Jumat, Oktober 29, 2010

Cukup Ranu Saja

Edy Junaidi, alumnus PPA Lubangsa (2000-2006), kini bekerja sebagai webmaster PT Starsindo Millenia Utama Malang

"Saya sangat menyayangkan menyaksikan tingkah laku beberapa santri yang sudah tidak mencerminkan kesantriannya.” –KH Ahmad Basyir AS

Membaca pernyataan pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Latee di atas yang saya baca di weblog Annuqayah membuat saya ingin berbagi sedikit cerita dengan teman-teman santri tentang apa yang saya alami pada sekitar awal pertengahan tahun 2009 lalu. Waktu itu saya dan istri saya berada di perantauan: Malang, Jawa Timur. Di kota inilah saya dan istri saya mengadu nasib sambil belajar hidup mandiri (semandiri-mandirinya).

Sebagai kota terbesar kedua di Jawa Timur, Malang juga biasa disebut dengan Kota Wisata dan Kota Pendidikan, sehingga tak ayal setiap hari kota Malang selalu dijejali para wisatawan, baik lokal maupun asing. Selain itu Malang juga dijejali oleh para pelajar dan mahasiswa yang berasal dari berbagai wilayah dan daerah di Indonesia, termasuk dari Madura.

Singkat cerita, pada suatu saat saya kedatangan teman yang mau bermalam di tempat saya. Teman saya ini alumni di salah satu pesantren di Sumenep (nama pesantren sengaja saya rahasiakan). Sebut saja namanya Ranu (samaran). Keperluan Ranu ini adalah dalam rangka mengikuti tes SPMB di salah satu Perguruan Tinggi di kota dingin ini.

Satu jam berlalu hingga 24 jam Ranu bermalam di rumah kontrakan saya, tingkah lakunya benar-benar menguji kesabaran saya, baik tingkah laku dalam maupun di luar rumah terhadap tetangga kanan, kiri dan depan rumah saya. Bahkan saya pernah ditegur oleh tetangga dan Pak RT untuk mengingatkan Ranu ini agar bertatakrama dalam berinteraksi dengan masyarakat.

Ikhwal kejadiannya seperti ini. Pertama; Kala itu Ranu pinjam motor saya untuk keluar ingin bertemu dengan temannya. Berhubung rumah saya agak masuk melewati jalan sempit dan banyak anak-anak sering bermain di jalan itu, maka untuk mengendarai motor harus dengan sangat pelan dan hati-hati. Nah si Ranu ini malah bertindak sebaliknya: ngebut seenaknya dan bahkan tidak menghiraukan (bertegur sapa) dengan beberapa orang ketika berpapasan dengannya.

Tahu kalau motor itu punya saya, beberapa tetangga pun bilang sama saya, "Mas, itu teman Sampean ya? Bilangin entar ya Mas, di sini itu kampung gak usah pake ngebut-ngebut segala, kalo mau kebut-kebutan mending ke Buring (arena balapan motor cross di Malang) aja sana..!!" Benar-benar tamparan dahsyat bagi keluarga saya untuk pertama kalinya sejak berada di perantauan.

Kejadian kedua; setiap kali si Ranu makan nasi bungkus, karena mungkin sudah kebiasaannya, Ranu biasa membuang bungkus nasi itu tidak pada tempatnya. Ranu biasa membuangnya lewat jendela kamar atau di teras depan rumah saya, padahal tempat sampah sudah saya sediakan. Saya seolah merasa menjadi babu di rumah sendiri. Mau mengingatkan gak enak, tidak diingatkan ya tetap gak enak. Benar-benar dilematis.

Awalnya saya bersabar dulu dengan memunguti sampah-sampahnya untuk dibuang tempat sampah. Namun lama kelamaan kesabaran saya habis. Saya pun membiarkan sampah-sampahnya tetap berserakan di depan rumah saya. Keesokan harinya tak ayal saya kena semprot sama petugas sampah dan Pak RT. Ini juga untuk pertama kalinya selama di perantauan saya "disemprot" Pak RT.

Bagi saya, peristiwa ini benar-benar tragis. Mungkin saya akan mafhum jika hal ini dilakukan oleh seseorang yang bukan lulusan pesantren yang tidak begitu paham tatakrama. Namun saya menjadi miris sendiri ketika hal itu dilakukan oleh alumnus pesantren yang mestinya menjunjung tinggi nilai-nilai akhlakul karimah baik di pesantren maupun di tengah-tengah masyarakat. Kejadian di atas hanyalah secuil saja yang saya ceritakan. Masih ada lagi peristiwa-peristiwa memalukan lainnya yang tidak bisa saya kemukakan disini.

Dengan menuliskan ini, terus terang sama sekali saya tidak ada maksud bertendensi negatif terhadap siapa pun. Saya hanya berharap peristiwa ini menjadi bahan renungan dan cerminan bagi kita bersama untuk tidak terjadi lagi di masa-masa selanjutnya. Cukuplah peristiwa ini terjadi pada Ranu dan keluarga saya saja. Untuk Ranu, Jika kebetulan membaca tulisan ini, mudah-mudahan Anda menyadari dan mengetahui tentang begitu berkecamuknya perasaan saya waktu itu. Mudah-mudahan Anda diberikan kesadaran untuk belajar lagi tentang cara hidup dan beretika di masyarakat.

Ketua Baru Lahirkan Spirit Baru

Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee

Tatapan matanya teduh. Senyum yang tersungging di bibirnya membiaskan ketenangan. Kopiah putih menghiasi kepalanya. Baju batiknya terlihat serasi dengan sarung gelapnya.

Amanah menjadi ketua Markaz Bahasa Arab Annuqayah menuntut pemuda yang bernama Abdul Muqid itu membawa perubahan ke arah yang mencerahkan. Terpilihnya secara aklamasi Senin malam (25/10) yang lalu melahirkan spirit baru dalam hidupnya.

“Jabatan ini adalah cambuk bagi saya untuk selalu semangat dalam mengembangkan Markaz selama satu tahun ke depan,” ujarnya saat dijumpai di PPA Lubangsa Blok A/16 Selasa pagi (26/10).

Muqid, begitu dia biasa dipanggil, merasa senang dipercaya menahkodai Markaz mengarungi samudera keilmuan, terutama berkenaan dengan pengembangan keterampilan dalam berbahasa Arab.

“Jujur, saya sangat senang mengemban kepercayaan ini. Karena dengan begitu saya bisa belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik,” katanya.

Kesenangan itu berbanding lurus dengan kecintaannya terhadap bahasa Arab. Dia menyukai bahasa Arab jauh hari sebelum dia menginjakkan kakinya di bumi Annuqayah, enam tahun yang lalu (2004).

Kemampuan Muqid dalam berbahasa Arab telah teruji tatkala dia masih di bangku MTs. Darul Falah, Bunga Waru, Kadur, Pamekasan. Tiap haflatul imtihan selalu saja dia menjadi juara dalam ajang lomba bahasa Arab semisal pidato bahasa Arab, cerdas-cermat bahasa Arab, dan sebagainya.

Bagaimana rencana dia ke depan dalam memajukan Markaz melebihi kepengurusan periode sebelumnya?

“Sebagai tahap awal, kami akan membenahi administrasi Markaz yang selama ini kurang diperhatikan. Selain itu, kami juga akan merealisasikan segala kegiatan yang pada kepengurusan periode sebelumnya belum terlaksana. Selebihnya, akan kami musyawarahkan dalam perumusan program kerja,” paparnya detail.

Setidaknya, ada dua kegiatan yang dia sayangkan tidak terlaksana pada periode 2009/2010. Pertama, penampilan-penampilan bahasa Arab setiap bulan antardaerah di Annuqayah. Kedua, penerbitan majalah bahasa Arab Annuqayah.

Oleh Muqid, kedua kegiatan tersebut akan diusahakan terlaksana pada periode kepemimpinannya. Selain itu, dia juga akan berupaya agar kantor Markaz Bahasa Arab dan Markaz Bahasa Inggris dipisah tempatnya.

Dia melanjutkan, bahwa disatukannya kantor dua bahasa tersebut sangat tidak efektif. Terutama saat menyelenggarakan kegiatan yang lumayan besar, semisal haflah Sya’baniyah pada 2-5 Oktober yang lalu.

Dia sangat berharap agar ketua PP Annuqayah, Drs KH A Hanif Hasan, bisa mewujudkan rencananya itu.

“Markaz Bahasa Arab Annuqayah selama ini juga ikut andil dalam kemajuan pesantren Annuqayah. Maka wajarlah bila kami mengharap kepedulian dari atasan,” ujarnya sambil tersenyum.

Kamis, Oktober 28, 2010

Tingkatkan Spiritualitas Santri Melalui Halaqah

Siti Khairiyah, PPA Lubangsa Putri

Guluk-Guluk—Senin malam kemarin (25/10), tepatnya pukul 20.24 WIB, pembimbing halaqah yang terdiri dari pengurus PPA Lubangsa Putri menyebar ke seluruh kamar yang ada di Lubangsa Putri guna silaturrahiem pertama antara pembimbing halaqah dengan anak yang dibimbing untuk kepengurusan periode 2010-2011.

“Halaqah ini betujuan untuk meningkatkan spiritualitas santri dan juga upaya perbaikan akhlak santri,” ungkap Saidatul Mardliyah, koordinator Bimbingan dan Pengembangan Keislamam (BPK) ketika memberikan breafing kepada pembimbing halaqah sebelum diberangkatkan dari kantor pesantren menuju kamar yang menjadi tanggungan masing-masing.

Rasyifatul Ma’rifah selaku sekertaris juga mengingatkan bahwa sesuai dengan yang telah disampaikan ketua pengurus PPA Lubri, Ummu Salamah, pada rapat pleno I tanggal 1 Oktober lalu, target utama kepengurusan tahun ini adalah pemaksimalan halaqah.

Pada silaturrahmi pertama tersebut ada tiga poin yang disampaikan oleh pembimbing halaqah. Tiga poin tersebut merupakan program jangka pendek 2 bulan yang meliputi November-Desember. Poin pertama adalah 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun), poin kedua adalah muru’ah (menjaga sikap), poin ketiga adalah tatacara menyikapi najis.

Untuk efisiensi halaqah ini, BPK, selaku pemilik program halaqah menyediakan buku absen pembimbing halaqah di setiap kamar. Absensi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kontrol yang dilakukan oleh pembimbing. Khusus pembimbing halaqah, evaluasi dilaksanakan tiap 2 bulan oleh pengurus BPK.

Sanggar Pelangi MI 3 Annuqayah Belajar Korespondensi


Muhammad-Affan, Waka Kesiswaan MI 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Selasa sore (26/10) kemarin, beberapa siswi yang tergabung dalam komunitas sanggar pelangi Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah berkumpul di Star, laboratorium belajar yang biasa digunakan untuk melangsungkan kegiatan ekstrakurikuler oleh siswi-siswi MI 3 Annuqayah.

Sore itu mereka belajar dan praktik materi surat-menyurat (korespondensi). Korespondensi adalah aktivitas mengirim surat kepada kerabat dan sanak saudara. Biasanya, korespondensi ditulis tangan dan dikirm melalui layanan pos. Seiring dengan laju perkembangan dunia teknologi dan kebutuhan informasi yang serba cepat, tradisi korespondensi mulai tergerus dan digantikan dengan layanan pesan singkat (short message service).

Kegiatan pada sore itu merupakan upaya kecil Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah untuk merawat dan menumbuhkembangkan kembali tradisi tulis-menulis. ”Dengan korespondensi, anak-anak jadi tahu bahwa dulu, sebelum berkembang teknologi telepon selular, kakak-kakak mereka menggunakan media korespondensi untuk mengirim kabar kepada kerabat dan sanak saudara,” kata Mega ESY, tutor Sanggar Pelangi sore itu.

Kegiatan yang dimulai pukul 15.30 WIB itu diikuti sembilan belas siswi dari berbagai kelas. Biasanya, mereka datang awal setelah adzan Ashar berkumandang. Seringkali terlebih dahulu mereka berkumpul sambil berbagi cerita sebelum kegiatan dilangsungkan. Di akhir pertemuan, surat-surat dibaca satu persatu oleh tutor kegiatan. Setiap surat tuntas dibaca, anak-anak menghujaninya dengan tepuk tangan. Mereka lalu pulang ke rumah masing-masing pukul 17.00 WIB.

Berita ini dikutip dari Blog Madaris 3 Annuqayah.

Rabu, Oktober 27, 2010

Analisis SWOT, Bekal Pembuatan Proker

Siti Khairiyah, PPA Lubangsa Putri

Guluk-Guluk—Ahad kemarin (24/10), pengurus Pengembangan dan Pembinaan Organisasi (P2O) PPA Lubangsa Putri mengadakan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) bagi pengurus harian Organisasi Daerah (Orda) yang berada di bawah naungan P2O.

Lima organisasi tersebut meliputi Ikatan Keluarga Santri Timur Daya (IKSTIDA), Ikatan Keluarga Santri Pantai Utara (IKSAPUTRA), Persatuan Santri Lenteng (PERSAL), Ikatan Keluarga Santri Guluk-Guluk (IKSAGG), dan Ikatan Keluarga Santri Pamekasan Sampang (IKSAPANSA).

Khairunnisa’, kordinator P2O, memaparkan bahwa kegiatan analisis SWOT ini merupakan bekal yang diberikan oleh P2O kepada pengurus Orda sebelum membuat program kerja (proker) agar proker Orda tidak hanya melanjutkan proker warisan dari periode sebelumnya.

Analisis SWOT yang dilaksanakan di ruang kelas X IPS 2 MA 1 Annuqayah Putri tersebut sebenarnya merupakan lanjutan dari analisis SWOT yang dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober lalu. Pada pertemuan pertama, kesepakatan antara peserta dengan Dauri, fasilitator acara ini, kegiatan analisis SWOT akan dilanjutkan pada hari Ahad tanggal 24 Oktober dimulai pukul 14.15 WIB sampai 16.30 WIB,

Pada pertemuan pertama (18/10), peserta yang berjumlah 24 orang tampak kurang antusias dalam mengikuti materi yang disampaikan. ”Semangat peserta ini belum tersulut karena materi yang disampaikan masih pengenalan untuk masuk pembahasan analisis SWOT. Jadi, rata-rata peserta ini masih dalam tahap kebingungan. Entah jika nanti sudah masuk pada materinya dan peserta sudah paham kegunaannya,” ungkap Raudlatul Jannah, ketua IKSAGG sekaligus peserta pada kegiatan itu.

Pada pertemuan kedua Ahad kemarin (24/10), seluruh peserta terlibat aktif dalam forum. Di akhir acara, Hikmatun, ketua IKSAPANSA mengatakan, ”Sepertinya proker yang menjadi warisan para senior harus dirombak total.”

Abdul Muqid Terpilih Secara Aklamasi

Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee

Guluk-Guluk—Rencana kongres pemilihan ketua Markaz Bahasa Arab Annuqayah masa bakti 2010/2011 akhirnya terwujud juga.

Senin malam (25/10), bertempat di ruang rapat kantor sekretariat bersama PP Annuqayah, kongres tersebut digelar. Acara itu dihadiri oleh 12 pengurus Markaz dari 20 pengurus yang ada. Drs KH A Hanif Hasan, Drs KH Abd Wadud Munir, dan Sudarmin Hamzah, S.H.I., juga hadir.

Sebelum pemilihan dimulai, Ahmad Khotib (ketua Markaz 2009/2010) memberikan laporan pertanggungjawaban tertulis kepada peserta kongres. Tidak satu pun peserta kongres yang berkeberatan atas laporan itu. Muaranya, pelaksanaan pemilihan ketua berjalan secara singkat.

Tidak terduga sebelumnya, kedua kandidat (Muhammad Khalis dan Ibnu Hajar) yang sama-sama dari PPA Latee mengundurkan diri. Mengemban amanah sebagai pengurus Madrasah Diniyah Latee dijadikan alasan kuat oleh Muhammad Khalis.

“Menangani Madrasah Diniyah Latee bukanlah perkara mudah. Amanah ini butuh waktu khusus dan tenaga ekstra. Saya yakin, teman-teman memaklumi kondisi saya saat ini,” katanya.

Begitu pula dengan Ibnu Hajar. Tahun ini ia dipercaya sebagai sekretaris departemen ketertiban dan keamanan PPA Latee. Selain itu, ia juga berproses di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) STIK Annuqayah.

“Sebenarnya, saya sangat berkeinginan belajar bagaimana menjadi ketua, tapi tidak untuk tahun ini,” ujarnya bersungguh-sungguh.

Dalam kesempatan berharga itu, hanya tinggal satu kandidat yang akan dipilih. Tanpa banyak komentar, forum secara serentak mendaulat Abdul Muqid sebagai ketua Markaz Bahasa Arab PP Annuqayah masa bakti 2010/2011.

Sebelum acara diakhiri, Drs KH A Hanif Hasan dan Drs KH Abd Wadud Munir menyampaikan beberapa pesan kepada ketua terpilih.

“Saya lihat Abdul Muqid tampak enerjik. Saya mengharap Saudara Muqid berusaha semaksimal mungkin untuk memajukan Markaz ke depan. Sebab, bagaimanapun, ketua sangat menentukan hal itu,” tutur Drs KH A Hanif Hasan.

“Semangat mengabdi adalah kuncinya. Menjadi ketua jangan sampai lembek. Optimislah!,” ujar Drs KH Abd Wadud Munir diiringi dengan senyuman.

Di tempat terpisah, Ali Hisyam, salah satu pengurus Markaz menyatakan kegembiraannya atas terpilihnya Abdul Muqid sebagai ketua.

“Saya sudah kenal lama dengan Muqid. Dia cerdas dan bisa dipercaya. Sungguh, saya sangat senang menjadi bawahannya,” papar santri PPA Lubangsa itu.

Pernyataan Ali Hisyam di atas tidak berangkat dari ruang kosong.

“Semua itu telah dibuktikan oleh Muqid tatkala menjadi ketua panitia dalam Haflaf Sya’baniyah 2-5 Oktober yang lalu,” demikian kata pengurus Markaz yang lain, Ahmad Fudhaili, menguatkan pernyataan Ali Hisyam.

Selasa, Oktober 26, 2010

CTL-Pamor Seleksi Anggota Baru

Fandrik HS Putra, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Kamis siang (21/10) yang lalu, Club Teater Lubangsa Pamor (CTL-Pamor) mengadakan tes seleksi calon anggota baru. Calon anggota baru itu akan diambil sebanyak 11 orang dari 25 peserta yang mendaftarkan diri. Selama proses seleksi, setiap peserta akan melewati pos-pos tertentu untuk unjuk kebolehan fisik dan mental.

Tes seleksi yang berlangsung sehari semalam itu dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama ada sepuluh pos, dimulai sejak Kamis siang pukul 12.15 WIB sampai 16.30 WIB. Peserta berkumpul dan diberangkatkan dari halaman blok F yang merupakan pos pertama sampai pada pos terakhir di depan masjid jamik Annuqayah.

Pos pertama adalah pos pendaftaran. Masing-masing peserta wajib mengisi formulir pendaftaran sebelum melanjutkan pada pos berikutnya. Tiap peserta dikenakan biaya pendaftaran Rp. 5000. “Pos ini hanya sebagai kelengkapan administrasi CTL saja. Pendaftaran peserta secara lisan sudah jauh-jauh hari dilaksanakan sebelumnya,” ungkap Taufik Sutrisno, sekretaris panitia.

Sembilan pos lainnya memiliki peran yang berbeda. Di pos-pos itu para panitia menguji peserta dalam berakting: menjadi tokoh protagonis, antagonis, dan tritagonis dengan berbagai sifat manusia semisal menjadi orang baik, demawan, bijaksana, sombong, arogan, tempramental dan lain sebagainya.

Tes tahap kedua berkaitan dengan materi. Tahap ini ada 7 pos, dimulai sesudah shalat Isyak, tepat pukul 19.30 WIB sampai Jumat dini hari (22/10) pukul 03.15 WIB. Secara berurutan, masing-masing dari tujuh pos itu adalah pos pengarahan di halaman masjid jamik Annuqayah, pos keislaman di pertigaan jalan Toko Pak Jamil, pos kepesantrenan di simpang tiga Toko ABC, pos penggemblengan di halaman kampus STIKA putri, pos gestur di asta Kiai Abdullah Sajjad, pos ke-CTL-an di sebelah selatan aula As-Syarqawi dan pos finish (pengumpulan peserta) di halaman kampus STIKA putra.

Setelah itu, peserta diajak menuju ke atas Bukit Lancaran untuk bertadabbur dengan alam. Di sana, mereka digembleng tentang keaktoran. Sesudah itu, sekitar pukul tiga dini hari, sebagai penutup acara, panitia mengadakan sebuah perenungan yang dipimpin oleh Saong Ala Ringgo dan Mun’im Arisandi.

Peserta yang dinyatakan lulus tidak diumumkan di tempat itu. Semua peserta akan dapat surat keterangan lulus dan tidak lulus pada Jum’at siangnya (21/10). “Bagi peserta yang lulus seleksi wajib melunasi herregistrasi Rp. 21.000 dan bisa langsung mengikuti kegiatan rutin CTL-pamor setiap malam Sabtu,” ungkap Jauhari, ketua CTL-Pamor.

Senin, Oktober 25, 2010

Lubangsa Putri Adakan Binasaba’10

Nur Hasanah, PPA Lubangsa Putri

Guluk-Guluk—Pengurus PPA Lubangsa putri menyelenggarakan bimbingan dan pembinaan santri baru 2010 (Binasaba’10). Binasaba merupakan kegiatan rutin tahunan yang merupakan program wajib bagi santriwati Lubangsa putri.

Kegiatan yang diikuti 180 peserta ini dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut, yakni sejak hari Rabu siang 6 Oktober sampai hari Jumat 8 Oktober yang lalu. Khusus hari Rabu dan Kamis, Binasaba’10 dilangsungkan siang hari. Hal ini dikarenakan mayoritas peserta adalah siswa yang masih harus bersekolah.

Pelaksanaan Binasaba kali ini dikemas dengan beberapa penyajian antara lain: sosialisasi tata tertib Lubangsa Putri serta bagaimana cara berakhlakul karimah oleh Ummu Salamah, ketua pengurus PPA Lubangsa putri; Thaharah dan tata cara shalat yang baik dan benar oleh Ny Khotibah A. Win, SE, salah satu putra pengasuh PPA Lubangsa Putri; serta tentang ke-Annuqayah-an oleh KH A. Warits Ilyas, pengasuh Lubangsa Putri sendiri.

Terdapat perbedaan kostum di antara semua peserta Binasaba. Peserta MI memakai rok hijau, peserta MTs dan sederajat memakai rok dongker, peserta MA dan sederajat memakai rok abu-abu, dan peserta PT memakai rok hitam. Selain yang tersebut di atas, asesoris yang ditentukan panitia sama rata, yakni memakai kerudung, baju, dan kaos warna putih, tas plastik dasi kertas, dll. Hal yang dibedakan ini sengaja dilakukan agar memudahkan panitia untuk mengenal kapasitas peserta dalam hal pembimbingan dan pembinaan ini.

Selain menyuguhkan beberapa materi untuk semua peserta, panitia Binasaba’10 juga mensetting dengan berbagai game dan role play edukatif, seperti nyanyi-nyanyian dan bermain sambil belajar. Di samping itu pula, semua peserta diajak berkunjung ke makam pahlawan yang diisi dengan tahlil bersama.

Kegiatan Binasaba’10 ini diformat semenarik mungkin dan menyenangkan, agar tidak tercipta kejenuhan dan sedikit mengurangi ketidakkerasan para peserta.

Yang masih sangat disayangkan dan menjadi keresahan Nailul Fauziah, ketua panitia Binasaba’10, ialah mayoritas panitia mempunyai job lain di luar kepanitiaan, sehingga panitia yang tersisa yang harus bekerja ganda dalam menyelesaikan tugas-tugas kepanitiaan.

“Memang kurang kerja sama (dari keseluruhan panitia, red) tapi bisa tertutupi. Ketika diminta apa (baca: bantuan pekerjaan) mereka (panitia yang ada) langsung mau mengerjakan,” ungkap Ilul, sapaan akrabnya. Dan dia sangat mengharap untuk kepengurusan yang akan datang, yang dipilih sebagai panitia adalah orang yang sekiranya siap bekerja dan tidak mempunyai banyak job.

Pengurus Markaz Siap Selenggarakan Kongres

Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee

Guluk-Guluk—Detik-detik akhir kepengurusan Markaz Bahasa Arab Annuqayah masa bakti 2009/2010 sudah di ambang mata. Panitia kongres telah terbentuk pada Rabu malam (20/10) lalu. Berselang satu hari kemudian (21/10), para kandidat pun terpilih.

“Ada tiga kandidat yang dipercaya oleh teman-teman. Mereka ialah Abdul Muqid, Muhammad Khalis, dan Ibnu Hajar. Salah satu dari mereka-lah yang nantinya akan dipercaya mengemban amanah sebagai ketua Markaz Bahasa Arab masa bakti 2010/2011,” papar ketua panitia kongres, M. Harirur Rahman saat ditemui Ahad siang (24/10) kemarin di depan PPA Latee rayon Al-Qurthubi nomor 20.

Tiga kandidat tersebut, lanjut Harir, dipandang layak menjadi ketua karena semenjak menjadi pengurus, mereka telah membuktikan kemampuan dan keseriusannya.

Menurut santri asal Guluk-Guluk Barat itu, sebenarnya pemilihan ketua akan dilaksanakan Jum’at malam (22/10) kemarin. Tapi, ada tiga faktor yang menjadi kendala sehingga hingga kini rencana pemilihan tersebut belum mewujud nyata.

“Komputer Markaz rusak dan kas Markaz kosong. Inilah yang menjadi kendala utamanya. Di samping itu, kesibukan para dewan pengasuh juga menjadi alasan berikutnya,” kata santri yang lahir 5 Februari 1993 itu.

Kendala semacam itu tidak menjadikan semangat panitia melemah. Bahkan, itu dipandang sebagai tantangan yang wajar terjadi dalam sebuah organisasi. Oleh panitia, kendala tersebut disikapi secara serius.

“Uang yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kongres ini mencapai Rp. 187.000,-. Uang tersebut kini sudah cair dari pesantren sebagai respons dari surat pencairan dana yang kami ajukan hari Rabu (20/10) yang lalu,” ujarnya.

Begitu pula komputer Markaz. Kini komputer itu dapat difungsikan sebagaimana mestinya setelah panitia pontang-panting mencari orang yang bisa memperbaikinya.

Sebagai langkah berikutnya, panitia akan segera menyelenggarakan kongres. Bila tidak ada kendala, kongres tersebut bakal dilangsungkan pada Senin malam (25/10) nanti.

Dalam kongres itu, ada lima dewan pengasuh yang akan diundang panitia. Mereka ialah KH M Tsabit Khazin, Drs. KH Abd. Wadud Munir, Drs. KH A Hanif Hasan, KH. Mushthafa Erfan, L.c, dan KH Muhammad Shalahuddin Warits.

“Mudah-mudahan mereka bisa hadir pada acara kongres yang sangat bersejarah ini. Keterlibatan mereka sangat berpengaruh terhadap kesemangatan teman-teman dalam mengemban amanah kepengurusan,” kata Harir dengan pengharapan yang sungguh-sungguh.

Minggu, Oktober 24, 2010

PAS dan PAO Lubri Berjalan Amburadul

Nur Hasanah, PPA Lubangsa Putri

Kamis 14 Oktober yang lalu, pengurus PPA Lubangsa Putri menggelar Pembukaan Aktivitas Santri (PAS) dan Pembukaan Aktivitas ORDA (PAO). Acara yang berlangsung sekitar pukul 21.00-24.00 WIB itu ditempatkan di area Samsara Garden, lebih tepatnya di sebelah selatan blok E.

Zahrotuttamamah, dalam sambutannya sebagai ketua panitia, mengatakan bahwa dengan diselenggarakannya PAS dan PAO, tata tertib pesantren dan kegiatan Organisasi Daerah (ORDA) secara simbilos diaktifkan kembali.

Acara tersebut terkesan amburadul. Banyak hal yang tidak sesuai dengan rencana awal, seperti molornya waktu sampai satu jam dan terlalu padatnya hiburan. Hal tersebut mengakibatkan pembacaan Surat Keputusan (SK) pengurus Organisasi Daerah (ORDA) harus dipersingkat, karena waktu sudah terlalu malam. Padalah pelantikan pengurus ORDA merupakan inti dari acara.

Kendala ini berawal dari ketidaksiapan panitia. Inayatul Qudsiyah, koordinator seksi acara, mengungkapkan bahwa koordinasi antarpanitia sangat kurang. Contohnya, ada beberapa hiburan yang akan ditampilkan di luar sepengetahuan panitia yang lain.

Sesuai dengan hasil rapat, dalam sesi penampilan hanya dua samman, satu puisi dan penampilan Sanggar Al-Zalzalah. Hiburan tambahan yang diketahui oleh koordinator seksi acara hanya pembacaan Syi’ir Madura.

Penambahan satu samman dan lagu “Reng Madhure” di luar pengetahuan koordinator seksi sebelumnya. Padahal, pada chek in terakhir, penampilan dari Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA) English Club dan Syu’bah Al-Arabiyah dihapus karena dikhawatirkan waktu tidak cukup. Ternyata masih ada tambahan lagi. “Dan saya sebagai koordinator seksi tidak tahu sebelumnya,” ungkapnya di teras koperasi sebelum acara selesai.

Sabtu, Oktober 23, 2010

Ceramah Umum dan Silaturrahmi Menakertrans RI dengan Sarjana STIK Annuqayah

Para hadirin dalam acara Ceramah Umum dan Silaturrahmi Menakertrans RI dengan Sarjana STIK Annuqayah pada hari Sabtu, 9 Oktober 2010 di Aula Asy-Syarqawi.

Para hadirin dalam acara Ceramah Umum dan Silaturrahmi Menakertrans RI dengan Sarjana STIK Annuqayah pada hari Sabtu, 9 Oktober 2010 di Aula Asy-Syarqawi.

Menakertrans RI, Drs. H.A. Muhaimin Iskandar, M.Si., baru saja tiba bersama rombongan, disambut oleh Ketua STIK Annuqayah, Drs. K.H. Abbadi Ishom, M.A.

Menakertrans RI, Drs. H.A. Muhaimin Iskandar, M.Si., berbincang dengan Dewan Masyayikh Annuqayah.

Menakertrans RI, Drs. H.A. Muhaimin Iskandar, M.Si., bersama Dewan Masyayikh Annuqayah.


Drs. K.H. A. Warits Ilyas, salah satu Dewan Masyayikh PP Annuqayah, memberi sambutan dalam acara Ceramah Umum dan Silaturrahmi Menakertrans RI dengan Sarjana STIK Annuqayah.


Menakertrans RI, Drs. H.A. Muhaimin Iskandar, M.Si., menyampaikan ceramah umum di hadapan para hadirin dalam acara Ceramah Umum dan Silaturrahmi Menakertrans RI dengan Sarjana STIK Annuqayah.

Siswi MI 3 Annuqayah Praktik Materi Sains


Muhammad-Affan, Waka Kesiswaan MI 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Pada hari Sabtu 16 Oktober yang lalu, beberapa siswi MI 3 Annuqayah mengikuti bimsus sains. Kali ini mereka belajar dan praktik tentang materi konduktor dan isolator.

Sebelumnya, seperti biasa, tutor menyampaikan materi tersebut terlebih dahulu. Pertama, anak-anak diminta untuk menyalakan tiga batang lilin. Kemudian mereka secara bergiliran meletakkan paku, kawat, kayu dan media yang lain di atas lilin.

Sembari memanaskan benda di atas lilin, di buku catatan, anak-anak membuat dua kolom untuk mengindentifikasi sifat benda tersebut. Satu kolom untuk daftar nama-nama benda yang masuk dalam kategori konduktor, kolom satunya untuk benda yang masuk dalam kategori isolator. Untuk keperluan praktik, mereka membawa sendiri bahan-bahannya.

Meski dengan peralatan yang sederhana, praktik sore itu cukup efektif. Selain itu, bahannya murah meriah. ”Dengan praktik langsung seperti ini, anak-anak dapat lebih mudah paham,” kata Mega. “Ini juga bagian dari proyek MI 3 Annuqayah untuk membiasakan anak-anak akrab dengan dunia penelitian,” lanjutnya, menutup kegiatan sore itu.

Berita ini dikutip dari Blog Madaris 3 Annuqayah.

Jumat, Oktober 22, 2010

Ingatkan Santri Perhatikan Akhlak

Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee

Guluk-Guluk—Usai shalat sunnah ba’da Maghrib Kamis (21/10) kemarin, KH Ahmad Basyir AS tidak langsung turun dari mushalla. Beliau masih berdiri di depan para santri. Pada saat itulah beliau menyampaikan beberapa hal berkenaan dengan akhlak.

Diawali dengan cerita, beliau menegaskan kepada santri bahwa ada satu adagium yang dulu dilekatkan kepada Annuqayah oleh masyarakat. Adagium tersebut berbunyi: “Kalau mau belajar tatakrama atau akhlak, mondoklah ke Annuqayah”.

Tapi, kata beliau, kalimat yang sangat mengagumkan tersebut kini mulai memudar. Berubahnya zaman melahirkan perubahan pula terhadap Annuqayah, terutama akhlak para santrinya.

“Saya sangat menyayangkan menyaksikan tingkah laku beberapa santri yang sudah tidak mencerminkan kesantriannya,” ujarnya.

Oleh karena itu, beliau sangat berharap kepada santri agar tidak menyepelekan akhlak. Dari segi pakaian saja, beliau menekankan agar santri tidak melepaskan kopiah meskipun berada di luar pesantren.

“Santri yang tidak memakai kopiah lebih-lebih ketika di luar pesantren, bukanlah santri Latee,” tegasnya.

Namun begitu, beliau mengartikan akhlak tidak sebatas berkenaan dengan tingkah laku atau penampilan saja. Menurut beliau, akhlak dapat diartikan senang kepada kebaikan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pandangan beliau, akhlak yang tidak dilandasi dengan ilmu akan sia-sia. Ilmu pun sulit diperoleh tanpa adanya keikhlasan. Dan, lanjut beliau, keikhlasan tersebut masih belum sempurna manakala tidak diwujudkan dalam tindakan nyata.

Kamis, Oktober 14, 2010

Guru Madaris 3 Annuqayah Berefleksi tentang Tantangan Pendidikan Formal di Pesantren

M. Mushthafa, guru SMA 3 Annuqayah

Guluk-Guluk—Hari Ahad (10/10) kemarin, guru-guru di lingkungan Madaris 3 Annuqayah mengikuti acara pertama dari rangkaian kegiatan yang bertajuk Orientasi Guru Madaris 3 Annuqayah. Acara yang berupa diskusi dengan tema “Tantangan Lembaga Pendidikan Formal di Pesantren” dan bertempat di Aula Madaris 3 Annuqayah ini menghadirkan H. A. Pandji Taufiq sebagai nara sumber.

Acara dimulai pada pukul 14.00 WIB dan berakhir pada pukul 16.15 WIB. Dalam sambutannya, Direktur Madaris 3 Annuqayah, K. M. Faizi, mengemukakan bahwa tujuan dilaksanakannya acara ini adalah untuk mengajak guru-guru di lingkungan Madaris 3 Annuqayah merenungkan kembali berbagai persoalan kependidikan pada umumnya dan peran guru pada khususnya terkait dengan tantangan kependidikan yang dihadapi saat ini.

“Banyak sekali perubahan yang telah terjadi di lingkungan lembaga pendidikan kita di pesantren. Dahulu, pesantren nyaris benar-benar mandiri dalam hal pembiayaan pendidikan. Sekarang sudah banyak bantuan dari pemerintah. Memang itu bisa meringankan beban pengelola, tapi ternyata kadang menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan,” tuturnya.

Dalam penyajiannya, Pak Pandji, demikian beliau akrab disapa, mengemukakan beberapa poin penting. Di antaranya bahwa orang pesantren perlu meneguhkan kepercayaan dirinya bahwa pendidikan ala pesantren telah berperan sangat penting dan strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Namun, Pak Pandji melanjutkan, semenjak era otonomi daerah, saat pemerintah mulai banyak mengalokasikan dana bantuan untuk pendidikan di pesantren, pesantren mengalami kegamangan terutama terkait dengan keteguhannya memelihara tujuan dasar pendidikan pesantren.

“Di satu sisi, negara belum tahu benar apa itu pendidikan pesantren, dan di sisi yang lain pesantren cenderung terkejut menghadapi situasi baru berupa suplai dana yang melimpah ini,” papar pria yang kini masih menjabat sebagai Ketua Yayasan Annuqayah ini.

Guru-guru yang hadir sangat antusias menanggapi, mengomentari, dan mengemukakan pertanyaan. M. Mahfud Manaf, guru MI 3 Annuqayah yang baru saja diangkat sebagai Kepala MA 2 Annuqayah, mengemukakan bahwa salah satu tantangan yang dihadapi lembaga pendidikan pesantren adalah keengganan sejumlah peserta didik untuk mengikuti pendidikan agama di sekolah. Roziqoh, salah seorang guru lainnya, mengomentari bahwa rendahnya partisipasi orangtua dalam hal pembiayaan pendidikan mengakibatkan rendahnya kontrol dari orangtua.

Acara ini ditutup dengan doa pada sekitar pukul 16.10 WIB, dipimpin oleh salah seorang guru senior di Madaris 3 Annuqayah, Moh. Sakran, A.Md.


Berita ini dikutip dari Blog Madaris 3 Annuqayah.

Rabu, Oktober 13, 2010

Pengurus Al-Farisi Canangkan Tujuh Macam Kursus

Hairul Anam al-Yumna, PPA Latee

Guluk-Guluk—Minggu malam (10/10), pembukaan kursus rayon Al-Farisi digelar. Acara yang ditempatkan di Auditorium Lantai II MI 1 Annuqayah tersebut dihadiri oleh pengurus PPA Latee serta 69 santri MTs yang bermukim di rayon Al-Farisi.

Sekitar pukul 21.15 WIB, acara dimulai dengan diawali pembacaan surat Al-Fatihah. Ketua rayon Al-Farisi, Khalili, dalam laporannya menyatakan bahwa kursus yang sudah dirumuskan dan ditetapkan oleh pengurus Al-Farisi periode ini ialah sebagai tindak lanjut dari kursus periode sebelumnya.

Namun, lanjutnya, untuk periode kepengurusan ini ada lima tambahan kursus. Kalau periode sebelumnya hanya kursus Bahasa Arab dan Tartilul Qur’an, kini ditambah dengan kursus Bahasa Inggris, Kaligrafi, Qari’, Baca Kitab Turats, dan Baca Tulis. Enam belas pengurus Al-Farisi bisa dipastikan mampu menangani semua itu.

Pada kesempatan itu, pembina rayon Al-Farisi (Abu Sairi, S. Pd. I) memberikan beberapa tausyiah kepada para santri. Dia menekankan agar mereka senantiasa menyeriusi kegiatan kursus yang diprakarsai oleh pengurus rayon Al-Farisi itu.

Tausyiah dari pembina rayon Al-Farisi di atas diperkuat oleh ketua pengurus PPA Latee, M Athwi Busthami. Dia menambahkan bahwa program kursus tersebut telah melalui pertimbangan optimal dan musyawarah antar pengurus harian PPA Latee dengan segenap pengurus Al-Farisi. Meskipun banyak macam kursus yang baru, dia optimis akan terealisasi sebagaimana harapan. Optimisme itu bersandar pada semangat mengabdi dari para pengurus rayon Al-Farisi.

Dalam pada itu pula, tatkala jam menunjukkan pukul 22.13 WIB, M Ahtwi Busthami membuka kursus rayon Al-Farisi masa bakti 2010/2011. Tepuk tangan para undangan pun menggema hingga ke luar ruangan. Terlihat juga para santri Al-Farisi pun tersenyum puas.

Meskipun dikemas secara serius, acara pembukaan tersebut tidak membuat santri bosan berada dalam ruangan. Hal itu tidak terlepas dari kreativitas pengurus Al-Farisi dalam memformat acara. Sebelum acara berakhir, ada semacam penampilan-penampilan, yaitu pidato Bahasa Inggris dan Bahasa Arab oleh Nurul Rizali dan Ach. Fudhaili. Keduanya merupakan pengurus sekaligus pembimbing di rayon Al-Farisi. Selain itu, Khairul Amin yang masih tercatat sebagai santri baru kelas 1 MTs membacakan puisi Sembahyang Rumputan dengan ekspresi yang cukup memukau.

Selasa, Oktober 12, 2010

Aktivitas Ekstra-Kurikuler MI 3 Annuqayah Sudah Dimulai


Muhammad-Affan, Waka Kesiswaan MI 3 Annuqayah

Sore itu, 1 Oktober 2010, beberapa anak MI 3 Annuqayah tampak sedang menyimak materi sains dari seorang tutor. Mereka membentuk lingkaran sembari menyimak pengantar. “Sore ini kita akan praktik materi sains tentang perkembangan dan pertumbuhan makhluk hidup,” kata Mega Eka Suciyanti, tutor pada sore hari itu.

Tak lama kemudian, anak-anak bergegas mengambil beberapa gelas air kemasan bekas. Mula-mula, mereka meletakkan kapas di dalamnya, kemudian membasahinya dengan beberapa tetes air. Lalu masing-masing gelas diisi 6-7 biji kacang hijau.

Bimsus sains merupakan kegiatan ekstra-kurikuler di MI 3 Annuqayah yang bertujuan memfasilitasi anak-anak untuk melakukan praktik secara langsung materi sains yang mereka dapatkan di ruang kelas formal pagi hari. Kegiatan tersebut menjadi semacam laboratorium sains untuk pembelajaran penelitian dan eksperimental.

Lima hari kemudian, tepatnya pada tanggal 5 Oktober 2010, untuk pertama kalinya MI 3 Annuqayah mengaktifkan kembali kegiatan Sanggar Pelangi. Kegaiatan ini merupakan kali pertama pasca libur panjang bulan Ramadhan. Dalam upayanya meningkatkan mutu dan kualitas proses belajar, tahun ini pula MI 3 Annuqayah mendatangkan K. M. Luqman El Hakim, kepala sekolah MI Nurul Islam, Bataal Barat, Ganding, sebagai pembimbing kegiatan tersebut. “Rencana ini sudah kami sampaikan dan komunikasikan pada pertengahan tahun pelajaran lalu. Alhamdulillah, tahun pelajaran ini beliau dapat berbagi di sini,” kata salah satu pengurus MI 3 Annuqayah.

Kegiatan Sanggar Pelangi merupakan salah satu ektra kurikuler di MI 3 Annuqayah yang lebih menekankan kepada pengembangan skill dan motivasi siswi. Di Sanggar Pelangi, proses belajar didesain serba bermain . Dengan demikian, anak-anak betah belajar dan tidak mudah jenuh.“Tahun ini saya akan belajar bersama adik-adik MI 3 Annuqayah. Minggu depan kita belajar keterampilan baru, ya,” kata Luqman di sela perkenalannya.

Selain bimsus dan Sanggar Pelangi, MI 3 Annuqayah juga memiliki kegiatan ekstra-kurikuler baru: menyulam. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Jumat sore. Kegiatan menyulam baru berlangsung dua kali pertemuan dan langsung diminati oleh anak-anak.

Seperti kegiatan yang lain, kegiatan ini tidak diwajibkan bagi siswi MI 3 Annuqayah.. “Anak-anak memang tidak diwajibkan ikut kegiatan ekstra. Namun meskipun demikian, anak-anak sangat dianjurkan untuk mengikuti semua kegiatan di sini selama memungkinkan,” kata Mega, tutor menyulam pada sore itu.

Sementara untuk kegiatan pramuka tahun ini pelaksanaannya ditetapkan setiap hari Rabu sore. Pada pertemuan pertama, Kak Mumdarin berhalangan, tidak dapat hadir. Sore itu kegiatan pramuka MI 3 Annuqayah tampak dipandu oleh tiga kakak pembina pramuka dari Gudep Annnuqayah. Meski ini merupakan pertemuan pertama, anak-anak tampak bersemangat dan riang gembira mengikuti kegiatan pramuka. “Saya sangat senang dan eman kalau sampai ndak hadir kegiatan ekstra di sini” kata Icha, siswi kelas akhir MI 3 Annuqayah, yang tahun ini ditunjuk sebagai koordinator kegiatan.


Tulisan ini dikutip dari Blog Madaris 3 Annuqayah.

Kamis, Oktober 07, 2010

Pengurus Unit Kegiatan di Lubangsa Dilantik


Fandrik HS Putra, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Panggung utama di depan Masjid Jamik Annuqayah berguncang. Hentakan alunan musik rebana Jam’iyyatul Hadrah Nurul Fata PPA Lubangsa memaksa para santri Lubangsa untuk berbondong-bongdong memadati halaman itu, sehingga pengurus keamanan Lubangsa tak perlu susah-susah menggiring mereka ke tempat itu.

Senin malam (04/10) kemarin, sekitar pukul delapan, pengurus PPA Lubangsa melaksanakan pelantikan pengurus unit-unit kegiatan di PPA Lubangsa periode 2010-2011. Pembacaan lagu Indonesia Raya dan Mars Annuqayah bergema sebelum prosesi pelantikan dimulai. Itu merupakan yang kedua kalinya pelantikan pengurus unit kegiatan di Lubangsa dilaksanakan berbarengan.

Unit-unit kegiatan tersebut adalah organisasi-organisasi santri yang berada di bawah naungan pengurus seksi tertentu di Lubangsa. Misalkan Majalah Muara yang berada di bawah naungan pengurus seksi Kepustakaan Pers dan Penerbitan (KP2) atau Sanggar Andalas yang berada di bawah naungan pengurus seksi kesenian.

Adapun pengurus-pengurus yang dilantik pada malam itu meliputi kru redaksi Majalah Muara dan Kompak (KP2), pengurus Usaha Kesehatan Pondok Pesantren (UKPP-KPO), pengurus Biro Pengembangan Bahasa Asing (BPBA-P2PK), pengurus Forum Organisasi Santri Lubangsa (FORSA-P2O) pengurus Jam’iyyatul Hadrah Nurul Fata, Tahsin al-Khot, Sanggar Andalas, dan CTL Pamor (Kesenian).

Abdul Wahid, ketua pengurus PPA Lubangsa, mengatakan bahwa penggabungan pelantikan ini diharapkan nantinya bisa memperkuat tali kekeluargaan antar-unit kegiatan yang ada, begitu juga di antara pengurus-pengurus yang menaungi unit kegiatan tersebut.

“Kami sangat bangga ketika semuanya (pengurus unit) berkumpul mengikuti prosesi pelantikan. Dalam hati saya mengatakan, inilah wajah-wajah santri Lubangsa yang bisa diharapkan potensinya untuk mengangkat PPA Lubangsa menjadi lebih baik,” ungkapnya.

Dia juga mengimbau kepada semua pengurus unit kegiatan untuk secepatnya melaksanakan program kerja masing-masing setelah pelantikan ini.

Sabtu, Oktober 02, 2010

Menyulam, Ekstra Kurikuler Baru di MI 3 Annuqayah

Muhammad-Affan, PPA Al-Furqaan

Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah terus melakukan evaluasi dalam rangka mengembangkan mutu sekolah—khususnya dalam hal kegiatan ekstra kurikuler. Pada tahun ajaran ini, menyulam, dipilih sebagai kegiatan ekstra baru di Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah.

“Kegiatan ini sudah direncanakan pada tahun lalu. Alhamdulillah, dengan dukungan berbagai pihak sekolah, tahun ini menyulam bisa direaliasikan menjadi program,” kata Mega Eka Suciyanti, tutor menyulam dan membatik MI 3 Annuqayah. Kegiatan ini dan kegiatan ekstra kurikuler lainnya di MI 3 Annuqayah dilaksanakan setiap sore secara bergiliran. “ Saya ingin belajar menyulam juga,” kata Roziqoh, salah satu guru MI 3 Annuqayah yang tampak hadir sore itu.

Selain menyulam, Madrasah Ibtidaiyah 3 Annuqayah tahun ini juga menghadirkan K. Lukman El Hakim, Kepala MI Nurul Islam, Bataal Barat, Ganding, sebagai fasilitator Sanggar Pelangi. Selama ini dia dikenal sebagai figur yang cukup lama mendalami dan berbaur dengan dunia anak-anak.

Tahun ini, kegiatan ekstra kurikuler menyulam, membatik, kursus matematika, sains, dan bahasa Indonesia, dipercayakan kepada Mega ESY. Sedangkan untuk kegiatan Sanggar Pelangi akan difasilitasi oleh K. M. Lukman El Hakim dan kegiatan pramuka akan dibimbing langsung oleh Mumdarin, S.Ag, yang saat ini menjabat sebagai pembina pramuka Annuqayah.

“ Ini semua dilakukan tidak lain untuk meningkatkan mutu kegiatan ekstra sekaligus komitmen sekolah untuk menfasilitasi anak-anak dalam mengembangkan bakatnya,” kata Mahfud Manaf, kata guru yang baru saja mengakhiri masa jabatannya sebagai Kepala MI 3 Annuqayah.


Berita ini dikutip dari Blog Madaris 3 Annuqayah.