Minggu, Februari 28, 2010

Majalah "Muara" Angkat Soal Formalisasi Diniyah

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Majalah Muara PPA Lubangsa kini terbit lagi untuk edisi yang ke-32. Majalah yang dicetak di CV Cakrawala, Surabaya, itu baru tiba di kantor redaksi Majalah Muara yang terletak di kawasan Blok F Lubangsa pada jum’at sore (26/02) pukul 16.30 WIB sebanyak 1000 eksemplar.

Untuk edisi tahun ini, majalah Muara mengangkat tema “Madrasah Diniyah dalam Desakan Formalisasi”. Menurut Fitratussalihin, tema itu perlu diangkat mengingat kabijakan pemerintah untuk memformalkan Madrasah Diniyah (Madin), khususnya di Kabupaten Sumenep sama dengan lembaga pendidikan formal semacam MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA.

“Di satu sisi, kesejahteraan guru Madin akan terjamin dengan kebijakan tersebut. Tidak akan ada lagi istilahnya “guru lillahi ta’ala” (Gulita). Namun, di sisi lain, mereka (pengelola Madin) harus mengikuti beberapa aturan pemerintah. Salah satunya adalah menyertakan materi umum dalam pendidikan Madin sebanyak 30 persen. Itulah yang banyak menjadi pro-kontra pengelola Madin,” ungkap pimred Majalah Muara itu.

“Banyak yang ragu terhadap kebijakan tersebut. Dari data yang kami dapatkan ternyata mereka masih setengah-setengah dalam merespons kebijakan itu. Karena mereka takut independensi Madrasah Dniniyah akan terhapus oleh kebijakan itu,” tambah Ach. Taufiqil Aziz yang menjabat sebagai redaktur pelaksana.

Terlepas dari tema itu, edisi kali ini Majalah Muara menambah rubrik dan halaman. Jika pada penerbitan tahun sebelumnya majalah itu hanya berisi 52 halaman, kini telah menjadi 60 halaman dan dengan tambahan rubrik gagasan untuk tema fokus khusus.

“Untuk fokus khusus kali ini kami mengangkat tema tentang ‘Geliat Pers di Annuqayah’. Dan untuk membuka ruang yang lebih luas terhadap para penulis, kami mengajak menuangkan gagasannya dalam bentuk opini untuk mendiskusikan seputar tema itu,” tambah pimred asal Jember itu.

Untuk pemasarannya, majalah Muara dijual seharga enam ribu rupiah per eksemplar.

Jumat, Februari 26, 2010

Memperingati Maulid Nabi Tak Harus Meriah


Ach. Fannani Fudlaly R., PPA Lubangsa

Memperingati hari besar Islam memang tidak harus serba meriah. Cukup dengan bermodal keinginan dan semangat, pasti acara akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Seperti yang dilakukan oleh pengurus PP Annuqayah Lubangsa (PPAL), Kamis malam (25/02) kemarin. Dengan hanya bermodal pengumuman kepada seluruh santri, akhirnya acara shalawatan sebagai peringatan maulid pun digelar meskipun hanya dengan pembacaan shalawat bersama serta keadaan serba sederhana yang bertempat di Masjid Jamik Annuqayah.

Acara ini adalah hasil dari bincang-bincang santai antara pengurus harian PPA Lubangsa dengan pengurus peribadatan dan kepesantrenan (PK). “Sebenarnya ini adalah inisiatif pengurus harian, kemudian dimusyawarahkan dengan pengurus PK, dan ternyata mereka mengamini untuk mengadakan acara yang sangat sederhana ini,” tutur Ali Wafa, S. Pd. I.,ketua pengurus PPA Lubangsa.

Acara yang dihelat setelah jama’ah shalat Isya’ ini mendapat respons positif dari kalangan santri dan pengurus yang lain. Tampak para pengurus PPA Lubangsa yang turut hadir berjejer di depan para santri yang khusyuk membaca shalawat.

“Ini mungkin pertama kalinya yang saya ikuti sejak ada di Annuqayah, karena yang saya tahu sejak kemarin tidak ada acara shalawatan seperti ini. Mungkin juga ini sebagai ganti dari liburan,” ungkap Abd. Wahed Ghufran, salah satu santri lubangsa.

Tak hanya itu, para santri terlihat sangat semangat dalam mengikuti acara shalawatan ini. Terbukti dengan lantangnya suara yang dilantunkan oleh para santri Lubangsa hingga terdengar sampai PPA Latee yang berjarak sekitar 100 meter dari PPA Lubangsa. “Lantunan shalawat yang dilantunkan oleh para santri Lubangsa terdengar sampai ke sini,” tutur Febriansyah, santri PPA Latee.

Selain itu, dalam waktu dekat pengurus PPAL juga akan mengadakan acara peringatan maulid Nabi dengan meriah. “Insya Allah dalam waktu pekan ini kami juga akan mengadakan peringatan maulid Nabi lain yang lebih meriah. Bedanya, nanti akan ada mau‘izhah hasanah dalam acara tersebut,” kata ketua pengurus PPA. Lubangsa.

Kamis, Februari 25, 2010

OSIS MA 1 Annuqayah Putra Adakan Pentas Seni

Jamaluddin, PPA Lubangsa

OSIS MA 1 Annuqayah Putra Divisi 3 (Seni dan Budaya) Senin (22/02) kemarin melaksanakn salah satu program kerjanya yaitu mengadakan acara pentas seni. Acara yang bertempat di halaman MTs 1 Annnuqayah Putra itu berjalan dengan semarak.

Acara yang dimulai pada pukul 20.00 WIB itu dihadiri oleh sekitar seratus lima puluh siswa dan santri Annuqayah. Mereka menikmati seluruh penampilan yang disajikan oleh seluruh klub seni yang berada di bawah naungan OSIS MA 1 Annuqayah Putra. Dengan posisi panggung menghadap ke selatan, para penonton bisa dengan leluasa menyaksikan seluruh penampilan dengan tertib. Meski demikian masih banyak penonton yang berusaha naik ke pagar gedung MTs 1 Annuqayah Putra.

Pada acara ini, seluruh klub seni yang berada di bawah naungan OSIS MA 1 Annuqayah Putra tampil dengan ciri khasnya masing-masing. Dengan gaya kocak dan menggoda, Jauhari B dan Mulkan Wong Ramadhani memandu jalannya acara pentas seni itu.

“Tujuan diadakan pentas seni ini adalah untuk memberikan motivasi kepada seluruh klub seni MA 1 Annuqayah Putra,” tutur Ahmad Fatoni Fauzan, ketua panitia pada acara ini. Dia juga menambahkan bahwa dirinya sangat berterima kasih kepada Kepala MA 1 Annuqayah Putra yang telah memberikan rekomendasi untuk melaksanakan kegiatan pentas seni ini.

Penampilan pertama yang disajikan dalam pentas seni adalah tadarus puisi yang dibacakan oleh sastrawan cilik MA 1 Annuqayah Putra, Faruqi Munif dengan judul “Malam di Kotamu”. Tadarus puisi yang kedua dibacakan oleh Khalik yang berduet dengan Fahrurrozi, siswa kelas XI MA 1 Annuqayah Putra.

Penampilan selanjutnya adalah musikalisasi puisi yang dibawakan oleh teater yang pernah menjuarai lomba drama se-Madura yaitu Teater Kotemang dengan tema Doa Sederhana. Dalam musikalisasi ini penonton yang hadir dibuat tercengang dengan penampilan Fahri dan Nurul Huda yang menyihir dengan gaya khas mereka.

“Saya sangat senang bisa menyaksikan acara pentas seni ini, karena penampilan yang disajikan bagus-bagus dan sangat fantastis serta membuat saya bersemangat untuk berkarya,” ungkap Didik Wahyudi, salah satu penonton yang hadir malam itu.

Sejak jauh-jauh hari, panitia sudah mempersipkan seluruh kebutuhan yang akan dipergunakan dalam acara tersebut. Persiapan itu dilakukan agar acara pentas seni ini bisa berjalan dengan sempurna.

Acara ini berakhir pada pukul 23.00 WIB yang diakhiri dengan penampilan drama Teater Kotemang.

Rabu, Februari 24, 2010

Lubangsa Adakan Pelatihan Protokoler dan MC


Faisal Amien, PPA Lubangsa

Suasana sibuk terlihat di salah satu Pondok Pesantren Annuqayah, tepatnya di Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Lubangsa. Kamis (11/02) yang lalu, tepat pada pukul 14.00 WIB, ruang kelas XII IPS 3 MA 1 Annuqayah terlihat ramai. Tidak seperti biasanya pada waktu-waktu seperti itu ada keramaian dalam kelas.

Saat itu ada kegiatan acara Pembukaan Pelatihan Protokoler dan MC. Acara pembukaan tersebut merupakan acara awal dalam rangka mendidik para santri PPA Lubangsa dalam hal Protokoler & MC. Para pengurus pesantren, terutama pengurus harian, tampak hadir dalam acara yang dikemas formal tersebut. Peserta pelatihan yang mayoritas delegasi dari masing-masing Organisasi Daerah (Orda) juga tak mau ketinggalan untuk mengikuti acara pembukaan tersebut.

Pelatihan Protokoler dan MC merupakan salah satu program kerja Pengurus Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Lubangsa seksi Penerangan dan Pembinaan Organisasi (P2O). Acara tersebut merupakan acara pembekalan dan pembinaan terhadap santri PPA Lubangsa dalam hal protokoler dan MC.

“Kami (pengurus P2O) hanya merasa kasihan saja ketika melihat acara yang telah dilaksanakan ternyata tidak bisa seratus persen tercapai dengan baik, khususnya acara yang telah dilaksanakan oleh Orda,” kata Ahmad Noval, selaku Kasi Pengurus P2O.

“Tujuan dari diadakannya acara pelatihan ini agar para peserta bisa paham seperti apa dan bagaimana menjadi Protokol dan Pembawa Acara atau MC yang baik dan benar, sehingga mereka bisa menerapkan ilmu yang telah mereka peroleh di masing-masing Ordanya, agar kegiatan yang nantinya akan mereka laksanakan juga bisa berjalan dengan baik dan benar,” tambahnya.

Acara tersebut baru memasuki sesi pelatihan pada hari Jumat (12/02), hari berikutnya. Acara yang berlangsung selama dua malam satu hari tersebut menghadirkan fasilitator dari Pemkab Sumenep (Abdul Khalid sebagai fasilitator protokoler) dan Radio Republik Indonesia (RRI) Sumenep (H. Sukandar sebagai fasilitator MC). “Kami ingin memberikan yang terbaik buat peserta, yang benar-benar ahli, biar puas!” kata Ketua Panitia, Syamsi Arief.

“Tadinya kami kesulitan untuk mencari dan menentukan siapa kira-kira fasilitator yang benar-benar kompeten di bidang ini (Protokoler dan MC). Namun dari informasi yang kami dapat, ternyata di Pemkab ada bidang Humas dan Protokoler, yaitu bidang yang menangani urusan ini (Protokoler dan MC), pas sekali!” ungkapnya.

Peserta pelatihan tersebut merupakan delegasi dari masing-masing Organisasi Daerah dan delegasi dari pengurus Forum Organisasi Santri Lubangsa (Forsa). “Kami memang lebih memfokuskan pada Orda yang ada, lebih-lebih pada pengurus Forsa yang merupakan lembaga Unit Kegiatan di bawah naungan seksi kami,” ujar Noval.

“Saya sangat senang sekali ikut pelatihan ini, karena bisa memperoleh banyak ilmu yang dapat saya pergunakan dalam kegiatan organisasi nanti,” ucap Elly Tsabit, salah satu peserta kegiatan tersebut.

Penutupan acara tersebut dilaksanakan pada malam harinya (Jumat malam), pukul 21.00 WIB. Sebelumnya, terlebih dahulu diadakan tinjauan umum yang dipimpin oleh Readi Sahen, salah satu fasilitator kegiatan ini.

Jelang UN, MAT Mulai Adakan Try-Out

Ach. Fannani Fudlaly R., PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Menjelang pelaksanaan Ujian Nasional (UN), yaitu tanggal 22-26 Maret, Madrasah Aliyah Tahfidh Annuqayah (MATA) mulai melaksanakan try-out untuk para siswa kelas akhir. Try-out ini dilaksanakan dalam rangka mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap dan memahami pelajaran, sehingga hasil dari try-out ini bisa dijadikan tolok ukur sejauh mana siswa kelas akhir dapat menyelesaikan soal-soal UN.

Dalam try-out yang dilaksanakan 23-25 Februari bertempat di ruang kelas XII MAT ini, diharapkan semua siswa bisa mengikutinya dengan sungguh-sungguh serta cermat agar ketika pelaksanaan UN mereka dapat menyelesaikan soal-soal dengan baik dan benar.

“Kalian harus mengerjakannya dengan baik, kerena paling tidak soal try-out ini akan membantu kalian dalam menyelesaikan soal ujian nasional nanti,” ujar Abdurrahman Ali, staf pengajar di MAT ketika memberi penjelasan tentang cara pengisian lembar jawaban.

Dia juga mengimbau kepada seluruh siswa kelas akhir agar soal-soal try-out kali ini dipelajari di pondok masing-masing, karena mungkin soal tersebut akan muncul dalam UN. “Meskipun tak semua, saya yakin salah satu dari soal try-out ini akan muncul di UN nanti, karena memang ini materi yang kalian pelajari selama ini,” imbuhnya sambil menunjukkan soal try-out.

Hal itu mendapat respons positif dari para siswa. Tak terkecuali A. Rusliyanto (18), siswa asal sumenep ini mengaku sangat senang dengan persiapan pihak sekolah. Menurutnya, hanya MAT yang pertama kali mengadakan tryout ini. Sekolah formal sederajat yang lain yang ada di lingkungan Annuqayah belum melaksanakan.

“Ini termasuk persiapan awal pihak sekolah, karena MAT paling duluan mengadakan try-out ini. Saya lihat sekolah lain sederajat di Annuqayah masih belum mengadakan try-out,” jawabnya ketika ditanya tanggapannya.

Tak hanya itu, pihak sekolah juga akan mengadakan bimbingan khusus (Bimsus) untuk para siswa kelas akhirnya dalam pekan ini. “Bukan hanya ini, sebentar lagi kami akan mengadakan bimbingan khusus agar siswa lebih merasa tenang dalam menghadapi UN. Insya Allah dalam pekan ini bimsus sudah dapat dimulai,” jelas Abdul Basid, S. Th, I. selaku Waka Kesiswaan MAT.

Melihat Kondisi Kantor Redaksi Muara Saat Ini

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

Seiring dengan bertambahnya pengurus seksi PPA Lubangsa yaitu pengurus seksi Kepustakaan Pers dan Penerbitan (KP2) pada tahun 2008, maka Majalah Muara dan Buletin Kompak yang awalnya di bawah naungan pengurus seksi Penerangan dan Pembinaan Organisasi (P2O) kini dilimpahkan pada pengurus seksi tersebut.

Salah satu latar belakang penambahan pengurus seksi tersebut karena di PPA Lubangsa belum memiliki perpustakaan yang menunjang kegiatan membaca, belajar, dan mengajar. Kendalanya adalah masalah dana dan tempat khusus untuk perpustakaan.

“Kami pernah mengajukan tempat (perpustakaan) itu pada pengurus harian agar gedung yang digunakan Warung Pos dan Telekomunikasi (Warpostel) dan Usaha Kesehatan Pondok Pesantren (UKPP) dibuat lantai dua dan digunakan sebagai tempat perpustakaan dan warung internet. Sampai saat ini masih belum ada respons yang jelas dari mereka,” ungkap sobri, koordinator seksi KP2 ketika melakukan rapat konsolidasi bersama kru Muara.

Karena belum mempunyai tempat, maka perpustakaan akan ditempatkan di kantor redaksi Muara yang berada di kawasan blok F. Namun, hingga kini pengadaan perpustakaan itu masih belum terealisasikan. Yang ada hanya lemari kosong untuk tempat buku yang sudah datang beberapa minggu yang lalu. Sedangkan bukunya belum ada.

Hari Senin (15/02) yang lalu, pengurus KP2 membeli sebuah printer untuk merealisasikan salah satu program kerjanya agar proses penerbitan lebih maksimal. Namun pembelian printer tersebut masih menuai kontroversi dari beberapa kru Muara, karena menurut Ach Taufiqil Aziz, uang itu menggunakan kas Muara dan tidak melalui prosedur yang berlaku. Mereka juga dikejutkan dengan papan pengumuman di depan kantor redaksi Muara yang bertuliskan: “Di sini bisa melayani back up cd, print out, cetak foto dll. dengan harga terjangkau.” Melihat plang itu, kantor redaksi Muara seperti dijadikan lahan bisnis.

“Pembelian printer itu tidak dengan jalan musyawarah bersama kami (Kru Muara). Padahal setahu saya, kas Muara dan KP2 itu beda. Jadi kami berhak untuk meminta kejelasan mengenai uang tersebut. Apalagi untuk tahun ini kami rencananya ingin menerbitkan Majalah Muara edisi khusus. Kalau sudah dikeluarkan untuk membeli printer, saya tidak tahu apakah uang itu akan cukup untuk penerbitan nanti. Kalau seperti saat ini, di sini bukan hanya kantor redaksi, tapi juga perpustakaan dan rental,” tutur Ach. Taufiqil Aziz, Redaktur Pelaksana Majalah Muara.

Selasa, Februari 23, 2010

Pengurus Lubangsa Musyawarah dengan Kontributor Blog Annuqayah

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

Setelah shalat Maghrib berjama’ah di Masjid Jamik Annuqayah (20-02), seluruh kontributor blog Annuqayah yang dari Lubangsa––termasuk juga saya––menghadiri undangan musyawarah dari pengurus PP Annuqayah Lubangsa (PPAL) yang ditempatkan di depan kantor pesantren.

Musyawarah itu hanya diikuti oleh lima orang saja yaitu saya sendiri, Ach. Fannani Fudlaly R (Pusdat), Moh. Ali wafa (ketua pengurus PPAL), Ahmad Noval (kasi P2O), dan Sobri Salim (kasi KP2). Sedangkan Jamaluddin, salah satu kontributor yang dari Lubangsa tidak hadir, entah ke mana, saya tidak tahu.

Musyawarah itu membahas tentang pelaksanaan kegiatan di Lubangsa yang dalam beberapa hari terakhir ini luput dari sensor kami (tidak diliput). Mereka mengatakan banyak kegiatan penting yang layak diliput namun tidak diliput.

“Dulu, Kiai Hanif sangat apresiatif sekali melihat kegiatan-kegiatan di Lubangsa yang sangat banyak. Tapi, dalam beberapa hari terakhir ini, berita kegiatan yang dari Lubangsa kalah dengan berita kegiatan yang dari Nirmala. Padahal, saya kira lebih banyak kegiatan di sini dari pada di Nirmala,” beber ketua pengurus asal Jember itu.

Ach Fannani, salah satu kontributor blog Annuqayah itu menangagapi bahwa salah satu kelemahan kami adalah kurangnya koordinasi dan tidak adanya kartu pers. Ia merasa tidak percaya diri untuk mewawancarai narasumber yang terkait karena tidak bisa menunjukkan bahwa ia benar-benar ingin mewawancarainya. Ia takut disangka main-main dan akan disepelekan karena tidak mempunyai kartu pengenal.

“Akibatnya, ya.. narasumbernya hanya itu-itu saja yang sekiranya bisa dijangkau oleh saya tanpa harus malu. Misalkan berita kegiatan IKSTIDA dan BPBA. Saya tidak punya kontak dengan dua organisasi itu,” ungkap siswa kelas akhir MA Tahfidh itu.

Saya juga angkat bicara, mengatakan bahwa dalam sebulan terakhir yang bertanggung jawab atas peliputan kegiatan di Lubangsa saya limpahkan pada Fannani dan Jamaluddin. Bukan saya bermaksud untuk menghindar dari kesalahan. Tapi, karena saya masih fokus pada penerbitan Majalah Muara. Dan alhamdulillah sampai berita ini ditulis majalah itu sudah naik cetak.

Dalam hal ini, pengurus KP2 akan membuatkan kartu pers khusus kepada Ach. Fannani sebagai penanggung jawab atas berita-berita di Lubangsa untuk meliput semua kegiatan agar tidak terkesan main-main. Namun, kartu pers itu hanya berlaku untuk hunting berita di daerah Lubangsa saja.

“Kami juga akan menyediakan data-data kegiatan yang diperlukan. Silakan, kalian tinggal mengolahnya sendiri. Untuk informasi kegiatan-kegiatan yang masih akan dilaksanakan, biar Bapak Noval yang akan menginformasikannya. Dan untuk data-data itu (data kegiatan) bisa minta pada saya,” ungkap Muhammad Shabri Salim.

Saya juga memberikan klasifikasi tanggung jawab atas publikasi berita itu. Ach. Fannani yang bertanggung jawab atas berita di Lubangsa dan di MAT, Jamaluddin bertanggung jawab atas berita di Lubangsa dan MA 1 Annuqayah Putra, sedangkan saya bertanggung jawab pada kegiatan pesantren pusat, Sabajarin, dan STIKA.

Yang menjadi bahan perbincangan lagi adalah kegiatan di Lubangsa Putri (Lubri) yang sulit diakses. Mengenai hal tersebut, saya menjawab: “Dulu, ada Khatim Maulina. Dia siswa MA 1 Putri dan santri di Lubri. Dia yang biasanya menulis berita-berita itu. Tapi sekarang sudah tidak aktif lagi, entah kenapa. Saya juga pernah mengajak teman saya di sana untuk menjadi relawan di blog Annuqayah. Ia sudah setuju, bahkan saya sudah memberi alamat email untuk blog Annuqayah ini. Tapi, sampai saat ini masih belum ada yang menulis.”

Senin, Februari 22, 2010

Tatib Baru di Lubangsa, Sebagian Santri Mengeluh

Ach. Fannani Fudlaly R., PPA Lubangsa

Ketua pengurus PPA Lubangsa, Ali Wafa, S. Pd. I, Jum’at (19/02) kemarin mensosialisasikan beberapa tata tertib baru. Sosialisasi tersebut dihelat selesai jama’ah shalat Maghrib sampai adzan Isya’ dikumandangkan.

Dalam kesempatan tersebut, ketua pengurus Lubangsa membacakan satu per satu tata tertib baru yang bersifat konstruktif kepada seluruh santri. Di antaranya menyatakan bahwa santri wajib berada dalam masjid ketika adzan pertama dikumandangkan pada hari Jum’at serta dilarang shalat Jum’at di sepanjang jalan yang ada di depan Masjid Jamik Annuqayah.

“Saya turut prihatin kepada santri Lubangsa yang shalat Jum’at di sepanjang jalan depan Masjid Jamik Annuqayah. Bahkan ada sebagian santri yang shalat di biliknya,” ungkap ketua pengurus Lubangsa di depan santri.

“Jadi mulai saat ini kami akan mengadakan pengontrolan ke bilik masing-masing. Sayang sekali jika Masjid Annuqayah yang letaknya ada di Lubangsa ini tidak digunakan sebagaimana mestinya,” tambahnya.

Bermacam tanggapan bermunculan dari kalangan santri, seperti yang diutarakan A. Zahid. Dia menganggap peraturan baru di Lubangsa itu bertujuan demi kebaikan santri sendiri. “Menurut saya, bertambahnya tata tertib baru itu semua adalah demi kebaikan santri sendiri. Kalau saya sangat setuju dengan peraturan baru tersebut,” paparnya.

Dia juga menilai peraturan yang selama ini sudah disosialisasikan sangat bermanfaat bagi santri, karena hal itu merupakan antisipasi terhadap sebagian santri yang belum sadar akan tata tertib dan selalu melanggar peraturan yang telah ditetapkan pesantren.

Lain halnya dengan santri asal Dungkek yang tidak mau disebutkan identitasnya. Dia menganggap peraturan di Lubangsa terlalu banyak hingga para santri merasa jenuh. “Peraturan sejak saya mondok selalu bertambah, sehingga membuat teman-teman santri merasa jenuh dan akhirnya melanggar untuk sekadar melepas jenuh,” jawabnya ketika ditanya tanggapannya.

Menurutnya peraturan-peraturan di Lubangsa terkesan terlalu mengikat tanpa ada waktu untuk merefresh otak. “Saya ingin pengurus Lubangsa mengadakan semacam acara yang dapat membuat santri merasa nyaman seperti, blok meeting atau lomba-lomba yang lain yang ada nuansa menghiburnya. Ya, agar santri bisa refreshing gitu,” jelasnya.

Minggu, Februari 21, 2010

Nurul Islah, Kamu Di Mana?

Ekatur Rahmah, PPA Nurul Hikmah Putri (Sabajarin)

Ahad (14/02) yang lalu, tim Pemulung Sampah Gaul (PSG) Madaris 3 Annuqayah menghadiri undangan di Nurul Islah, Serah, Bluto, Sumenep. Sebelumnya, bersama Ibu Musidah S.Pd.I., guru pembimbing, kami melakukan persiapan untuk presentasi di acara tersebut.

Pada pukul 13.00 WIB, kami berangkat menuju Nurul Islah, lembaga yang akan kami kunjungi kali ini. Di tengah perjalanan kami mengalami sedikit kesulitan menuju tempat tersebut berhubung kawasan tersebut adalah kawasan baru. Hal ini diungkapkan oleh Indah Susanti, ketua PSG. “Kami merasa tersesat, sebab di antara kami belum pernah ke sana jadi kami sangat mengalami kesulitan,” tuturnya.

Setelah kami bertanya kepada beberapa orang yang kami temui di jalan, akhirnya pada pukul 14.30 WIB kami sampai di tempat tujuan. Awalnya kami menduga pesertanya adalah siswa SMA/mahasiswa seperti pada presentasi sebelumnya di Bluto. Ketika kami melakukan presentasi, dugaan kami meleset. “Ternyata pesertanya adalah siswa SMP yang sebenarnya kalau dilihat dari ukuran tubuh mereka lebih cocok masih duduk di bangku SD,” tambah Indah dengan tertawa.

Pada akhirnya presentasi yang sudah kami persiapkan sebelumnya kurang maksimal. Para peserta yang jumlahnya sekitar 30 siswa yang mayoritas belum banyak memahami tentang Global Warming itu terlihat bingung. Saat kami memaparkan bahaya sampah, akhirnya kami pun kebingungan dan memilih menggunakan bahasa Madura untuk memudahkan mereka memehami presentasi kami. Tapi dari kejadian tersebut kami mendapatkan sebuah pelajaran, bahwa kami harus lebih siap lagi ke depannya.

Bersama menguningnya langit senja, kami meninggalkan Nurul Islah dengan harapan apa yang telah kami lakukan dan kami perjuangkan dapat bermanfaat bagi mereka, sehingga generasi alam berwawasan lingkungan terus tumbuh dan terus tumbuh.


Tulisan ini dikutip dari Blog Madaris 3 Annuqayah.

Selasa, Februari 16, 2010

Liburan Maulid Tak Jelas, Santri Resah

Ach. Fannani Fudlaly R., PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Memasuki pertengahan bulan Februari, banyak santri Annuqayah yang membincangkan tentang ketidakjelasan liburan Maulid Nabi yang jatuh pada tanggal 27 Februari 2010. Tak jelasnya liburan Maulid kali ini disebabkan oleh kalender pendidikan yang tak lama lagi akan menghadapi Ujian Nasional (UN) bagi siswa kelas akhir.

Dalam hal ini, pihak pengelola pendidikan formal pun juga sangat bimbang jika nantinya liburan Maulid Nabi tetap ada. Mereka menilai jika liburan kali ini ada, maka hal itu akan mengganggu konsentrasi belajar para siswa yang sejak saat ini sudah mulai intensif melakukan latihan-latihan untuk menghadapi datangnya UN yang akan dilaksanakan pada tanggal 22-26 Maret 2010.

“Saya sendiri agak tidak setuju jika ada liburan Maulid, karena jarak dari liburan ke UN sangat dekat sekali. Otomatis itu akan mengganggu aktivitas maupun konsentrasi para siswa kelas akhir,” ungkap Mas’udi, salah satu TU di Madrasah Aliyah Tahfidh Annuqayah, Selasa (16/02) pagi ini.

Lain halnya yang terjadi di kalangan santri. Mereka justru sangat berharap liburan Maulid kali ini tetap diadakan. Mereka mengaca pada tahun sebelumnya, yakni bahwa liburan Maulid ada layaknya pesantren-pesantren lain selain Annuqayah. “Saya sangat mengharapkan ada liburan Maulid, karena tahun-tahun kemarin ada tapi kok sekarang gak ada,” ungkap Wildan, salah satu pustakawan Annuqayah.

Ali Buldan (17) juga sangat berharap liburan Maulid Nabi kali ini ada. “Libur atau tidak, saya tetap akan pulang ke rumah. Tapi kalau liburan tidak ada, saya di rumah sendirian, beda dengan liburan bersama. Kalau pulang sendiri, euforia liburan kan gak ada,” papar santri asal PPA Nirmala itu sambil agak guyon.

Tak hanya itu, pengurus pesantren daerah pun juga dibuat resah dengan ketidakjelasan liburan kali ini. Salah satunya adalah Imam Abdurrahman (20), koordinator Pengurus Pendidikan, Pengajaran dan Pengembangan Keilmuan (P2PK) PPA Lubangsa.

“Saya lihat pihak pesantren pusat sendiri pun juga belum memberi kejelasan tentang liburan Maulid ini. Biasanya, jauh hari sebelum liburan surat sudah masuk ke pesantren daerah. Tapi nyatanya sekarang liburan sudah dapat dihitung dengan jari belum ada surat yang masuk ke sini,” katanya ketika ditemui di kamarnya.

Senin, Februari 15, 2010

Perpustakaan Nirmala Adakan Seminar Kepenulisan

Sumarwi, PPA Nirmala

GULUK-GULUK—Jum’at (12/02) kemarin, Perpustakaan Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Nirmala yang berada di bawah naungan pengurus Seksi Pembinaan Perpustakaan dan Penerbitan PPA Nirmala mengadakan seminar kepenulisan dengan tema “Membangun Santri Dinamis, Kreatif, dan Inovatif”. Acara ini bertempat di Mushalla lantai II Nirmala. Sebanyak 36 peserta yang terdiri dari murid kelas I dan II Aliyah/sederajat, juga sebagian dari santri yang masih duduk di bangku MTs, hadir dalam acara tersebut.

Acara pembukaan dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB, kemudian dilanjutkan dengan penyajian yang diisi oleh salah seorang penulis asli Annuqayah yaitu K. Muhammad Zamiel El-Muttaqien. Beliau berbicara banyak mengenai bagaimana menulis cerpen.

“Melalui acara ini kami ingin mengail ikan besar dalam rangka menciptakan generasi baru yang kreatif,” kata Peru’, sapaan akrab Nurul Anam, ketua panitia kegiatan ini.

Setelah shalat Jum’at tepatnya pukul 13.30 WIB, Mahendra salah seorang sastrawan muda asal kota Sumenep mengisi acara tentang teknik-teknik membuat puisi. Tak lupa ia juga memberi semangat kepada para peserta agar terus menulis.

“Jika adik-adik sekalian ingin menjadi penulis, maka menulislah dan terus menulis,” tutur Eenk sapaan akrab Mahendra. “Tulislah apa saja sebab dalam puisi itu tidak ada batasan-batasan tertentu, misalnya dalam masalah keindahan,” tambahnya.

Eenk juga berpesan agar para peserta tidak malu mendiskusikan dan mempublikasikan karyanya kepada orang lain sebab dengan begitu penulis akan mendapatkan kritik dan masukan. Hal ini akan membuat penulis semakin dewasa dan matang.

Salah satu teori yang ia sampaikan mengenai teknik-teknik menulis puisi adalah acak kata. Mula-mula peserta diminta untuk mengucapkan kata apa saja secara bergiliran. Semua kata ditulis pada kertas. Kata itu kemudian dirangkai menjadi sebuah puisi. Itulah salah satu teknik yang Eenk paparkan kemarin.

“Ini merupakan salah satu teknik saja. Adik-adik sekalian bisa mencari teknik lain,” tuturnya dengan penuh semangat. “Yang perlu diperhatikan ialah metaforanya, karena itu penting adanya di dalam sebuah puisi,” tambahnya.

Selanjutnya acara dilanjutkan kembali pada pukul 15.30 WIB. A. Maimun, M. Ag mengisi tentang teori membuat opini.

Setelah shalat jama’ah Isya’ acara ditutup oleh ketua pengurus Nirmala, Ali Makki, S. Pd.I. “Saya harap adik-adik bisa membawa nilai lebih dari acara ini. Misalnya paling tidak adik-adik sekalian bisa semangat lagi untuk menulis kembali di buletin Nirmala yaitu Kejora,” kata Ali sekaligus menutup kegiatan dengan pembacaan al-Fatihah.

Acara seminar ini dilaksanakan sebagai ganti dari kegiatan Lokalatih Jurnalistik yang biasa dilaksanakan secara rutin oleh Perpustakaan Annuqayah Nirmala.

Kamis, Februari 11, 2010

Tim PSG Madaris 3 Annuqayah “Hadapi” Mahasiswa Bluto

Ummul Karimah, PPA Karang Jati Putri (Assaudah)

Tim Pemulung Sampah Gaul atau PSG Madaris 3 Annuqayah menghadiri undangan AMPB (Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Bluto), Ahad (07/02) Kemarin. Acara tersebut dilaksanakan oleh pemuda Bluto dalam rangka penyadaran akan isu pemanasan global dengan difokuskan pada bahaya sampah plastik. “Kami rasa PSG Madaris 3 yang pas untuk mengisi acara ini,” tutur Fauzi, salah satu pengurus AMPB.

Sementara itu, Indah Susanti selaku ketua PSG periode 2010-2011 sempat mengaku was-was untuk menggerakkan anggota dalam presentasi, sebab yang dihadapi bukanlah lagi siswa, melainkan mahasiswa. Namun atas dasar percaya diri dan yakin, 8 orang tim PSG bersama 1 pembimbing meluncur menuju kawasan Aeng Baja Raja, Bluto.

“Syukurlah. Meski anggota baru ternyata mereka bisa presentasi dengan baik di hadapan mahasiwa,” ungkapnya.

Acara yang dihadiri oleh 33 pemuda Bluto dan bertempat di balai desa itu berjalan cukup lancar dan menarik, sebab usai 8 anggota tim PSG presentasi bergiliran, peserta berebut untuk bertanya dan berkomentar. “Jadi acara tidak vakum,” ungkap Mus’idah, pembimbing PSG yang ikut serta dalam acara tersebut.

Dalam perjalan acara, juga sempat dihiasi dengan suasana tegang. Ini terjadi dikarenakan pihak PSG dalam presentasinya mengatakan agar mahasiswa Bluto tidak hanya sekedar menatap nasib bumi, tetapi seharusnya melakukan aksi untuk menyelamatkan alam. Selain itu juga agar ‘mahanya’ tak kalah pada siswa.

“Bumi ini bukan warisan, melainkan titipan untuk cucu tersayang,” kata Yuli dalam presentasinya. Hal ini membuat ketua panitia acara tersebut menanggapi kalimat tersebut. “Jujur, kalimat yang disampaikan oleh adik tadi seolah menampar kami. Kami berjanji untuk benar-benar menyelamatkan alam,” katanya dengan muka merah dan nada serius.

Suasana kembali reda dan santai saat sampai pada sesi praktik pembuatan tas. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing didampingi oleh tim PSG. Sesi ini peserta diajari bagaimana menyusun dan menggunting plastik agar tas tampak rapi dan indah. Selain itu mereka juga diajari sekilas tentang cara menjahit dengan baik, walaupun salah satu anggota sudah ada yang bisa menjahit.

Akhirnya pada pukul 13.25 WIB tim PSG berpamitan pulang. Tentunya setelah ketiga kelompok yang menggunakan 2 mesin itu merampungkan tugas mereka. “Saya tidak menyangka acara sampai sejauh ini,” Pungkas Indah setelah menyerahkan kenang-kenangan tas untuk AMPB.

Berita ini dikutip dari Blog Madaris 3 Annuqayah.

Kamis, Februari 04, 2010

Kegiatan Pekan Pendidikan Kepramukaan dan Monitoring PPA Nirmala Telah Berakhir

Sumarwi, PPA Nirmala

GULUK-GULUK—Sabtu (30/01) malam yang lalu, Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Nirmala resmi menutup kegiatan Pekan Pendidikan Kepramukaan dan Monitoring yang dilaksanakan sejak hari Jum’at tanggal 08 sampai hari Sabtu 30 Januari 2010. Penutupan dilaksanakan setelah shalat jama’ah Isya’ bertempat di Mushalla lantai II. Pengasuh harian PP Annuqayah Nirmala, K.H. A. Hamidi Hasan menutup langsung kegiatan ini. Semua pengurus juga ikut hadir dalam acara tersebut.

Acara tersebut diisi dengan beberapa rangkaian mata acara yaitu pembukaan, pembacaan ayat suci Alquran, sambutan-sambutan, pelepasan kartu tanda peserta, pemberian hadiah bagi regu terbaik, dan penutup yang diakhiri dengan doa.

“Dengan adanya kegiatan pekan ini, semoga kita semua mendapatkan hikmah. Adik-adik sekalian selanjutnya diharapkan bisa berperilaku yang lebih baik lagi,” ungkap Khatim Ibnu, ketua panitia kegiatan ini. “Saya mengucapkan terima kasih kepada adik-adik sekalian karena telah berpartisipasi dan mendukung penuh terlaksananya kegiatan ini,” tambahnya.

Ungkapan senada juga diungkapkan oleh Ali Makki, ketua pengurus PPA Nirmala. Dia berharap dengan adanya kegiatan Pekan ini semuanya bisa mendapatkan hikmah.

K.H. A. Hamidi Hasan mengawali sambutannya dengan mendoakan para santri agar ujian yang dilaksanakan beberapa minggu yang lalu sukses semua.

“Semua aktivitas yang kita laksanakan selama ini merupakan realisasi dari identitas kita sebagai muslim karena seorang muslim ialah orang yang selalu aktif melakukan kegiatan-kegiatan, baik itu duniawi maupun ukhrawi,” tutur Kiai Hamidi.

“Kita tidak cukup hanya beriman saja. Realisasi dari iman kita adalah amal. Iman akan sempurna bila diaplikasikan dengan amal, dan amal akan sempurna bila dilandasi dengan ilmu,” ungkap beliau.

Sebelum mengakhiri sambutannya beliau menutup kegiatan ini dengan Alfatihah. “Karena waktu pembukaan kemarin kita membuka kegitan ini dengan Ummul Qur’an (Alfatihah) maka kita tutup kegiatan ini dengan Alfatihah juga,” kata beliau.

Regu Flaminggo menjadi juara pertama, regu Jaguar meraih juara dua, dan yang terakhir adalah regu Kelabang. Acara ditutup dengan pembacaan doa dipimpin oleh Kiai Hamidi.

Selasa, Februari 02, 2010

Cross Country Akhiri Pekan Monitoring Nirmala

Sumarwi, PPA Nirmala

GULUK-GULUK—Kegiatan Cross Country merupakan bagian dari kegiatan Pekan Pendidikan Kepramukaan dan Monitoring di PPA Nirmala. Pelaksanaannya diadakan setiap tahun karena kegiatan pekan ini merupakan serangkaian dari tiga kegiatan yaitu Pekan Orientasi Santri Baru, Pekan Pendidikan Kepramukaan dan Monitoring, dan Pekan Evaluasi.

Jum’at (29/01) yang lalu, Nirmala melaksanakan kegiatan Cross Country sebagai akhir dari semua acara Pekan. Rute perjalanan tahun ini berbeda dari tahun lalu. Jalan yang ditempuh lebih dekat dan rata-rata melewati jalan beraspal. Kegiatan ini dilaksanakan agar para santri bisa mengenal warga dan lingkungan sekitar.

Selain kegiatan Cross Country, di dalam Pekan ini juga diisi dengan beberapa kegiatan yang sifatnya lebih kepada wawasan, seperti kegiatan penyajian. Salah satu materinya adalah nilai-nilai kepemimpinan dalam kepramukaan.

Para peserta dibagi ke dalam 13 kelompok regu yakni regu Rubase, Dragon, Flaminggo, Kelabang, Linx-Zoo, Pinguin, Jaguar, Crocodile, Cocabora, Anaconda, Fris Ply, Bilis Power, dan Lion. Rute perjalanan start dari PP Annuqayah Nirmala, kemudian Klabaan, Bragung Mingsoy sampai akhirnya finish di Reng-Perreng Bragung. Jalan yang dilewati semuanya beraspal. Ada 8 pos yang harus para peserta lewati.

Dalam menempuh rute perjalanan ini, para peserta harus melewati pos-pos sesuai dengan peta yang diberikan oleh panitia. Mereka harus mengerjakan soal yang ditulis dengan bentuk sandi. Mereka harus menerjemahkan dulu kemudian menjawab soal. Kecepatan dan ketepatan mereka dalam menjawab soal akan menentukan penilaian. Nilai-nilai itu akan mengantarkan mereka untuk menjadi juara.

Nuruzzaman (24), salah seorang pencari rute perjalanan, mengatakan bahwa rute perjalanan pada tahun ini memang dibuat seringan dan sedekat mungkin karena di pos terakhir para peserta akan melewati tali di antara dua sungai, tepatnya di Desa Reng-Perreng Bragung.

“Memanjat tali itu membutuhkan tenaga ekstra. Jadi kami mengusahakan agar rute perjalanan dekat,” tuturnya. “Saya harap mereka bisa enjoy dengan kegiatan ini,” tambahnya.

Cross Country adalah kegiatan yang berada di akhir Pekan. Kegiatan ini paling diminati oleh para santri. Walaupun mereka berjalan berkilo-kilo meter para santri tetap antusias dan merasa senang dengan kegiatan ini. Para santri berharap tahun depan akan ada kegiatan seperti ini lagi terutama memanjat tali di atas sungai.

Maksum (15), mengaku sangat senang mengikuti kegiatan ini, meskipun dia sendiri terjatuh ke sungai saat memanjat tali. “Saya sudah berusaha agar tidak jatuh, tetapi tiba-tiba talinya goyang, saya tidak dapat menjaga keseimbangan, akhirnya saya jatuh,” kata santri asal Denpasar Bali ini.