Selasa, Mei 14, 2013

RMI-Pesantren Annuqayah Adakan Pelatihan Sistem Otomasi Komputer Perpustakaan


Moh. Kamil Akhyari, alumnus PPA Latee

Guluk-Guluk—Pengurus Cabang (PC) Robithah Maahid Al Islamiyah (RMI) NU Kabupaten Sumenep bersama Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk, Sumenep, menyelenggarakan Pelatihan Sistem Otomasi Komputer Perpustakaan, Ahad, 12 Mei 2013 di Aula Asy-Syarqawi Guluk-Guluk.

Pembukaan acara dihadiri Wakil Ketua PP RMI Dr. H. Agus Zainal Arifin, Ketua PCNU Sumenep H. A. Pandji Taufiq, Ketua PC RMI NU Abd. Wasit, Ketua Pengurus Pondok Pesantren Annuqayah K.H. A. Hanif Hasan, Ketua Pelaksana Pengurus Pondok Pesantren Annuqayah K. Ainul Yaqin, Ketua Yayasan Annuqayah H. Taufiqurrahman, dan kepala-kepala sekolah di lingkungan Annuqayah dan NU Sumenep.

Ketua PC RMI Abd Wasit mengatakan, sekalipun NU dikatakan organisasi tradisional, warga dan lembaga pendidikan milik NU harus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. "Pesantren harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman," ucapnya.

Pelatihan sehari yang diikuti pengurus perpustakaan tersebut, kata mantan Wakil Ketua PW IPNU Jawa Timur, merupakan bukti konkret warga NU sekalipun tradisional tidak gagap teknologi.

Sementara Ketua Pengurus Pondok Pesantren Annuqayah K.H. A. Hanif Hasan dalam sambutannya mengatakan jika belajar adalah sebuah kewajiban maka belajar sistem yang menunjang terlaksananya kewajiban juga termasuk wajib.

Keberadaan perpustakaan dalam lembaga pendidikan adalah sebuah keharusan. Di sanalah siswa memperluas cakrawala pengetahuan. "Pengembangan perpustakaan merupakan langkah yang perlu digalakkan," katanya.

Di era komputer saat ini belajar bisa semakin efektif, termasuk sistem pengelolaan perpustakaan. Dosen Institut Ilmu Keislaman Annuqayah tersebut berharap, peserta pelatihan nantinya bisa menindaklanjuti ilmu yang diperoleh dari pelatihan.

"Kelemahan kita kadang-kadang masih kurang menindaklanjuti. Apa yang diperoleh harus dipelihara dan dan ditukarkan lewat lembaga pendidikan. Ini sebuah jihad. Sampaikan pesan Islam melalui perpustakaan," harapnya.

Rabu, Mei 08, 2013

IAA Surabaya Adakan Bedah Buku



Ahmad Al Matin, alumnus PPA Latee, mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya

Surabaya – Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) Daerah Surabaya menggelar kegiatan Bedah Buku dan Book Fair 2013 pada Rabu (24/4) kemarin. Buku yang dibedah berjudul Sekolah dalam Himpitan Google dan Bimbel Karya M. Mushthafa, salah satu putra Annuqayah yang juga alumnus Utrecht University, Belanda, dan NTNU, Trondheim, Norwegia.

Acara tersebut bertempat di Auditorium Kopertais Wilayah IV Surabaya di kompleks IAIN Sunan Ampel Surabaya pada jam 08.30-13.00 WIB. Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama dengan LPM Solidaritas IAIN Sunan Ampel, Penerbit LKiS Yogyakarta, dan Pena Pesantren Surabaya. Peserta dalam kegiatan tersebut bersifat umum yang dihadiri dari berbagai kalangan seperti mahasiswa, dosen, ikatan alumni pondok pesantren yang ada di Surabaya, dan juga anggota IAA Surabaya sendiri beserta para undangan.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut yaitu para Dewan Penasihat IAA Surabaya sekaligus Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya, Prof. Dr. Abd. A’la, M.Ag, para senior IAA Surabaya, Nur Khalis, Ach. Tirmidzi, dan Marlaf Sucipto, dan Ikatan Alumni Annuqayah dari luar Surabaya yaitu IAA Daerah Istimewa Yogyakarta dan IAA Malang.

Menurut ketua panitia acara bedah buku, A. Wajid Muntaqa, kegiatan ini merupakan program pengurus harian yang bertujuan untuk menambah wawasan keilmuan anggota dan pengurus IAA Daerah Surabaya sesuai dengan visi dan misinya melalui bentuk bedah buku.

“Selain itu juga, acara ini bertujuan untuk mempererat tali silaturrahim antara anggota IAA Surabaya, dengan para senior, penasihat seperti Prof. A’la dan juga pihak Annuqayah sendiri. Makanya kami menghadirkan penulis buku yang ‘oreng dhelem’ Annuqayah sendiri, biar sekali jalan langsung beberapa tujuan terlaksana,” terang Wajid saat ditemui di sela-sela acara berlangsung.

Hal senada juga disampaikan oleh Rahmat dalam sambutan ketua IAA Daerah Surabaya. Ia mengatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan sebuah media keilmuan untuk memperoleh informasi tentang dunia pendidikan yang selama ini sudah mulai menjauh dari tujuan dan visi-misi pendidikan itu sendiri.

“Tujuan lain dari acara ini adalah sebagai media silaturrahim dan diskusi keilmuan baik dengan para putra Annuqayah maupun dengan organisasi-organisasi intra atau ekstra kampus yang ada di lingkungan IAIN Sunan Ampel Surabaya,” papar Rahmat dalam sambutannya.

Pembicara pada acara tersebut adalah oleh M. Mushthafa selaku penulis buku, dan Akh. Muzakki, Ketua LP Ma’arif Jawa Timur dan dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, yang menjadi pembanding. Kegiatan ini kemudian diakhiri dengan sharing bersama tentang IAA Daerah Surabaya ke depannya antara para senior IAA Surabaya dengan para pengurus IAA Surabaya, dan juga utusan Ikatan Alumni Annuqayah dari luar Surabaya.

Selasa, Mei 07, 2013

Pepustakaan Diniyah Latee Adakan Bahtsul Masail Kedua


A. Munawwir, PPA Latee

Guluk-Guluk–Perpustakaan Madrasah Diniyah Annuqayah Latee (Madal) telah mengadakan salah satu acaranya, Bahtsul Masail, untuk yang kedua kalinya pada hari Jum’at (03/05) lalu bertempat di Mushalla Latee. Acara ini dimulai pada pukul 08.00 WIB dengan pembukaan, dilanjutkan dengan nafiri kalam ilahi, sambutan ketua pengurus, Bahtsul Masail, kemudian penutup sekaligus doa. Acara berakhir berakhir pada pukul 10.30 WIB.

Dalam sambutan, ketua pengurus PPA Latee, Abd. Khaliq, S.Th.I, menegaskan kepada seluruh musyawirin agar betul-betul menyimak jalannya bahtsul masail. Selain itu, dia menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh undangan atas segala kekurangan.

Sebenarnya acara ini akan dilaksanakan pada tanggal 26 April 2013. Hanya saja, K.Hasbullah, M.Pd.I. yang bertugas sebagai mushahhih dan Abd. Basith Mansur, M.Th.I. sebagai muharrir dalam acara ini tidak bisa hadir karena uzur. Akhirnya, disepakati kegiatan bahtsul masail ditunda dan akan dilaksanakan pada tanggal 3 Mei.

Acara yang sangat sederhana ini tampak lebih semarak dari pada bahtsul masail sebelumnya. Kehadiran undangan dari Lubangsa Selatan yang beranggotakan tiga orang dan Nirmala satu orang menjadi salah satu daya tarik untuk beradu argumentasi yang dikutip dari kitab-kitab klasik. Berbagai pendapat yang berbeda kerapkali muncul sehingga diskusi menjadi lebih hidup. Para peserta bahtsul masail maju untuk mengajukan sebuah jawaban sekaligus mengomentari pendapat peserta yang lain.

“Inilah yang saya harapkan mulai sejak dulu. Acara ini sungguh lebih meriah dari pada sebelumnya. Musyawirin sangat antusias dalam acara Bahtsul Masail Kedua ini. Semoga antusias dan semangat mereka tidak hanya sampai di sini,” tegas A. Munawwir, ketua perpustakaan Madal yang bertugas sebagai moderator dalam acara tersebut.

Adapun persoalan yang dibahas kali ini ialah hukum menggunakan uang titipan untuk anak kecil yang masih duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah tanpa sepengetahuan si anak kecil sedangkan orang yang memakainya akan menggantinya ketika ia punya uang.

Untuk mendapatkan jawaban atas persoalan tersebut, para peserta memeras otak dan adu argumen hingga sekitar dua jam. Jawaban dan alasan yang mereka ajukan berbeda-beda. Ada yang menjawab boleh dengan dalih si anak masih belum termasuk orang yang berhak membelanjakan hartanya (muthlaq al-tasharruf). Ada yang menjawab tidak boleh dengan alasan barang titipan itu adalah amanah yang harus betul-betul dijaga. Ada pula pendapat yang lain.

Selang dua jam dari adu argumen, kini giliran muharrir merumuskan sekaligus membatasi masalah sekitar 15 menit sebelum akhirnya diberikan kepada mushahhih untuk memutuskan hukum. Walhasil, hukum menggunakan barang titipan tidak boleh kecuali dalam keadaan darurat dan orang yang menggunakan uang tersebut harus menggantinya sesuai banyaknya uang yang digunakan.


Sabtu, Mei 04, 2013

FTT 2013 (Bagian 7-Habis): Penggalan Pengalaman yang Tak Terlupakan


Umarul Faruq, PPA Latee

Banyak hal menarik yang kami dapatkan selama mengikuti acara FTT 2013, mulai dari pengalaman lucu, menyedihkan, bahkan ada yang menyebalkan. Salah satunya adalah waktu keliling UI tanpa sengaja. Ceritanya ialah waktu kami akan pergi ke FIB dan ketinggalan bis yang disediakan panitia. Dengan PD-nya kami langsung naik bikun yang berhenti di halte asrama tanpa melihat-lihat tanda di kaca depan bis.

Waktu itu kami bersama teman-teman dari UGM. Mereka sama-sama tidak tahu harus naik bikun yang mana untuk sampai di FIB. Kami naik bikun berdasarkan naluri saja. Bikun yang kami naiki pun berangkat dengan kecepatan sedang. Setelah agak lama bis berjalan, kami merasa ada yang aneh, sudah lebih dari 20 menit perjalanan kami tidak juga sampai di kampus FIB.

“Tenang saja, ntar pasti lewat lagi kok,” kata salah satu teman UGM dengan tenangnya. Beberapa halte sudah terlewati, tapi tidak ada satu pun yang tepat ada di depan FIB. Tak lama kemudian si sopir bis berkata dengan suara lantang.

“Terakhir, terakhir! Asrama, asrama!” Setelah kami melihat ke luar jendela bis, ternyata kami sudah berada di Wisma Makara lagi. Satu pelajaran yang kami dapatkan waktu itu, keliling UI butuh waktu 30 menit.

Satu lagi pengalaman yang cukup menyedihkan waktu kami harus mendekam kedinginan di serambi masjid UI di tengah hujan lebat tanpa jaket. Waktu itu sudah hampir maghrib, tapi untuk pulang ke asrama rasanya tidak mungkin karena hujan turun sangat deras. Kami menunggu hujan reda dulu baru akan pergi ke halte menunggu bikun. Setelah menunggu agak lama hujan pun mulai berkurang. Walau di luar gerimis masih cukup deras, kami nekat menerobos pergi ke halte terdekat untuk pulang ke asrama.

Tidak lama kemudian bikun tiba di halte. Kami pun segera naik agar tidak terlalu lama melawan hawa dingin yang menggigit. Tapi siapa kira bikun yang kami naiki adalah angkutan Politeknik Jakarta, kami pun diturunkan di halte yang tidak jelas di mana letaknya.

Setelah bertanya pada orang, kami tahu bahwa halte terdekat untuk bikun yang menuju asrama berjarak sekitar 400 meter. Terpaksa kami harus berjalan kaki menuju halte tersebut menerobos gerimis. Kami akhirnya sampai di asrama kira-kira 5 menit setelah adzan Isya’. Kami sampai di sana dalam keadaan basah kuyup dan menggigil kedinginan.

Jumat, Mei 03, 2013

FTT 2013 (Bagian 6): Akhirnya Selesai Juga!



Umarul Faruq, PPA Latee

Setelah hampir seminggu kami mengikuti acara demi acara Festival Timur Tengah 2013, akhirnya kami sampai di bagian akhir dari acara ini: malam penutupan. Acara paripurna ini dilaksanakan pada Sabtu malam (20/4) pukul 19.00 WIB. dan selesai pada pukul 22.30 WIB.

Pada malam paripurna ini, para juara 1 dari beberapa lomba ditampilkan, seperti lomba menyanyi, story telling, dan puisi. Malam ini merupakan malam paling ramai selama pelaksanaan FTT. Semua peserta di semua cabang lomba dari semua kontingen berkumpul di satu tempat, auditorium gedung IX FIB, untuk mengikuti acara penutupan. Mereka semua, termasuk kami, berkompetisi untuk menjadi penontoh paling heboh. Yel-yel dari masing-masing kontingen menggema bergantian seakan tak dapat dihentikan. Teriakan-teriakan ungkapan kegembiraan terdengar begitu menggelegar saat nama pemenang suatu lomba berasal dari kontingen mereka.

Keriuhan mencapai puncaknya waktu penampilan beatbox dari UIN Bandung dan permainan gitar elektrik yang dipersembahkan panitia diiringi munculnya tulisan “Sampai Jumpa di FTT 2014” di spanduk besar yang tiba-tiba muncul dari atas panggung. Selain itu balon dan kembang api juga ikut memeriahkan suasana. Tidak sedikit peserta cewek yang histeris sambil bertepuk tangan dan lompat-lompat. Begitu juga peserta cowok, tidak sedikit yang menari-nari karena luapan emosi bahagia. Baik yang menang maupun yang kalah, malam itu tidak ada yang bersedih. Semua sama-sama senang dan bahagia.

Setelah semua susunan acara pentutupan selesai, berlanjut ke acara foto-foto. Kami sempat foto dengan beberapa teman dari kontingen lain, di antaranya rombongan dari UIN Sunan Kalijaga, IAIN Walisongo, UPI, dan STAIN Purwokerto. Kami juga sempat foto bareng dengan panitia dan juri. Setelah acara foto-foto selesai, kami pun pulang ke asrama dengan bis yang telah disiapkan panitia dengan perasaan senang dan bahagia. 

FTT 2013 (Bagian 5): Saku Tipis, Gagal Nonton Konser Debu


Umarul Faruq, PPA Latee

Hari Sabtu (20/4) merupakan hari terakhir Festival Timur Tengah 2013, sebab pada Sabtu malamnya acara FTT akan ditutup dan semua peserta akan kembali lagi ke daerah asal masing-masing. Pada hari ini pula acara paling wah! FTT 2013 diadakan, yaitu konser grub musik Debu.

Grup musik religi yang beranggotakan enam orang dari berbagai negara ini akan konser di Auditorium gedung IX FIB Universitas Indonesia pada pukul 13.00 WIB bakda Dhuhur sebagai salah satu rangkaian konser amal di acara FTT 2013. Konser ini dimaksudkan untuk menggalang dana demi membantu rumah sakit Republik Indonesia yang beroperasi di Gaza.

Seperti halnya peserta lain, kami juga punya keinginan kuat untuk nonton konser ini. Jarang-jarang bisa nonton konser grup musik papan atas seperti Debu. Namun setelah tahu bahwa harga tiket konser ini Rp. 25.000/orang, kami jadi pikir-pikir ulang untuk ikutan. Bagaimana tidak, wong buat makan saja kami selalu mencari yang paling murah, bahkan kadang hanya makan nasi tanpa lauk. Selain itu, uang saku yang tersisa juga tidak terlalu banyak, padahal jadwal kepulangan masih tinggal dua hari. Pada akhirnya kami hanya diam saja di asrama dan berangan-angan, Andai saja harga tiketnya lebih murah.

Kamis, Mei 02, 2013

FTT 2013 (Bagian 4): Acara Utama yang Begitu Padat

Umarul Faruq, PPA Latee

Festival Timur Tengah sudah tiba di puncak acara. Namun dari sekian banyak lomba yang diadakan, ada beberapa lomba masih belum selesai, di antaranya adalah lomba debat babak semifinal dan final yang rencananya akan dilaksanakan hari Kamis (18/4) pukul 13.00 WIB dan lomba menyanyi yang dijadwalkan pada hari Jumat (19/4) pukul 08.00. Lomba-lomba ini memang sengaja diletakkan di dalam acara utama FTT yang berlangsung selama tiga hari tiga malam, terhitung sejak Kamis pagi (18/4) hingga Sabtu malam (20/4).

Sebelum acara pembukaan pada Kamis pagi, panitia meminta satu perwakilan dari masing-masing perguruan tinggi untuk berkumpul di FIB pada malam Kamis untuk melakukan gladi resik. Dalam gladi resik ini, para perwakilan kampus melakukan latihan memberikan salam dengan diiringi musik orkestra untuk sesi perkenalan dalam acara pembukaan keesokan paginya. Gladi resik baru selesai sekitar pukul 22.00 WIB.

Keesokan paginya, pada pukul 09.00 WIB pembukaan acara FTT 2013 dimulai. Acara FTT 2013 mengangkat tema umum “Pesona Negeri 1001 Malam”. Acara pembukaan ini dihadiri oleh para civitas akademika Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia dan beberapa tamu kehormatan yang terdiri dari walikota Depok, perwakilan Kemenpora, dan beberapa duta besar negara-negara Timur tengah, seperti Saudi Arabia, Maroko, Irak, dan Suriah. Di dalam acara ini pula seluruh kontingen peserta lomba FTT diperkenalkan satu persatu kepada para dubes, termasuk Instika. Acara pembukaan ini selesai kira-kira pukul 12.00 WIB siang.

Pukul 13.00 WIB, satu jam setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan pertandingan babak semifinal hingga final lomba debat bahasa Arab. Sementara itu pada jam yang hampir bersamaan, yaitu pukul 14.00 WIB, juga akan dilaksanakan karnaval keliling kampus UI menggunakan sepeda ontel. Sayangnya acara karnaval ini terpaksa digagalkan karena turun hujan deras yang tidak kunjung reda hingga menjelang maghrib.

Di malam harinya ada acara makrab (malam keakraban) yang diisi dengan berbagai penampilan dari kontingen yang mau menyumbang. Makrab ini dimaksudkan untuk menjalin hubungan emosional yang lebih dekat di antara para kontingen. Jadi semua bisa saling mengenal lebih jauh satu sama lain. 

Acara makrab dimulai pada pukul 19.00 WIB dan selesai pada pukul 22.00 WIB. Banyak kontingen yang menampilkan talenta mereka dalam acara makrab ini, tapi sangat disayangkan kontingen dari Annuqayah tidak menyumbangkan penampilan apa pun. Mereka hanya menjadi penonton saja dan sesekali memberikan aplaus jika ada penampilan yang menarik. Di acara makrab ini, lagi-lagi rombongan Annuqayah tampil agak beda: memakai sarung.

Rabu, Mei 01, 2013

FTT 2013 (Bagian 3): Tampil Maksimal, Tinggal Doa dan Tawakkal

Umarul Faruq, PPA Latee

Pada hari kedua, Rabu (17/4), kami sudah mempersiapkan segala sesuatu yang kami perlukan untuk tampil maksimal di semua lomba, mulai dari debat, pidato mahasiswa, maupun story telling. Setelah sarapan pagi, kami langsung ke halte menunggu bikun yang akan ke FIB. Tidak lama kami menunggu, bikun kosong yang baru datang langsung disesaki oleh peserta FTT. Bikun pun berangkat dengan kecepatan sedang.

Hari ini ada tiga lomba yang kami ikuti: story telling, puisi mahasiswa, pidato mahasiswa, dan dua babak pertandingan debat. Berhubung jadwal tampil story telling agak awal, semua rombongan Annuqayah berkumpul di tempat berlangsungnya lomba tersebut untuk memberikan dukungan kepada Fathur Rahim, peserta story telling dari Annuqayah, kecuali tim debat yang sudah harus standby di aula masjid UI untuk mempersiapkan bahan dan referensi tema debat. Sementara itu, Ach. Fauzi, peserta lomba pidato mahasiswa, juga ikut berkumpul di tempat lomba story telling. Berhubung urutan tampilnya masih cukup lama, jadi dia masih sempat memberikan dukungan kepada teman-temannya yang lain.

Secara umum penampilan peserta dari Instika cukup memukau. Terbukti tim debat Instika mampu melalui dua babak yang dilaksanakan pada hari itu; babak perdelapan dan perempat final. Tidak hanya itu saja, mereka juga menuai banyak pujian dari berbagai pihak, baik dari juri dan juga penonton.

Hal anta min ahlil balaaghah? Mumtaaz! Lughatuka jamiilah, wa usluubuka jayyid, tamatta’tu bi kalaamika. Mumtaaz, mumtaaz! (Apa kamu jago balaghah? Luar biasa! Bahasamu keren, susunannya bagus, saya sangat menikmatinya. Hebat, hebat!),” kata salah satu juri debat yang asli Mesir memuji tim debat Instika.

Pada pertandingan babak perdelapan final, tim debat Instika melawan tim debat UIN Bandung dengan perolehan skor yang terpaut cukup jauh, 175 dan 120. Sementara pada pertandingan perempat final, tim debat Instika melawan tim debat UIN Maliki Malang dengan perolehan skor yang sama, 176. Namun karena salah satu pembicara dari tim debat UIN Maliki melewati batas waktu yang telah ditentukan, mereka mendapat penalti dengan pengurangan nilai sebanyak 5 poin dan akhirnya tim Instika-lah yang dinyatakan lolos ke babak semifinal.

Di pihak lain, Ach. Fauzi peserta lomba pidato utusan Instika juga tampil menakjubkan dan agak unik dibanding peserta kebanyakan. Dia membawa pedang dan bodyguard untuk melengkapi aksesorisnya waktu menyampaikan pidato. Sayang sekali kondisi cuaca tidak terlalu mendukung. Waktu dia menampilkan pidatonya, hujan turun sangat deras disertai suara petir. Tak ayal, alunan instrumen yang telah dia siapkan untuk mendramatisasi suasana tidak terdengar sama sekali. Suara audio portabel yang dia bawa kalah jauh dibanding gelegar petir yang sahut-menyahut tak henti-henti.

Lain halnya dengan lomba story telling. Penampilan Fathur Rahim malah mengundang tawa dari penonton dan juri. Ekspresi wajahnya yang imut dan menggemaskan memaksa hadirin memegang perut karena tertawa. Padahal sebenarnya dia sangat serius membawakan ceritanya, tapi justru ekspresi seriusnya itulah yang menjadi lucu. Jadi dari sisi akting dan aksesori Fathur Rahim ada di peringkat atas. Tinggal menunggu keputusan dewan juri apakah dia pantas mendapatkan gelar juara atau tidak.

Entah sengaja atau hanya iseng, Ibnu Hajar yang kebetulan bertemu dengan Ra Mamak, bertanya “Gimana, Ra? Gimana penampilan utusan Instika?”

Muhammad Shalahuddin Warits, nama panjang Ra Mamak, salah satu kiai muda PP Annuqayah yang dipercaya menjadi juri di cabang lomba puisi mahasiswa pun menjawab “Bagus, bagus! Annuqayah masuk di antara enam peserta terbaik. Namun, sebenarnya sudah ada yang lebih baik dari dia. Jadi tunggu saja hasilnya gimana.