Selasa, Desember 10, 2013

Santri Kilatan dari Singapura



Ahmad Basyir Latif, PPA Al-Furqaan

Guluk-Guluk—Pada hari Sabtu, 30 November 2013, Pondok Pesantren Annuqayah daerah Al-Furqaan Sabajarin menerima seorang “santri kilatan” dari Singapura. Namanya Ary Dwiputra. Usianya 18 tahun. Dia diantarkan sendiri oleh orangtuanya, Bapak Mukhlisin.

Tujuan Ary datang ke pesantren adalah untuk mengetahui aktivitas sehari-hari kehidupan santri. Dia mengikuti kegiatan shalat berjamaah, belajar mengaji Alquran, ngaji kitab, memasak, dll. Di hari kedua, dia berbagi pengalamannya bersama siswa-siswa SMA Annuqayah. Ary terkadang santai dan jalan-jalan bersama para santri yang lain. Tujuannya  datang ke sini adalah atas keinginan orangtuanya agar dia tahu secara langsung kehidupan pesantren.

Meskipun lahir di Indonesia, sayangnya Ary tidak bisa berbicara dalam bahasa Indonesia. Ia menjalani kehidupan masa kecilnya di Melbourne dan saat ini tinggal di Singapura. Namun mekipun dia tidak bisa berbicara bahasa Indonesia secara lancar, para santri tetap mengajaknya berbicara dengan bahasa Indonesia dan dia mengerti sedikit-sedikit.

Selama delapan hari di Annuqayah Ary pernah mengalami demam. Penulis mengajaknya jalan-jalan keliling pesantren untuk memberikan pengetahuan tentang Annuqayah. Di pondok,  Ary makan bersama santri yang lain dengan makanan khas Madura, yaitu nasi jagung dengan lauk sederhana seperti tahu, tempe,  dan teote. Dia begitu rajin mengikutji kegiatan pesantren dan bersemangat belajar Alquran. Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah daerah Al-Furqaan, Kiai M. Faizi, juga sempat mengajaknya mengikuti kegiatannya di rumah tetangga, seperti sarwah, takziyah, dan tahlilan.

Di malam perpisahan, dia menceritakan kesan-kesannya selama tinggal di Annuqayah. Dia mengaku senang dan merasa bangga karena bisa tinggal di pesantren meskipun hanya 8 hari saja. Katanya tahun depan dia ingin kembali ke sini. Kedatangannya ke sini adalah mengisi liburan pertama di kampusnya, Namyang Academy of Fine Arts, tempat ia belajar animasi.