Rabu, Februari 27, 2013

Perpustakaan Latee Gelar Diklat Kepustakaan


Romaiki Hafni, PPA Latee

Guluk-Guluk—Perpustakaan Pondok Pesantren Annuqayah Latee melaksanakan salah satu program kerjanya yang memang telah dicanangkan sejak awal tahun, yaitu Diklat Kepustakaan. Awalnya, acara tahunan ini hanya diperuntukkan bagi pustakawan Latee saja. Namun, setelah panitia mengadakan rapat perdana dan mempertimbangkan banyak hal, disepakati bahwa acara ini akan dibuka untuk semua santri Latee yang berminat.

“Kami sepakat bahwa peserta acara Diklat Kepustakaan ini terbuka untuk santri Latee secara umum dengan kuota maksimal 30 orang. Selain itu, untuk pendaftarannya gratis,usul Romaiki Hafni, Koordinator DPO (Departemen Publikasi dan Organisasi) Pengurus PP Annuqayah Latee ketika rapat berlangsung di bilik Perpustakaan Latee.

Acara diklat yang ditempatkan di gedung Madrasah Diniyah lantai dua bagian selatan ini berlangsung selama 2 hari, yakni Kamis dan Jum’at yang lalu (21-22/2). Pembukaan Diklat Kepustakaan ini dilaksanakan pada hari Kamis siang (21/02). Acara pembukaan dihadiri oleh Abd. Khaliq, S.Th.I, ketua pengurus PP Annuqayah Latee, dan peserta diklat yang kurang lebih berjumlah 25 orang. Beberapa pengurus PPA Latee turut hadir juga pada acara pembukaan itu.

Moh. Ainur Ridha Bayusuf , ketua panita Diklat Kepustakaan, menyatakan bahwa materi Diklat Kepustakaan kali ini dibagi menjadi 2 sesi penyajian yang disusul dengan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana peserta dapat menangkap materi dari para penyaji.

Sesi pertama akan membahas klasifikasi dan inventarisasi. Sedangkan sesi kedua akan berbicara mengenai manajemen kepustakaan dan pembuatan AD/ART perpustakaan,jelasnya. “Selain itu, untuk peserta terbaik nantinya akan diberikan hadiah sebagai apresiasi,tambahnya.

Sesi pertama Diklat Kepustakaan dilaksanakan pada hari Kamis (21/02) pukul 20.00 WIB. Materi sesi pertama yang dimoderatori oleh Zainal Arifin ini disampaikan oleh Abd. Khaliq, S.Th.I, pengurus Perpustakaan BPM (Biro Pengabdian Masyarakat) PP Annuqayah. Sesi ini terlihat berlangsung dengan hangat. Peserta cukup aktif mengajukan pertanyaan.

Sedangkan sesi penyajian kedua yang dilaksanan pada hari Jum’at pagi (22/02)  pukul 08.30 WIB, diisi oleh Massuha el-Alief, mantan ketua Perpustakaan MA 1 Annuqayah yang saat ini menjabat sebagai staf TU di MA 1 Annuqayah. Dengan tangkas sang pemateri menjelaskan dan memaparkan dengan cukup detail mengenai manajemen kepustakaan yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai cara membuat AD/ART kepustakaan. Sesi penyajian kedua ini juga tidak kalah menarik dari penyajian yang pertama.

Namun, sesi evaluasi yang dijadwalkan setelah shalat Jum’at gagal dilaksanakan karena tak ada peserta yang hadir.

“Ya mau bagaimana lagi? Tak satu pun peserta hadir. Siapa yang mau dievaluasi? Tapi tak apalah. Ini kan cuma evaluasi materi. Mereka pasti bisa melakukannya sendiri,” ucap Bairullah, salah satu panitia Diklat kepustakaan.

Menurut laporan sebagian panitia, para peserta tidak hadir pada sesi ketiga tersebut karena sebagian dikunjungi keluarganya. Di samping itu, waktu siang hari yang kurang kondusif juga ditengarai menjadi salah satu penyebabnya.

Acara Diklat Kepustakaan ini pun diparipurnai dengan acara penutupan yang dilaksanakan pada Jum’at sore (22/2) di gedung Madrasah Diniyah lantai dua bagian selatan. Pada acara penutupan ini, Khalid Nurrohman, santri rayon al-Qurtuby, dinobatkan sebagai peserta terbaik.

Jumat, Februari 15, 2013

Perpustakaan Diniyah Latee Adakan Bahtsul Masail

A. Munawwir, PPA Latee

Guluk-GulukPerpustakaan Madrasah Diniyah Annuqayah Latee baru selesai mengadakan kegiatan Bahtsul Masail antarkelas pada hari Jum’at pagi (8/02/13) bertempat di Mushalla Latee. Kegiatan ini mendapat apresiasi besar dari wakil kepala Madrasah Diniyah Annuqayah Latee, Faishal Khair, S.Ud., dan ketua pengurus Latee, Abd. Khaliq, S.Th.I.

Acara ini dimulai sekitar pukul 08.00 WIB dengan acara pembukaan. Dalam acara pembukaan, wakil ketua Madrasah Diniyah Annuqayah Latee dan Ketua Pengurus PPA Latee memberikan sambutan.

Pada awalnya, semua pustakawan Madrasah Diniyah Annuqayah Latee (Madal) sempat pesimis untuk mengadakan Bahtsul Masail yang pertama ini. Penyebabnya, geliat santri pada saat ini untuk membaca kitab kuning semakin menurun. Ditambah lagi, waktu yang disediakan oleh pustakawan untuk mencari ta’bir hanya satu minggu. “Alangkah lebih baiknya waktu untuk mencari ta’bir ini ditambah,” tegas Ach. Zairi, pembina perpustakaan dalam rapat kedua.

Tapi kenyataan berbicara lain. Suasana Bahtsul Masail yang dimulai sekitar pukul 08.45 WIB dan berakhir pukul 11.00 WIB ini cukup meriah. Para siswa tampak bersemangat untuk adu argumen sehingga suasana Mushalla Latee yang awalnya sunyi lalu mulai semarak lantaran para siswa kelas 3 sampai kelas 6 bermusyawarah untuk memecahkan pertanyaan yang diajukan oleh moderator, Shabri Muhammad.

Adapun pertanyaan yang dibahas dalam bahtsul masail ini ada dua. Pertama, hukum shalat Jum’at di depan toko KH Abd. Wadud sementara di depan Masjid Jamik masih kosong. Kedua, hukum meminjam uang orang lain tanpa seizin pemilik. Dua pertanyaan ini muncul dari Shabri Muhammad, ketua panitia sekaligus moderator pada acara ini dan Fathorrozi yang menjadi notulen pada acara ini.

Sejak tashawwurul masalah suasana sudah mulai begitu menarik. Sebab, siswa dari kelas 3 sampai kelas 6 mulai maju satu persatu ke depan untuk menanyakan berbagai hal yang berkaitan dengan pertanyaan kepada penanya dengan gaya mereka masing-masing.

Dua jam berlalu. Kini giliran mushahhih, Abd. Basith Mansur, M.Th.I mengambil alih jalannya Bahtsul Masail untuk menjawab pertanyaan pertama setelah mendengar banyak jawaban dari siswa. Dia menjawab bahwa shalat di depan toko KH Abd Wadud Munir sah dengan syarat jarak antara akhir shaf di masjid dan makmum yang shalat di depan toko KH Abd. Wadud Munir tidak melebihi 300 dzira’, dan makmum bisa melihat gerak-gerik imam dengan cara melihat langsung atau mendengar serta tidak mendapatkan fadhilatu as-shaff. Kitab yang menjadi referensi ialah kitab Bughyatul Mustarsyidin, Bajuri, dan Kifayatul Akhyar.

Kemudian Abd. Basith, M.Th.I membaca surat al-Fatihah sebagai tanda bahwa jawaban sudah dijawab. Acara diparipurnai dengan doa.

Sebelum siswa kelas 3 sampai kelas 6 beranjak dari Mushalla Latee, semua ketua kelas diminta oleh Wakil ketua Madrasah Diniyah Annuqayah Latee untuk mengisi daftar hadir siswa sambil dijaga oleh pengurus Madal—khawatir ada yang melakukan kebohongan. Sebab, bagi yang tidak hadir pada Bahtsul Masail akan mendapat 6 alpa.

Jumat, Februari 08, 2013

Mading 3 Dimensi Turut Meriahkan Pekan Maulidiyah IV



Musyfiqur Rahman, PPA Latee

Sudah sepuluh hari yang lalu, tepatnya pada tanggal 29 Januari 2013, acara Pekan Maulidiyah IV MA Tahfidh Annuqayah dibuka dan berjalan dengan lancar serta sangat menakjubkan. Acara yang dibuka dengan nonton bareng “Rumah Tanpa Jendela” itu merupakan acara yang paling bergengsi yang dilaksanakan sekali dalam setahun dan merupakan salah satu program unggulan Pengurus OSIS MA Tahfidh Divisi Pendidikan dan Pengajaran.

Berbagai macam lomba yang telah berlalu dan tersaji dengan sangat menarik telah cukup banyak memotivasi siswa-siswa untuk terus berkreasi dan  berkompetisi, seperti halnya lomba Pidato 4 Bahasa, Drama, Deklamasi Puisi, Debat 2 Bahasa, Karya Tulis (Resensi, Cerpen, LKTI dan Puisi), Tahfidh Juz 1 dan Juz 30, Mufakat (Musabaqah Fahmil Kutub At-Turatsiyah) dan banyak lomba menarik lainnya yang kemudian diakhiri dengan lomba paling bergengsi, yaitu Mading 3 Dimensi.

Lomba yang satu ini merupakan satu-satunya lomba yang tidak boleh tidak harus melibatkan semua siswa dalam sebuah kelas, karena memang membutuhkan banyak waktu, tenaga, dana dan pikiran dari berbagai pihak di kelas tersebut. Sebab, setiap kelas wajib membuktikan kreativitas mereka untuk dapat bersaing satu sama lain dengan baik hingga dapat melakukan pencapaian prestisius dengan dinobatkan sebagai juara pertama.

Dan hal itu memang tampak dalam proses setiap kelas untuk menjadi yang terbaik, mulai dari berkumpul bersama untuk membuat miniatur dan tema yang akan dibahas dalam Mading 3 Dimensi mereka, iuran dana, makan bersama setelah bekerja keras lembur tiap malam dan aktivitas lainnya yang mereka lakukan hanya demi membuktikan bahwa kelas mereka adalah kelas yang paling kreatif dan inovatif serta ingin membuktikan bahwa siswa-siswa MA Tahfidh secara umum adalah siswa yang meskipun miskin finansial, tapi insya Allah tidak miskin intelektualitas dan kreativitas.

Proses perlombaan Mading 3 Dimensi Pekan Maulidiyah IV kali ini melalui tahapan demi tahapan yang kemudian diakhiri dengan tahapan yang paling paripurna, yaitu presentasi dihadapan dewan juri, yang bertempat di Panggung Utama halaman MA Tahfidh Annuqayah.

10 menit sebelum presentasi dimulai, Rabu sore (6/2) lalu, halaman MA Tahfidh Annuqayah telah sesak dipenuhi para penonton, baik dari kalangan siswa MA Tahfidh itu sendiri, ataupun santri Annuqayah secara umum yang juga hadir untuk memeriahkan dan berpartisipasi dalam acara presentasi Mading 3 Dimensi kali ini. Ini adalah bukti konkret para tim kreatif dari semua kelas untuk mempersembahkan hasil jerih payah mereka kepada khalayak umum. Mereka hendak mengatakan kepada yang hadir saat itu bahwa meskipun MA Tahfidh sangat miskin finansial, namun tidak berarti miskin kreativitas.

Beberapa menit kemudian, K. Moh. Hasbi, S.Ag, juri dalam lomba ini, tiba di halaman MA Tahfidh. Beberapa saat kemudian, beliau mengelilingi dan mengamati dengan sangat cermat satu persatu Mading 3D yang telah terlahir dari semangat dan tetesan keringat anak-anak didik beliau, karena beliau memang pengajar materi Bahasa Indonesia kelas X.

Setelah penilaian dari segi “keajaiban” hasil karya para siswa tersebut selesai, mulai dari segi desain, bentuk, dan karya, maka sampailah pada tahapan paling akhir, yaitu presentasi! Satu persatu dewan juri memanggil koordinator tim kreatif sambil ditemani panitia Tim Lomba, Moh. Ainur Ridha dan Taufiqurrahman di Panggung Utama.

Peserta pertama yang dipanggil adalah koordinator tim kreatif Mading 3 Dimensi kelas XII B, Musyfiqur Rahman. Ia tampil sebagai peserta pertama yang naik panggung untuk mempresentasikan Mading kelasnya, yaitu Mading dengan miniatur pom bensin lengkap dengan mushalla, toilet dan kamar tidurnya. Dalam presentasinya dia menyampaikan bahwa dia dan rekan-rekannya sengaja membuat desain pom bensin karena tema yang mereka usung adalah BBM, jadi ada kesesuaian yang sangat erat yang hendak disampaikan melalui mading ini, yaitu integritas sebuah miniatur dan karya tulis yang termuat di dalamnya, membahas panjang lebar keluh kesah masyarakan tentang BBM, komentar para ekonom Indonesia, sikap para pemuda dan lain sebagainya.

Berikutnya disusul oleh saudara Abd. Mun’iem, koordinator tim kreatif Mading 3 Dimensi kelas XI A tampil dengan presentasinya tentang gerobak yang menjadi miniatur utamanya. Dalam salah satu pemaparan yang disampaikan adalah bahwa gerobak dalam kehidupan nyata memuat beragam makanan dengan kesederhanaan, termasuk juga dengan para siswa MA Tahfidh Annuqayah, meskipun sangat tampak kesederhanaan dalam watak dan cara bersikap, namun secara esensial siswa MA Tahfidh akan terus senantiasa menjadi kader-kader siap pakai.

Setelah itu satu persatu koordinator masing-masing kelas dipanggil ke Panggung Utama untuk mempresentasikan hasil karya mereka, yang kemudian ditutup dengan presentasi tim kreatif kelas XII A, yaitu Moh. Zaimil Alivin dkk, dengan miniatur gedung MA Tahfidh Annuqayah yang tepat di depannya terdapan miniatur pesawat terbang, sedangkan di samping kanan, tampak sebuah menara terkenal di Prancis, yaitu menara Eiffel dan di samping kiri terdapat miniatur Monas, Jakarta yang dalam salah satu pemaparannya, para generasi siswa MA Tahfidh Annuqayah kelak akan mengembangkan wawasan dan keterampilan mereka setinggi menara Eiffel namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Qur’ani sebagaimana yang telah mereka dapatkan dari guru-guru mereka di kelas.

Dalam salah satu komentarnya K. Moh. Hasbi, S.Ag, selaku dewan juri mengatakan bahwa meskipun MAT adalah lembaga yang miskin finansial, tapi dia yakin bahwa MAT tidak akan pernah kering dan miskin akan potensi dan intelektualitas. “Saya bangga pada anak-anakku sekalian yang telah berjuang mati-matian hanya untuk mengatakan bahwa MAT pasti bisa!” tuturnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh salah satu panitia Tim Lomba, Taufiqurrahman, bahwa ia merasa sangat bangga dengan pencapaian para siswa MA Tahfidh kali ini.