Minggu, Januari 10, 2010

Kosambhi, Komunitas Sastra Baru di Annuqayah

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

Di PP Annuqayah, semakin banyak bermunculan komunitas sastra yang fokus pada kegiatan tulis-menulis. Jika PP Annuqayah Latee mempunyai Komunitas Rumah Sastra Bersama (RSB) yang berorientasi pada penulisan puisi dan PP Annuqayah Lubangsa Selatan memiliki Komunitas Cinta Nulis (KCN) yang orientasinya pada cerpen, maka PP Annuqayah Lubangsa sekarang mempunyai Komunitas Sastra Serambi (Kosambhi) yang orientasinya pada kepenulisan puisi dan cerpen.

Komunitas yang digagas oleh Faruqi Munif tersebut masih “seumuran jagung”. Usia komunitas yang ditempatkan di serambi Masjid Jamik Annuqayah itu masih tidak lebih dari sebulan, yakni berdiri pada tanggal 28 Desember 2009.

“Saya membuat komunitas ini karena selama ini yang saya ketahui di Lubangsa tidak pernah mempunyai komunitas sastra yang fokus pada kepenulisan. Semuanya fokus pada teater. Dan alhamdulillah, sudah berjalan selama tiga minggu,” ungkapnya.

Komunitas itu berdiri sendiri tanpa ada yang memayungi atau terikat dengan sebuah komunitas lain. Artinya berdirinya komunitas itu berangkat dari kesadaran diri masing-masing penulis sebagai bentuk cinta mereka pada sastra.

“Kegiatan rutin itu ditempatkan pada malam Jum’at pukul 21.00 WIB. Formatnya berbentuk presentasi dari tulisan anggota. Ya! Semacam pertanggungjawaban dari si penulis terhadap karyanya. Setiap minggunya ada dua orang yang presentasi. Satu cerpen dan satu lagi puisi,” ungkap santri yang karyanya yang pernah dimuat di majalah sastra Horison itu.

Dia juga mengurai makna filosofi dari nama komunitas itu. Menurutnya kosambhi itu adalah nama buah buah yang rasanya kecut dan getah pohonnya sangat pahit sekali. Dengan makna filosofi itu, ia ingin menyampaikan bahwa menjadi seorang penulis itu tidak mudah, butuh kesabaran. Harus berproses dengan sungguh-sungguh.

“Yah, kita harus menelan pahit dan kecutnya kosambhi itu sebelum menjadi penulis besar. Saya mendapat nama itu setelah melakukan istikharah dan berkonsultasi dengan sahabat senior saya dalam dunia sastra, yaitu Gugu’ Mancanegara. Dan ia mengusulkan memberi nama Kosambhi, sesuai dengan tempat kita berkumpul yaitu di serambi Masjid Jamik Annuqayah,” ungkap santri asal Gapura, Sumenep itu.

2 komentar:

Titosdupolo (Colt T120) mengatakan...

yang asyk ya prosesnya...
jangan sibuk ngurus nama.

busritoha.blogspot.com mengatakan...

Sebagai alumni, sy sangat bersyukur terhadap berdirinya komunitas itu. Tapi ingat, jangan hanya semangat di awal tetapi kendur ketika akhir. Salam sukses selalu