Selasa, Juli 16, 2013

Tasyakkuran Siswa Kelas Akhir MA Tahfidh Annuqayah

A. Munawwir, PPA Latee

Perpisahan memang sangat menyakitkan. Begitulah kebanyakan orang memberikan asumsi. Pada hari Ahad 30 Juni 2013, pagi sekitar pukul 07.30 WIB, siswa kelas akhir (Siska) ‘13 MA Tahfidh Annuqayah mengadakan acara paripurna dari sekian banyak proses belajar-mengajar selama kurang lebih tiga tahun, yaitu acara tasyakkuran. Acaran sederhana ini dihadiri sebagian guru, termasuk wali kelas, kepala madrasah, K.H. Moh. Syafi’ie Anshari, dan seluruh civitas MA Tahfidh Annuqayah.

Sebenarnya, acara ini sempat tidak akan dilaksanakan, mengingat ketua SISKA ’13, Masyhuri Drajat, saat hampir hari pelaksanaan tiba masih belum sembuh dari sakitnya. Tapi karena permintaan dari banyak pihak, termasuk Kak Fahmi, S.Ud, pembina Majalah Infitah sekaligus pendamping dari seluruh kegiatan yang dilaksanakan OSIS dan segenap staf MA Tahfidh, maka tasyakkuran ini dilaksanakan. Meski terkesan tergesa-gesa, alhamdulillah acara ini mendapat antusias dari seluruh siswa MA Tahfidh.

Acara ini dimulai dan dibuka sekitar pukul 07.30 WIB oleh dengan pembacaan surat al-Fatihah. Pembacaan ayat-ayat suci al-Qur’an yang dilantunkan oleh Moh. Ainul Yaqin Amrullah menjadi acara kedua, dilanjutkan sambutan ketua panitia.

Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh guru, baik yang hadir maupun tidak, dan seluruh teman-teman siska ’13 MA Tahfidh. Dan permohonan maaf dari kami selaku ketua panitia, jika ada hal-hal yang kurang berkenan di hati para hadirin, baik dari suguhan ataupun fasilitas yang ada,” begitulah cuplikan sambutannya.

Kemudian Kepala Madrasah, KH. Moh. Syafi’ie Anshari, juga memberikan sambutan sekaligus wejangan terhadap seluruh siska ’13 terkait dengan jenjang pendidikan yang dipilih oleh setiap siswa. Dalam sambutannya beliau sempat menyinggung pergaulan di luar yang sudah amburadul. Beliau berdawuh, ada banyak santri yang melanjutkan studinya ke luar Madura dan akhlaq dan kesantriannya sudah luntur sedikit demi sedikit. Terbukti ketika mereka pulang ke kampungnya, banyak yang tidak pakai kopiah, berambut gondrong, dan jarang shalat.

Saya hanya mengharap pada seluruh siska ’13 MA Tahfidh Annuqayah ini untuk selalu ingat status kesantriannya, agar senantiasa menjaga ibadah kepada Allah. Dan ingat, kalau kalian ingin melanjutkan studi ke luar, saya harap kalian harus minta izin kepada kedua orang tua, agar kalian menjadi anak yang selamat dunia dan akhirat. Biarpun kalian melanjutkan studi ke luar negeri, tapi orang tua kalian tidak rela, maka jangan harap kalian akan menjadi orang yang beruntung dari dunia sampai akhirat,” lanjut beliau dalam sambutannya.

Sambutan ini sengaja memang dibuat lama oleh kepala karena sambil lalu menunggu guru yang masih belum hadir.

Tak lama setelah sambutan, siska ’13 MA Tahfidh Annuqayah memberikan kenang-kenangan berupa uang senilai Rp. 4.200.000,- yang diberikan secara simbolis kepada Kepala Madrasah oleh ketua panitia.

Uang ini sebagiannya akan dibelikan baju untuk seluruh guru agar mereka bisa mengenang dan mengingat kalian. Sebagiannya lagi akan dibelikan semen untuk kantor yang masih belum selesai,” dawuh beliau setelah menerima kenang-kenangan dari siska ’13.

Uang senilai Rp. 4.200.000,- ini adalah hasil sumbangan siswa (masing-masing Rp 100.000,-) yang ditarik oleh bendahara jauh sebelum acara ini dimulai.

Kesan dan pesan yang disampaikan oleh Musyfiqur Rahaman yang mewakili seluruh siswa adalah acara sebelum terakhir. Dalam hal ini, dia menyampaikan banyak hal terkait dengan siswa terhadap guru.

Tahun 2010 adalah awal kami melangkahkan kaki di madrasah yang sangat sederhana ini. Kami mempunyai banyak tujuan masuk ke madrasah ini, dari yang paling kecil sampai yang paling besar. Kami mengakui, uang yang diberikan oleh kami kepada madrasah ini masih belum cukup untuk membalas kebaikan dan keikhlasan para guru dalam mengajar dan mendidik kami. Padahal, kami sering tidak masuk sekolah, tidak menghargai, tidur di kelas, dan lain-lain, tapi guru-guru sekalian masih tetap ikhlas mendidik kami yang tidak tahu diri. Itulah yang saya kagumi kepada seluruh guru MA Tahfidh Annuqayah. Memang, secara kasat mata madrasah ini tidak rapi, melihat guru tidak memakai sepatu dan tidak memakai celana sebagaimana guru-guru di madrasah lain yang memakai celana, tapi memang inilah ciri khas guru MA Tahfidh Annuqayah. Dan saya yakin, mereka lebih ikhlas mengajar dalam keadaan seperti ini. Oleh karena itu kami mewakili seluruh siswa mohon maaf kepada seluruh guru, karena kami terkadang mempunyai tujuan untuk santai masuk ke madrasah ini. Dan terakhir dari kami, akuilah kami sebagai murid para guru sekalian dari dunia sampai akhirat,” lanjutnya dalam kesan dan pesannya.  

Para siswa hanya tertegun tak kuat membendung air mata yang menetes sedikit demi sedikit. Acara ini diparipurnai dengan doa yang dipimpin oleh K. A. Wahib Aqib. Di tengah-tengah beliau berdoa banyak siswa meneteskan air mata karena mungkin mereka telah merasa bersalah kepada seluruh guru.

Sebelum para guru beranjak dari tempat, semua siska ’13 menyalami seluruh guru satu persatu sambil diiringi lantunan shalawat oleh Moh. Ainul yaqin Amrullah. Setelah itu, siska ’13 berpose bersama seluruh guru dan staf MA Tahfidh Annuqayah.