagi kemarin, Aula Asy-Syarqawi disesaki ribuan santri PP Annuqayah. Mereka mengikuti acara penghargaan terhadap para santri yang telah meraih juara dalam perlombaan tingkat nasional.
Perlombaan yang diikuti oleh santri Annuqayah adalah Musabaqah Fahmil Qur’an (MFQ) di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) khusus mahasiswa di Makassar, Sulawesi Selatan.
Ada tiga orang yang berhasil meraih juara dalam perlombaan yang dilaksanakan di NTB. Satu orang santri putra juara 1 dalam lomba tafsir wustha, yakni Iskandar Yasin. Dua orang santri putri; satu orang juara 1 dalam lomba tarikh wustha (Aimmatul Muslimah) dan satu orang juara 1 dalam lomba debat bahasa Arab (Siti Romlah Ahsan). Sedangkan dalam perlombaan yang diadakan di Makassar, Umarul Faruq dan Abd Muqit berhasil meraih juara 2 dalam lomba debat kandungan al-Quran bahasa Arab.
Acara yang ditempatkan di aula Asy-Syarqawi itu dihadiri oleh semua Dewan Masyayikh Annuqayah dan semua santri, baik putra maupun putri. Aula itu tampak penuh dengan jumlah santri yang berjumlah lebih dari empat ribu santri putra dan putri. Mereka duduk di lantai saling berdempetan satu sama lain hingga menjadikan ruangan agak riuh dan sulit untuk dikondisikan.
Pada acara tersebut, semua juara diperkenankan untuk menyampaikan pesan dan kesan yang telah mereka alami selama mengikuti perlombaan hingga mereka menjadi juara.
Pertama kali yang diberi kesempatan adalah Abd Muqit, utusan Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) yang telah berhasil meraih juara 2 dalam lomba debat kandungan al-Quran bahasa Arab di Makassar. Dia menuturkan bahwa tahun 2011 ini merupakan tahun yang penuh dengan berkah bagi PP Annuqayah. Pada tahun ini santri PP Annuqayah berhasil mengukir sejarah dengan meraih juara di tingkat nasional.
Setelah itu Umarul Faruq, yang juga utusan Instika sebagai mitra Abd. Muqit dalam perlombaan tersebut, diberi waktu untuk berbicara. “Kita punya taring dan gading yang bisa kita tunjukkan, terbukti ketika kita masuk dalam putaran final, Said Aqil Husein Al-Munawar, mantan Menteri Agama RI, memanggil nama Annuqayah dengan antusias, sedangkan yang lain tidak,” tuturnya. Dengan demikian, meskipun Instika adalah kampus yang terletak di lereng Bukit Lancaran, bukan di kota, ternyata dapat mengalahkan perguruan tinggi lain yang sudah tidak asing didengar.
Selanjutnya para santri yang mendapatkan juara di NTB dipersilakan satu demi satu. Pertama kali juara 1 tafsir wustha, yaitu Iskandar Yasin. Dia menuturkan bahwa keberhasilannya ini diraih berkat doa dan usaha. “Semua yang diusahakan tanpa doa maka akan sulit untuk dicapai, bahkan tidak akan dicapai,” katanya.
Siti Romlah Ahsan menyampaikan bahwa tanpa doa harapan tidak akan tercapai. Sedangkan Aimmatul Muslimah tidak dapat menyampaikan pesan dan kesan seperti halnya teman-temannya yang lain, karena dia dalam keadaan kurang sehat.
Setelah para santri yang mendapat juara tersebut menyampaikan pesan dan kesan, acara dilanjutkan dengan tawshiyah dari Dewan Masyayikh Annuqayah. Yang pertama disampaikan oleh KH Ahmad Basyir AS. Beliau menuturkan bahwa acara ini dilaksakan untuk mendorong santri yang lain agar giat dalam belajar. Beliau juga berpesan agar santri yang pulang ke rumahnya hendaknya menjaga akhlaq dengan baik dan jangan sampai terpengaruh oleh hal buruk di lingkungan di sekitarnya.
Selanjutnya tawshiyah yang kedua disampaikan oleh KH A. Warits Ilyas. Beliau menuturkan bahwa acara ini juga dimaksudkan sebagai bentuk tahadduts binni‘mah atas keberhasilan santri PP Annuqayah dalam perlombaan di tingkat nasional. Beliau juga berpesan agar para juara tidak menjadi sombong sebab telah meraih juara nasional.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
alhamdulillah, semoga Annuqayah semakin memberi makna. Sebagai alumni saya ikut bangga.
Posting Komentar