Kamis, September 09, 2010

Sekolah Pengabdian Masyarakat V


Pada bulan Ramadhan kali ini, Biro Pengabdian Masyarakat (BPM) Pondok Pesantren Annuqayah menyelenggarakan Sekolah Pengabdian Masyarakat (SPM) V selama 15 hari, terhitung sejak tanggal 15-29 Agustus 2010. Serangkaian kegiatan itu merupakan agenda tahunan yang menjadi program dari Pesantren Mandiri.

Tujuan diadakannya acara ini adalah untuk mendidik santri yang memiliki kesadaran tanggungjawab sosial dan memiliki semangat pengabdian kepada umat dengan bekal pengetahuan dan keterampilan demi terciptanya masyarakat yang maju dan berperadaban.

Para peserta yang berjumlah 23 orang berasal dari lembaga-lembaga pendidikan dan organisasi masyarakat yang tersebar di daerah Sumenep dan Jember.

Acara dimulai pada Ahad pagi dengan agenda pembukaan. Kemudian dilanjutkan pada sesi siang dengan seminar yang mengambil tema, “Santri, Pesantren dan Perubahan Sosial”. Sesi ini disampaikan oleh Prof. Dr. KH. Abd. A’la Basyir, pembantu rektor I IAIN Sunan Ampel, Surabaya. Tema tersebut membincang tentang kegamangan pesantren dalam menerima perubahan sosial serta maraknya alumni-alumni pesantren yang mulai terikut aliran atau organisasi garis keras. Menurut K. A’la, semangat pluralisme sudah lama dikembangkan oleh pesantren dengan ajaran utamanya fiqih sufistik.

Esok harinya acara dilanjutkan dengan pengantar pelatihan analisis sosial. Belajar bersama ini dipandu oleh K. M. Zamiel el-Muttaqien, Direktur Eksekutif Biro Pengabdian Masyarakat. Selain belajar teori, K. Miming, panggilannya, juga memberikan praktek lapangan. Sesi ini dilakukan selama hampir satu hari, yaitu esok harinya, Selasa, 17 Agustus 2010, yang mengambil lokasi di tiga desa: Pananggungan, Dungdang, dan Bragung. Analisis sosial rencananya secara penuh akan didampingi oleh Ir. Hendro Sangkoyo, Ph.D, dari Sekolah Ekonomika Demokratik, Jakarta. Namun beliau hanya bersedia memfasilitasi selama tiga hari, yaitu mulai hari Rabu-Jum’at, sehingga untuk pengantar dipasrahkan kepada panitia SPM.

Hari pertama, bersama Pak Yoyok, panggilannya, peserta diajak untuk mengenal lebih jauh tentang analisis sosial, konten-konten serta konsepnya. Mula-mula peserta disuguhi istilah-istilah yang bagi sebagian mereka merupakan kosa-kata baru. Itu terdengar dari omongan-omongan dan tulisan dalam jurnal harian mereka. Selain itu, dipaparkan juga tentang peta krisis yang ada di Sumenep dan Madura pada umumnya. Contoh yang beliau berikan adalah peta blok migas yang mewarnai hampir seluruh Kabupaten Sumenep.

Hari berikutnya peserta disuguhi tugas praktek lapangan. Praktek ini dilakukan di lingkungan Pondok Pesantren Annuqayah dengan materi riset sampah. Masing-masing peserta diminta untuk datang ke lokasi tempat sampah, baik yang berada di kompleks masing-masing daerah maupun di TPA. Hasil penelitian itu kemudian dipresentasikan di hadapan peserta. Hasil akhir dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa problem sampah di Annuqayah dalam keadaan krisis.

Hari Sabtu-Senin, 21-23 Agustus 2010, dilajutkan dengan materi Pengorganisasian Masyarakat. Kali ini dibimbing oleh Madekhan Ali dari Lamongan. Pengalaman mengorganisir masyarakat di daerahnya menjadi modal untuk sharing pengetahuan bersama para peserta. Beliau menyampaikan beberapa tahapan menjadi community organizer (CO) serta apa saja yang menjadi tantangannya.

Dalam materi ini juga dilakukan praktek lapangan dengan mendatangi kelompok-kelompok masyarakat binaan BPM-PPA. Peserta yang dibagi dalam tiga kelompok diminta melakukan sosialisasi tentang budidaya tanaman tomat dan bawang, serta sosialisasi bahaya narkoba.

Kemudian pada keesokan harinya, Selasa, dilanjutkan dengan praktek membuat pupuk organik dengan dipandu oleh Mahfud, teman Pak Madekhan. Sehabis itu dilajutkan dengan tanya jawab soal pupuk organik.

Sesi pelatihan terakhir diisi oleh Tejo Wahyu Jatmiko dan Ida Ronauly dari organisasi Indonesia Berseru, Jakarta. Materi yang disampaikan adalah mengenai kampanye untuk desa sejahtera. Selama tiga hari mereka berdua menyampaikan proses mewujudkan desa sejahtera. Diawali dengan mengenal diri masing-masing peserta, kekuatan, potensi, pengaruh, dst. Menurutnya, tahapan ini menjadi modal awal bagi mereka yang ingin menjadi pemberdaya masyarakat.

Selain itu, mereka juga mengurai tentang konsep desa sejahtera yang mereka susun. Konsep itu, katanya, masih bersifat drafting sehingga perlu dibenahi.

Sekolah Pengabdian Masyarakat diakhiri dengan seminar pada Ahad, 29 Agustus 2010. Untuk sesi pagi, seminar mengangkat tema tentang “Pemiskinan dan Pendidikan”. Hadir sebagai pembicara, ketua Lakpesdam NU Sumenep, K. A. Dardiri Zubairi dan salah satu pengasuh PP. Annuqayah, K. M. Mushthafa.

K. Dardiri menyorot soal kasus bantuan dana block grant ke sejumlah sekolah di Kabupaten Sumenep yang mengalami banyak masalah. Sementara K.M. Mushthafa menyoal problem etis dalam pembiyaan pendidikan.

Sesi siang diisi oleh K. M. Zamiel el-Muttaqien dengan tema, “Perspektif Islam tentang Tanggung Jawab Sosial Tiap-tiap Muslim”.

SPM V resmi ditutup pada Ahad malam 29 Agustus 2010.


Berita ini dikutip dari website Biro Pengabdian Masyarakat PP Annuqayah.

Tidak ada komentar: