Selasa, Maret 16, 2010

Hadapi UN, Berbagai Persiapan Dilakukan

Ach. Fannani Fudlaly R., PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) yang sudah di depan mata membawa dampak tersendiri bagi siswa-santri Annuqayah. Beberapa kegiatan untuk mendukung kelancaran para siswa-santri menghadapi UN diadakan, sepeti bimbingan khusus (Bimsus) dan sebagainya.

Namun, para siswa-santri masih saja waswas dengan hal itu. Mereka menilai bahwa UN tak hanya menuntut kesiapan menjawan soal-soal. Tapi, berdoa dan bermunajat kepada Sang Pencipta juga perlu untuk tidak ditinggalkan.

“Meskipun kita paling pintar dalam satu kelas, bukan hal yang mustahil tidak lulus dalam UN. Karena itu berdoa kepada Sang Khaliq juga perlu. Hitung-hitung selain dapat pahala, juga agar dimudahkan dan lulus dalam UN nanti,” ungkap Naufil Istikhari, salah siswa kelas akhir Madrasah Aliyah Tahfidh (MAT).

Ternyata, pihak pesantren sendiri pun peka dengan yang diinginkan siswa-santri. PPA Lubangsa misalnya, demi kelulusan santri-santri Lubangsa, sejak beberapa hari terakhir mengadakna gerakan batin (gerbat) atau istitghasah. Setiap malam selepas pukul 00.00 WIB para santri kelas akhir dari berbagai lembaga formal setingkat MA se-Annuqayah berkumpul di dalam Masjid Jamik Annuqayah.

Sambil dibimbing sebagian pengurus seksi pendidikan, pengajaran dan pengembangan keilmuan (P2PK) PPA Lubangsa, gerbat berjalan dengan khidmat setiap malam. “Kita sebagai manusia hanya bisa berdoa kepada Allah, sedangkan takdir lulus dan tidaknya ada pada-Nya,” jawab Amirul Khatib, salah satu pengurus P2PK ketika ditanya kiat-kiat lulus dalam UN.

Tak hanya itu, setelah selesai gerbat para santri juga mendatangi makam-makam para pengasuh Annuqayah yang telah wafat. Mereka menganggap ziarah ke makam para pengasuh yang wafat akan juga membantu dalam pelaksanaan UN. Karena mereka yakin bahwa orang yang sudah wafat akan lebih mustajab doanya.

“Konon, orang alim yang wafat doanya lebih cepat terkabul daripada kita yang setiap hari bergelimang dengan dosa,” ucap Mursyidi, siswa kelas akhir MA 1 Annuqayah Putra.

Tak ada istilah lelah bagi mereka demi lulus dalam UN. Sepulang dari makam, ada banyak siswa-santri yang masih terlihat belajar. “UN benar-benar menjadi ‘momok’ bagi saya. Saya rela malam-malam tidak tidur agar dapat menghafal pelajaran, karena jika tidak lulus, saya tidak bisa melanjutkan ke UI,” tutur Maufiqurrahman, salah satu siswa MA Tahfidh yang ingin melanjutkan studinya ke Universitas Indonesia (UI).

“Rencananya jika saya lulus nanti saya akan mengadakan tasyakkuran di rumah. Akan saya undang teman-teman dekat saya,” tambahnya.

Andai para siswa-santri dapat mempertahankan cara belajarnya seperti ini, pasti semua santri pintar dan akan pulang ke rumah masing-masing dengan bermacam disiplin ilmu pengetahuan.

Semoga lulus!

Tidak ada komentar: