Kamis, Juni 30, 2011

LPM se-Madura Berkunjung ke LPM Instika

Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee

Guluk-Guluk—Senin (27/6) siang kemarin, pengurus LPM se-Madura mengadakan kunjungan ke LPM Instika. Mereka tergabung dalam Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) wilayah Madura. Kunjungan tersebut merupakan bagian dari program kerja PPMI yang diberi nama Safari Pers.

Dalam surat yang dikirim via email sehari sebelum hari “H” oleh Sekjen PPMI wilayah Madura, Ahmadi, tertera keterangan bahwa ada 28 orang dari LPM se-Madura yang bakal hadir ke LPM Instika. Sayang, hanya 10 orang yang hadir. Mereka adalah pengurus LPM Unira Pamekasan, LPM Unijoyo Bangkalan, LPM STKIP dan LPM STITA Sumenep.

“Kami mohon maaf kepada teman-teman LPM Instika karena yang datang tidak sesuai dengan harapan. Teman-teman banyak yang ikut UAS sehingga berhalangan hadir,” kata Ahmadi.

Menurut pemuda kelahiran 1988 yang juga mengemban amanah ketua LPM Unira itu, alasan memilih LPM Instika sebagai objek dari Safari Pers ialah karena melihat LPM Instika hingga kini bertahan dalam menorehkan prestasi.

“Kami sudah lama mengetahui sepak terjang LPM Instika dalam dunia pers. Kami tidak meragukan lagi kehebatannya,” ujar Ahmadi polos sembari tertawa pelan.

Dari itulah, tambah Ketua LPM STKIP, Hendri, PPMI ingin belajar banyak hal terhadap LPM Instika. “Terutama berkenaan dengan proses kaderisasi dan proses penelitian serta penerbitan yang selama ini dilakukan oleh teman-teman LPM Instika,” kata ketua LPM STITA Sumenep, Syamsul.

Masalah kaderisasi

Sekalipun Safari Pers tersebut terbilang mendadak, pengurus LPM Instika bergerak sigap memersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan. Atas rekomendasi PR III H Moh. Husnan A Nafi’, pengurus LPM Instika menggunakan Aula I sebelah barat Laboratorium Bahasa sebagai tempat pelaksanaan Safari Pers. Mereka mengemasnya dengan forum santai sekaligus serius. Mereka memanfaatkan LCD Proyektor untuk presentasi tentang profil LPM Instika.

Ketika jam menunjukkan pukul 16.00 WIB, Ketua LPM Instika, Hairul Anam, bertindak menjadi pengantar sekaligus menjelaskan tentang perjalanan LPM Instika selama ini, mulai dari kedudukan LPM Instika yang independen, visi-misi, struktur kepengurusan, program kerja, dan prestasi-prestasi yang telah ditorehkan oleh LPM Instika.

Setelah itu, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dimoderatori langsung oleh koordinator Divisi Litbang LPM Instika, Syamsuni. Para pengurus LPM yang tergabung dalam PPMI itu berbagi pengalaman berkenaan dengan keadaan LPM mereka masing-masing. Pertemuan tersebut memakan waktu yang tak sedikit. Magrib makan, shalat, dan berlanjut lagi hingga pukul sekitar 22.00 WIB.

Rata-rata permasalahan utama yang dialami LPM se-Madura ialah berkenaan dengan kaderisasi. Sebutlah di LPM STITA. Menurut ketuanya, Syamsul, minat mahasiswa STITA terhadap dunia baca-tulis sangat lemah. Hal itu berdampak pada minimnya kader-kader yang bakal dijaring menjadi bagian dari kepengurusan LPM STITA.

“Di Unira tidak jauh beda dengan kondisi di STITA. Biasalah, Unira ‘kan basis mahasiswanya kota. Jangankan baca atau menulis, bawa buku saja sama sekali tidak mentradisi,” ungkap Adi, panggilan Ahmadi, sembari ketawa dengan santainya.

Berbeda dengan di STKIP Sumenep. Menurut ketuanya, Hendri, kendala utama di LPM STKIP ialah ketidakaktifan para pengurusnya. Di samping itu, para pengurus di LPM Instika ialah melalui proses penjaringan sewaktu Ordik.

“Kami memberi kesempatan kepada peserta Ordik yang berminat magang di LPM STKIP. Mereka kami bekali dengan pelatihan-pelatihan kepenulisan dan jurnalistik. Setelah itu, kami memercayakan kepada mereka untuk mengelola penerbitan buletin,” papar Hendri.

“Pengurus LPM STKIP mencapai 30 orang, tapi kini bersisa 3 orang. Meski demikian, kami tetap semangat membimbing para mahasiswa yang mau berproses di LPM,” tambah Hendri.

Dari persoalan itulah, mereka memohon kepada para pengurus LPM Instika untuk berbagi pengalaman terkait dengan proses kaderisasi di LPM Instika.

Koordinator kaderisasi LPM Instika, Ach. Qusyairi Nurullah, menjelaskan bahwa proses penjaringan kader di LPM Instika sangat ketat.

“Kami tidak serta merta memagangkan mahasiswa di LPM Instika. Sebelum magang, mereka masih melalui tahapan-tahapan yang tak ringan,” jelas Guguk, panggilan akrab Ach. Qusyairi Nurullah.

LPM Instika, lanjut mahasiswa yang kini jadi Presma itu, mengadakan kerja sama dengan organisasi ekstra kampus yang berhaluan sama dengan visi-misi PP Annuqayah. Dalam hal ini ialah PMII. Di organisasi inilah dipetakan potensi kader-kadernya. Kader-kader yang punya minat dalam dunia tulis-menulis dibimbing oleh LPM Instika.

“Untuk kepengurusan kali ini, ada 18 mahasiswa yang mau berproses di LPM Instika. Selama sekitar setengah bulan, mereka diwajibkan menulis setiap hari minimal sehalaman kertas folio bergaris,” kata Guguk.

Dari itu nantinya diketahui siapa saja kader yang bertahan dan tabah berproses dengan pengurus LPM Instika. 18 mahasiswa tersebut saat ini telah disaring kembali menjadi 6 orang.

“Kami sudah memagangkannya di Fajar News (buletin mingguan yang isinya berita, red.),” tegas Guguk dengan wajah serius.

Anam menambahkan bahwa proses kaderisasi di LPM Instika terbilang berjalan optimal karena LPM Instika membangun iklim kompetisi di media massa dan tiap kali ada momen lomba kepenulisan.

“Beberapa waktu yang lalu, ada lomba di Unair dan Universitas Wahid Hasyim yang sifatnya kolektif. Nah, LPM Instika membentuk enam kelompok yang diketuai oleh para pengurus senior. Sedangkan anggotanya terdiri dari mahasiswa magang di LPM Instika,” katanya.

Dalam kesempatan itu, para pengurus LPM Instika menyatakan bahwa proses kaderisasi di LPM Instika berjalan mudah karena beberapa hal yang melatarbelakanginya.

Pertama, peran PP Annuqayah. Di beberapa daerah di lingkungan PP Annuqayah telah membudaya dunia kepenulisan. Di blok-blok pesantren terdapat komunitas-komunitas kepenulisan yang dibimbing langsung oleh para penulis senior yang juga tercatat sebagai santri.

Kedua, tersedianya media massa yang diterbitkan oleh pesantren yang penanganannya dipasrahkan kepada santri. Misal, majalah Hijrah PP Annuqayah Latee, Muara PP Annuqayah Lubangsa, Iltizam PP Annuqayah Latee II, dan sebagainya.

Ketiga, peran lembaga pendidikan di lingkungan PP Annuqayah. Di lembaga tersebut, disediakan media massa yang penggarapannya dilakukan secara serius dengan biaya ditanggung oleh sekolah. Sebutlah misal majalah Infitah MA Tahfidh Annuqayah, Pentas MA 1 Annuqayah Putra, Inspirasi MA 1 Annuqayah Putri, Tafakkur SMA Annuqayah, dan sebagainya.

Alhasil, ketika ada yang dari mereka nantinya bersentuhan dengan LPM Instika, mereka tidak mengalami keterkejutan karena sudah akrab dengan dunia pers dan kepenulisan.

Senin, Juni 27, 2011

Kemah Lingkungan Dibuka Oleh Camat Guluk-Guluk


Ruka’iya, siswi kelas XI IPA SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Pemulung Sampah Gaul (PSG) SMA 3 Annuqayah menggelar acara yang bertajuk “Kemah Lingkungan”. Acara ini digelar di halaman SMA 3 Annuqayah dan berlangsung selama 3 hari, 3 malam, yakni pada tanggal 24-26 Juni. Peserta kemah berjumlah 59 orang, sedangkan jumlah tendanya ada 8 tenda.

Peserta kemah terdiri dari anggota tim PSG sendiri. Selain itu panitia juga mengundang utusan dari lembaga lain untuk ikut serta dalam kemah lingkungan ini agar mengetahui program-program yang diselenggarakan oleh komunitas PSG dan untuk membentuk kader-kader lingkungan.

Peserta kemah lingkungan dari lembaga lain yang ikut serta adalah dari MA 1 Annuqayah Putri, SMA Al-Muqri Prenduan, MA Nasy’atul Mutaallimin Gapura, dan juga dari Racana Siti Khadijah (Pramuka) Instika.

Kemah dimulai pada hari Jum’at 24 Juni kemarin, tepatnya pada jam 15.00-16.00 WIB, dan diisi dengan acara kontrak belajar dan perkenalan. Pada kesempatan ini, semua peserta juga mendapatkan buku pengantar untuk kemah lingkungan yang berisi kliping tulisan-tulisan tentang lingkungan.


Pada malam harinya, dilaksanakan acara pembukaan yang digelar di halaman SMA 3 Annuqayah yang dihadiri oleh berbagai pihak seperti Camat Guluk-Guluk, pimpinan lembaga di Annuqayah, masyarakat sekitar, dan guru-guru.

Pada acara pembukaan ini PSG membuat penampilan drama pendek bertema lingkungan. Selain itu Paduan Suara Madaris 3 Annuqayah juga tampil memeriahkan pembukaan dengan menyanyikan lagu mars lingkungan dan mars Madaris, sehingga membuat suasana pada saat itu tambah meriah.

Camat Guluk-Guluk yang juga turut hadir. Beliaulah yang oleh panitia diminta untuk membuka kegiatan kemah lingkungan ini. Pada saat itu beliau juga berpesan bahwa agar kader-kader lingkungan selalu tetap berjuang dan mempunyai semangat yang tinggi dalam mewujudkan lingkungan yang asri, damai, dan tenteram.

Acara pembukaan mestinya diisi dengan ceramah oleh Ahmad Sahidah, Ph.D. tentang ”Krisis Sosial-Ekologis, Globalisasi dan Tantangan Kaum Muda”. Namun Ahmad Sahidah tidak bisa hadir karena ada kepentingan mendadak yang tidak bisa beliau tinggalkan, sehingga digantikan oleh kepala SMA 3 Annuqayah, yaitu K. M. Mushthafa.

Acara pembukaan ini berlangsung dari jam 19.00-22.00 WIB. dengan baik dan lancar sesuai harapan. Walaupun Ahmad Sahidah yang mestinya menjadi penceramah tidak bisa hadir, namun pembukaan kemah lingkungan ini dapat berjalan dengan mulus.

Dikutip dari blog Madaris 3 Annuqayah.

Rabu, Juni 22, 2011

Menyingkap Strategi Pemenangan Partai Kesejahteraan Mahasiswa

Hairul Anam Al-Yumna, PPA Latee

Guluk-Guluk—Kemenangan pasangan A Qusyairi Nurullah dan Mahbubul Huda dalam Pemilu Raya Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) pada hari Senin (20/6) kemarin bukan karena keberuntungan atau takdir semata, melainkan ditopang oleh tekad bulat dari berbagai elemen yang mendukungnya, terutama Partai Kesejahteraan Mahasiswa (PKM) yang dikomandani Fathol Alif, mahasiswa Tafsir Hadir semester IV.

Menurut Alif, PKM membentuk banyak tim yang diketuai oleh Syamsuni, salah satu mahasiswa yang mengemban amanah sebagai koordinator divisi Litbang LPM Instika. Dialah yang membangun strategi pemenangan pasangan yang diusung PKM.

Saat ditemui di kantor LPM Selasa (21/6) pagi, Syamsuni berbagi informasi berkenaan dengan strategi yang dilakukannya. “Strategi utama yang kami kedepankan ialah merajut silaturrahmi secara berkesinambungan dengan para mahasiswa. Saya yakin, siapapun yang diperhatikan secara sungguh-sungguh akan terketuk hatinya untuk diajak kerja sama,” ujarnya.

Di samping itu, Syamsuni membentuk tim yang terpetakan pada mahasiswa yang berada di pesantren dan luar pesantren. Tim-tim yang berada di pesantren digerakkan oleh Mahbubul Huda, Wakil Presma, dengan mengorganisasi di tiap blok pesantren. Sedangkan di luar pesantren ditangani sendiri oleh Syamsuni dan Guguk—panggilan akrab Qusyairi.

“Jadi, kami tidak hanya komunikasi via handphone. Tapi lebih dari itu, kami terjun langsung ke mahasiswa sekalipun membutuhkan perjuangan berdarah-darah,” ungkap Syamsuni meyakinkan.

Di luar pesantren, Syamsuni juga membentuk tim di beberapa daerah, mulai dari Lenteng, Bluto, Ganding, Lengkong Bragung, Guluk-Guluk, Pragaan, dan daerah-daerah lainnya yang terdapat banyak mahasiswa Instika. Pembentukan tim di masing-masing kelas juga tidak luput dari perhatian Syamsuni.

Syamsuni berterus terang, strategi yang dilakukannya tidak lepas dari rintangan. Rintangan tersebut berupa gerakannya dihadapkan pada waktu pelaksanaan UAS yang cukup dekat. “Mahasiswa tentunya tak sedikit yang konsentrasi pada belajar untuk menghadapi UAS ditambah lagi gerakan lawan politik kita yang lumayan bagus,” katanya.

Namun, tambah Syamsuni, masalah tersebut tidak lantas membuatnya menyerah. Dia selalu membangun komunikasi aktif dengan para timnya. Ditambah lagi kontrol yang dilakukannya secara terus-menerus.

“Saya selalu meluangkan waktu komunikasi dengan para tim. Semisal, tim di masing-masing kelas. Terutama, di kelas semester II. Di semester inilah kita punya peluang dapat suara banyak karena mahasiswanya masih peduli terhadap Pemilu Raya,” paparnya.

Sebagai kata akhir, Syamsuni menegaskan bahwa permainan politik busuk semisal money politic selalu diupayakan dihindari olehnya. Sebab, bila itu dilakukan maka akan mencederai kesucian idealisme mahasiswa yang dituntut menjunjung tinggi kejujuran.

“Pemilu Raya kampus ini merupakan momen penting yang harus kita jalani dengan baik. Inilah yang melandasi kami untuk tidak bermain kotor dalam menekuni politik kampus,” tandasnya.

Selasa, Juni 21, 2011

Kisruh KPUM Instika

Hairul Anam Al-Yumna, PPA Latee

Guluk-Guluk—Saat detik-detik akhir penyontrengan calon ketua BEM dilangsungkan Minggu (20/6) siang, muncul perdebatan yang mendebarkan di kepanitiaan Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM). Hal itu terjadi ketika proses penyontrengan sudah berlangsung sekitar lima jam, yakni pada sekitar pukul 12.30 WIB. Penyontrengan sendiri dimulai pada pukul 07.30 WIB.

Hal itu bermula dari protes salah satu peserta kongres rapat pleno I, Muhammad Isni Habibi, di dekat Tempat Pemilihan Suara (TPS). Dia mempertanyakan kesungguhan panitia dalam menjunjung tinggi hasil kongres terutama pada rapat pleno I yang membahas tata tertib pemilihan. Dalam tata tertib itu disepakati waktu pemilihan diparipurnai pada pukul 13.30 WIB. Tapi, di pamflet yang disebar panitia tertera pukul 16.00 WIB.

“Ini sudah mengesankan bahwa ada nuansa politik di KPUM. Saya sebagai mahasiswa yang mengikuti penuh pelaksanaan kongres sangat keberatan atas ketimpangan ini,” ujar Habibi berapi-api dengan wajah geramnya.

Hairul Anam selaku Koordinator Divisi Hukum di KPUM dan menjadi Pimpinan Sidang ketika rapat pleno I dilangsungkan juga menyatakan keberatan dengan perubahan jadwal batas akhir pemilihan.

“Saya cukup heran atas penyebaran pamflet yang di dalamnya mengubah salah satu hasil kongres. Apalagi, itu tidak konfirmasi terlebih dulu kepada saya. Tata tertib yang sudah dikongreskan mestinya menjadi acuan utama dalam pelaksanaan pemilihan dan segala hal yang berkenaan dengan KPUM,” tegasnya merespons protes dari Habibi.

Anehnya lagi, tambah Anam, perubahan tersebut tanpa sepengetahuan dirinya. “Yang membuat pamflet bukan saya. Ada kepanitiaan khusus. Tapi yang pasti, perubahan tersebut di luar pengetahuan saya karena saya memang tidak mengurus hal-hal kecil seperti pamflet. Saya konsentrasi pada pelaksanaan kongres,” papar mahasiswa yang kini mengemban amanah menjadi ketua LPM itu.

Berangkat dari itulah, Anam minta penjelasan kepada ketua KPUM, Maswan. Tatkala dimintai penjelasan, Maswan menyatakan bahwa dirinyalah yang membuat perubahan tersebut.

“Saya dengan beberapa panitia menyepakati bahwa batas akhir penyontrengan ialah 16.00 WIB. Alasannya karena semester akhir di jadwal UAS akan beruji setelah pukul 13.30 WIB, sehingga kalau jadwal tidak diubah maka akan banyak mahasiswa yang tidak menyontreng,” katanya di depan beberapa panitia dan peserta kongres.

Alasan yang diberikan Maswan di atas tetap tidak diterima oleh Anam dan Habibi. Taufiq, salah satu mahasiswa yang juga mengikuti kongres, menguatkan keputusan Anam dan Habibi.

“Sekalipun alasan Sahabat Maswan bisa diterima secara akal, itu tidak lantas memiliki kekuatan untuk mengubah hasil kongres. Sebab, di organisasi mana pun kongres menempati posisi tertinggi,” ujarnya kalem.

Akhirnya, salah satu panitia yang juga mengemban amanah di Divisi Hukum, Ach. Taufiqil Aziz, menawarkan solusi untuk mencari jalan tengah dengan melibatkan pengawas pemilu dari partai dan dua calon ketua BEM Instika. Setelah tawaran itu diterima melalui proses yang cukup alot, nimbrunglah Ach. Qusyairi Nurullah dan Taqiyuddin, dua calon ketua BEM Instika, dalam perdebatan tersebut.

Perdebatan yang sempat menjadi perhatian banyak mahasiswa di TPS itu menuai hasil. Semuanya sepakat untuk tetap mengacu pada hasil kongres, yaitu penyontrengan diakhiri pukul 13.30 WIB. Alasannya, hasil kongres mempati posisi tertinggi yang tidak bisa diotak-atik kembali.

Sebagai akibatnya, pamflet yang mencantumkan waktu akhir penyontrengan pukul 16.00 WIB diubah. Akhirnya, dari 1460 mahasiswa yang punya hak pilih, kurang dari sepertiga yang melakukan penyontrengan, tepatnya 461 mahasiswa. Dari jumlah tersebut, Ach. Qusyairi Nurullah berhasil meraup suara 261, mengalahkan Ach. Taqiyuddin yang meraih 200 suara.

“Banyaknya mahasiswa yang tidak memilih ini, menurut saya, tidak lain karena perubahan informasi batas akhir pemilihan di pamflet,” kata koordinator divisi Pemilu Raya, Imam Ghazali.

Senin, Juni 20, 2011

LPJ BEM Instika Ditolak, LPJ DPM Instika Diterima Bersyarat

Hairul Anam Al-Yumna, PPA Latee

Guluk-Guluk—Sidang pleno IV sebagai rentetan kegiatan Kongres X dan pemilu raya DPM-BEM Instika yang membahas laporan pertanggungjawaban (LPJ) DPM-BEM Instika berlangsung alot, Minggu (19/6) malam. Sidang yang dipimpin Ach. Taufiqil Aziz itu bergulir melebihi waktu yang sudah ditentukan dalam tata tertib sidang. Awalnya disepakati dua jam, tapi dalam pelaksanaannya mencapai sekitar tiga jam setengah, dari pukul 21.00 WIB sampai 00.30 WIB.

Sekalipun dilaksanakan hingga pertengahan malam dan membutuhkan waktu yang banyak, tak satu pun peserta sidang mengantuk. Justru yang terasa adalah perbincangan yang lumayan seru. Para peserta sidang amat aktif mencermati sekaligus mengkritik LPJ DPM-BEM.

Sidang tersebut diawali dengan pembacaan LPJ oleh ketua BEM Instika, Jufri Fauzi, sekitar seperempat jam. Usai itu, Ketua DPM Instika, Ach. Taqiyuddin, juga memanfaatkan waktu seperempat jam untuk membacakan LPJ-nya. Sebelum membaca, keduanya menyatakan keluh kesah atas kelelahannya karena mengerjakan LPJ secara sendirian.

“Saya mengerjakan LPJ ini selama dua malam. Sekretaris saya tidak aktif, sehingga saya terpaksa meng-copy paste sebagian besar LPJ BEM yang lama untuk menyiasati waktu yang amat mepet,” ujar Jufri Fauzi dengan polosnya.

Begitu pula dengan Ach. Taqiyuddin. Dia berterus terang mengerjakan LPJ-nya secara terburu-buru karena ketidakaktifan sekretarisnya, sehingga laporan keuangan untuk semester dua tidak terlampirkan dalam LPJ-nya. Inilah tampaknya yang menjadi pangkal utama timbulnya ketegangan antara peserta sidang dengan ketua DPM dan BEM Instika.

“Saya menilai, ketua BEM kurang serius menggarap LPJ. Kesalahan dalam pengetikan terjadi di mana-mana. Laporan keuangannya pun amburadul. Ini bisa dibuktikan dengan adanya kenyataan: antara debet dan kredit tidak seimbang, serta keterangan sarana dan prasarana tidak jelas,” tegas salah satu peserta sidang, Muhammad Isni Habibi, dengan berapi-api.

“Saya juga menyatakan menolak LPJ Sahabat Jufri Fauzi. Selain saya sepakat dengan apa yang disampaikan sahabat Habibi tadi, saya juga merasa lucu mendengar pernyataan Sahabat Jufri Fauzi bahwa sebagian besar LPJ-nya meng-copy paste LPJ BEM kepengurusan yang lama. Meskipun alasan didesak waktu, itu menunjukkan kurang adanya niatan dari Sahabat Jufri Fauzi untuk membuat LPJ yang baik,” tambah Wasi’, salah satu peserta sidang yang lain secara detail.

Menanggapi hal itu, Jufri Fauzi cukup terbawa emosi. Dia justru menganggap penolakan itu bagian dari kebencian dari lawan politiknya saat Kongres tahun yang lalu. Sayang, rasionalisasi yang diberikannya tidak mengubah pandangan peserta sidang. Akhirnya, Presidium Sidang menetapkan keputusan bahwa LPJ BEM Instika masa bakti 2010-2011 ditolak dengan persetujuan bulat dari peserta sidang.

Meskipun perdebatan juga menimpa Ach. Taqiyuddin, ia mengalami nasib yang berbeda dengan Jufri Fauzi. LPJ-nya diterima secara bersyarat oleh peserta sidang, yaitu agar laporan keuangan semester dua segera dirampungkan.

Acara LPJ DPM-BEM Instika masa bakti 2010-2011 ini patut disayangkan, sebab Pembantu Rektor III, H Moh Husnan A Nafi’, tidak terlibat karena menghadiri undangan acara puncak haflatul imtihan di PP Raudlah Najiyah, Lengkong.

Minggu, Juni 19, 2011

Purek III Instika: Berpolitiklah secara Cantik!

Hairul Anam Al-Yumna, PPA Latee

Politik kemahasiswaan haruslah mengedepankan kesantunan dan kesopanan. Tidak saling sikut, sikat, dan membenarkan cara-cara tak suci. Jangan mencontoh tikus-tikus berdasi yang bermain kucing-kucingan, hanya menjunjung tinggi kekuasaan dengan melakukan penindasan. Berpolitiklah secara cantik!

Demikian pesan Pembantu Rektor (Purek) III Instika, H. Moh. Husnan A Nafi’ ketika sambutan dalam pembukaan Kongres X dan pemilu raya DPM-BEM Instika bertempat di Gedung Baru Instika, Jumat (17/6) siang.

Pada kesempatan itu, Purek III berharap agar dalam kongres yang ditindaklanjuti dengan pemilihan ketua BEM dan DPM Instika tersebut mampu menghadirkan praktik politik idealisme mahasiswa. “Hindarilah praktik politik yang membenarkan segala cara. Sebab, hal itu hanya akan menodai idealisme mahasiswa,” tegasnya.

Dari itulah dia berharap besar agar Kongres X dan pemilu raya DPM-BEM Instika menjadi awal baik belajar politik yang benar. “Acara ini amat penting, sehingga mesti diikuti secara serius!” tambahnya.

Politik kemahasiswaan, lanjut pengasuh PP Annuqayah Kusuma Bangsa itu, merupakan momentum emas untuk belajar membangun strategi pemenangan tanpa harus ‘menindas’ lawan politik.

“Darma baktikanlah segenap pemikiran kalian. Kalian adalah pemuda yang selalu identik dengan kesemangatan dan ketangkasan,” imbuhnya kepada para peserta Kongres X dan pemilu raya DPM-BEM Instika.

Selain itu, Purek III menyatakan kecewa kepada ketua BEM dan DPM yang tidak hadir dalam acara tersebut. Padahal, lanjutnya, mereka mesti hadir dalam acara penting yang digelar sekali dalam setahun itu.

Kekecewaan Purek III itu sangat kentara sekali. Saat ia akan berdoa guna menutup pembukaan kongres, dengan santainya ia berujar bahwa doa tersebut dilakukan guna memanggil ketua DPM dan BEM agar keluar dari ‘persembunyiannya’.

“Mudah-mudahan dengan doa ini, Ketua DPM dan BEM bisa hadir dalam kongres dan mempertanggungjawabkan jabatannya selama satu tahun,” tegasnya diiringi senyum.

Secara terpisah, menurut salah satu panitia yang tidak mau disebutkan namanya, ketidakhadiran ketua BEM dan DPM punya alasan tersendiri.

“Ketua BEM (Jufri Fauzi, red.) tadi pagi ada di sini. Tapi, tanpa sepengetahuan ketua panitia dia pulang. Ketika ditelusuri, dia beralasan menangani haflatul imtihan di rumahnya,” ujarnya.

Sedangkan Ketua DPM yang kini menyalonkan diri sebagai Ketua BEM, Taqiyuddin, tidak hadir karena tertidur di pondoknya.

“Saya kelelahan membuat Laporan Pertanggungjawaban yang akan dilaporkan nanti,” katanya jujur saat ditanyai oleh salah satu pengurus LPM Instika.

“Kalau itu alasannya, berarti mereka memang abai terhadap amanah kepengurusan organisasi intra kampus. Saya kemudian menyayangkan Taqiyuddin menyalonkan diri sebagai Ketua BEM 2011-2012. Sebab, jelas-jelas dia tidak mampu mengemban amanah sebagai Ketua DPM,” komentar salah satu peserta kongres dengan raut wajah kecewa.

Rabu, Juni 15, 2011

Guru Bahasa Arab Sumenep-Pamekasan Hadiri Seminar di Annuqayah

Ach. Rofiq, PPA Lubangsa

Guluk-Guluk–Jum’at pagi (10/06) yang lalu, Markaz al-Lughah al-‘Arabiyyah PP Annuqayah mengadakan acara Seminar Regional Antar Guru Bahasa Arab se-Kabupaten Sumenep dan Pamekasan. Acara itu bertempat di Aula Asy-Syarqawi PP Annuqayah.

Sebelum dimulai, acara tersebut diisi dengan penampilan-penampilan, meliputi penampilan shalawat, nasyid islami, dan pembacaan syair berbahasa Arab yang dikarang oleh Syekh Shalah Muhammad Abdul Aziz Wahbah, penyaji pada seminar tersebut.

Usai penampilan-penampilan, acara dilanjutkan dengan seremoni sebagaimana lumrahnya acara resmi, mulai dari pembacaan ayat-ayat suci al-Qur’an, sambutan ketua Markaz, sambutan ketua pengurus PP Annuqayah, dan acara inti (seminar). Namun pada acara tersebut, sambutan ketua pengurus PP Annuqayah diletakkan setelah acara inti selesai dan sekaligus sebagai pemimpin doa pada penutupan acara sebelum seminar dimulai.

Acara ini dikemas dengan bentuk seminar antar-guru, karena permintaan Syekh Shalah agar beliau dapat bertemu dan mengajar para guru Bahasa Arab, utamanya para guru Bahasa Arab di PP Annuqayah.

“Syekh meminta kepada kami, pengurus Markaz, agar beliau dapat bertemu dan mengajar para guru Bahasa Arab sebelum kepulangannya ke Mesir yang insya Allah tinggal 10 hari lagi,” ungkap Ibnu Hajar, wakil ketua Markaz.

Dia menambahkan bahwa acara itu sempat akan ditunda pada hari Sabtu karena Syekh tidak bisa mengisi acara tersebut pada hari Jum’at yang telah dijanjikannya, sebab beliau mendapat telepon dari kedutaan Mesir yang ada di Jakarta. Beliau diminta untuk datang ke Surabaya pada hari itu juga. Namun, entah mengapa tiba-tiba pada hari Kamis pagi beliau menelepon kembali agar acaranya tidak usah diundur.

Jumlah peserta yang hadir putra putri kurang lebih 200 orang. Mereka tampak serius ketika mengikuti acara. Terbukti ketika acara pindah pada sesi pertanyaan, banyak yang mengacungkan tangan untuk bertanya. Rata-rata mereka mengajukan tiga pertanyaan. Padahal moderator memberi jatah satu pertanyaan bagi setiap penanya.

Rabu, Juni 08, 2011

Tasyakkuran Bersama Siswa Kelas Akhir Berlangsung Khidmat


Fandrik HS Putra, Sekretariat PP Annuqayah

Guluk-Guluk—Kamis pagi (2/6) yang lalu, pengurus PP Annuqayah mengadakan acara tasyakkuran bersama kelulusan siswa-siswi SLTA se-Annuqayah. Acara itu dimulai pada pukul 09.00 WIB dan bertempat di Aula Asy-Syarqawi.

Pelulusan Siswa Kelas Akhir (Siska) sangat memuaskan. Pada tahun ini, Annuqayah berhasil meluluskan 782 siswa dari seluruh satuan pendidikan tingkat MA sederajat yang meliputi MA 1 Annuqayah Putra, MA 1 Annuqayah Putri, MA 2 Annuqayah, MA Tahfidz Annuqayah, SMA Annuqayah, SMA 3 Annuqayah, dan SMK Annuqayah.

Acara tasyakkuran ini dikemas sesederhana mungkin, yakni tahlil bersama, sambutan ketua pengurus, dan tausiyah pengasuh atau Dewan Masyayikh PP Annuqayah.

Tausiyah pertama disampaikan oleh Drs. K.H A. Warits Ilyas. Beliau menyampaikan bahwa siswa kelas akhir hendaknya berhati-hati dalam memilih dan menentukan pilihan pada perguruan tinggi. Pengasuh PPA Lubangsa itu mengingatkan akan pergaulan bebas di dunia luar, dan juga terutama terkait masalah teologi. Beliau sangat menganjurkan untuk melakukan istikharah sebelum benar-benar menjatuhkan pilihan pada perguruan tinggi yang diinginkan.

“Pertimbangkan kemampuan kita, pertimbangkan agama kita, dan pertimbangkan ekonomi orang tua kita,” pesannya di akhir tausiyah.

Tausiyah kedua disampaikan oleh K.H. A. Basyir Abdullah Sajjad. Beliau menyarankan untuk betul-betul memerhatikan dan menjaga etika dalam bergaul, utamanya dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya. Beliau mengatakan demikian sebab pergaulan sekarang ini sudah banyak yang kurang mengindahkan norma agama dan sosial yang akhirnya akan menjerumuskan pada perbuatan yang hina.

Acara tasyakkuran ini berjalan dengan khidmat. Siswa-siswi tenang selama acara berlangsung, tidak seperti yang terjadi pada tahun sebelumnya. Semuanya diam dan benar-benar mengikuti jalannya acara dari awal sampai akhir dengan tertib.

Menurut K.H A. Hanif Hasan, ketua pengurus PP Annuqayah, acara tasyakkuran tahun ini hampir saja tidak akan dilaksanakan, mengingat tahun sebelumnya suasananya tidak kondusif, ramai siswa-siswi yang berbicara. Pada waktu itu pengasuh sempat marah dan siswa tetap tidak menghiraukan teguran itu.

“Hampir saja kami memasrahkannya (tasyakkuran) pada masing-masing lembaga. Tetapi karena pertimbangannya adalah kebersamaan, kami urungkan dan tetap digabung. Hari ini saya bangga karena siswa-siswi bisa tenang dan menunjukkan kedewasaannya,” ungkapnya di sela-sela acara.

Rabu, Juni 01, 2011

PSG Menyapa Pelita


Masluhatun, siswa kelas XA SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Jum’at pagi 6 Mei yang lalu, tim sampah plastik Pemulung Sampah Gaul (PSG) SMA 3 Annuqayah berangkat ke Madrasah Aliyah Raudlah Najiyah, Lengkong, Bragung. Setelah banyak kali tim PSG menghadiri berbagai acara atau undangan, Pelita (Pecinta Lingkungan Tanaman Tradisional), salah satu kegiatan ekstra di MA Raudlah Najiyah juga mengundang PSG beberapa waktu lalu.

Tujuan dari tim sampah plastik PSG ke MA Raudlah Najiyah ini adalah untuk mensosialisasikan tentang bahaya sampah plastik dan berbagi pengalaman tentang kegiatan PSG.

Saat itu ada beberapa anggota PSG yang diutus untuk menghadiri undangan ini, yakni Indah Susanti, Qurratul Aini, Yuliatin, Muflihah dan didampingi oleh guru pendamping, Mus'idah Amien, S.Pd.I. Di awal acara, mereka terlebih dahulu menjelaskan profil PSG dilanjutkan dengan penjelasan materi tentang bahaya sampah plastik, membedakan sampah organik dan anorganik, dan apa hubungannya dengan pemanasan global.

Setelah penjelasan materi, seperti biasa pasti ada sesi tanya-jawab. Peserta yang kurang lebih berjumlah 50 orang (kebanyakan perempuan) yang terdiri dari pengurus Pelita dan perwakilan dari setiap kelas MA dan MTs Raudlah Najiyah sangat antusias dalam sesi ini. Banyak sekali penanya. Mungkin juga karena adanya beberapa permainan yang disajikan oleh tim PSG.


Berhubung saat itu mendekati waktu shalat Jum'at, tim PSG dan peserta lainnya yang sebagian laki-laki beristirahat dari jam 11.30-12.45 WIB yang digunakan untuk shalat dan makan.

Setelah waktu istirahat selesai, peserta diajak untuk membuat tepak (tempat pensil) memakai bahan plastik bekas yang telah dikumpulkan sebelumnya. Pada saat itu tidak ada mesin jahit, jadi pembuatannya dilakukan secara manual. Acara itu berakhir pada pukul 16.30 WIB.


Pada Jum'at berikutnya (13/05), tim sampah plastik PSG kembali hadir ke sekolah ini untuk kedua kalinya. Di sana mereka mereview dan mendiskusikan lebih dalam materi sebelumnya, sejauh mana pemahamannya dan melihat apakah peserta tersebut benar-benar peduli terhadap kegiatan seperti yang dilakukan oleh tim PSG. Kemudian dilanjutkan dengan praktik membuat tas dari sampah plastik.

Anggota tim yang hadir hanya memandu langkah-langkah pembuatan tas plastik yang dibantu dengan mesin jahit tua yang kadang-kadang ngadat atau karet gilingannya putus. Tapi dengan semangat dan keinginan peserta yang begitu besar untuk bisa membuat tas dari sampah plastik hasil kerja sendiri, mereka tak menyerah memperbaiki mesin tua itu dengan penuh kesabaran.


Pukul 11.00 WIB siang tim PSG berpamitan pulang. Peserta yang hadir merasa kecewa waktu yang tersedia sudah habis. Apalagi dengan pembuatan tas plastik yang belum sepenuhnya selesai.

Tanggapan dari kedua pihak sama-sama menyenangkan dan merasa bahwa mereka perlu bertemu kembali.

"Kami (tim PSG) berharap dapat menjalin kerjasama yang baik dengan Pelita," kata Indah Susanti, koordinator PSG.


Tim PSG bukan hanya berharap menjalin kerjasama yang baik dengan Pelita. Tim PSG juga merencanakan untuk bekerja sama di bidang proyek konservasi air yang saat ini masih digodok oleh tim PSG, karena sekolah tersebut tempatnya sangat strategis untuk tim mengelola proyek ini. Sekolah ini berdekatan dengan Sungai Lengkong yang masih digunakan warga sekitar. Sedangkan sungai tersebut kurang terawat dari sampah.

Berita ini dikutip dari blog Madaris 3 Annuqayah.