Selasa, November 24, 2009

Peserta Principal Mentoring Keliling Annuqayah


Jamaluddin M Haz, PPA Lubangsa

Setelah selama satu hari (18/11) mengikuti penyajian seputar Annuqayah, para peserta Principal Mentoring pada hari kedua (19/11) selanjutnya diajak berkeliling pesantren dan madrasah yang ada di Annuqayah. Tepat pada pukul 08.15 WIB para peserta bersiap-siap di halaman Madrasah Aliyah 1 Annuqayah Putri untuk keliling.

Para peserta Principal Mentoring yang berjumlah dua puluh satu orang itu berangkat dengan membawa tujuh mobil yang akan mengantar mereka menuju tempat yang sudah disepakati oleh panitia. Lokasi pertama yang dikunjungi adalah Sekolah Tinggi Keislaman Annuqayah (STIKA). Di tempat ini para peserta Principal Mentoring melihat STIKA dari dalam mobil saja dan tidak turun langsung ke halaman.

Dari STIKA, rombongan langsung menuju lokasi kedua yaitu SMA 3 Annuqayah. Di SMA 3 Annuqayah peserta disambut oleh Direktur Madaris 3 Annuqayah yaitu K. Faizi, M. Hum. Di tempat ini para peserta disuguhi dengan berbagai penampilan yang menarik. Salah satunya adalah musik tradisional yang dimainkan oleh siswi SMA 3 Annuqayah. Penampilan musik tradisional ini banyak menarik perhatian para peserta Principal Mentoring. Peralatan yang digunakan cukup sederhana, dan lagu yang dibawakan adalah lagu bernuansa islami.

Di SMA 3 para peserta turun langsung ke halaman madrasah. Tempat yang pertama kali dikunjungi adalah perpustakaan. Di sana mereka dilayani oleh dua pustakawan SMA 3 Annuqayah dan para peserta Principal Mentoring dipersilakan untuk melihat-lihat dan menikmati buku yang disediakan di perpustakaan ini.

Selain musik tradisional, para peserta juga melihat bengkel kerja kelompok Pemulung Sampah Gaul (PSG). Di tempat itu para peserta melihat sampah yang sudah dikelola menjadi tas oleh kelompok siswa Madaris 3 Annuqayah. “Saya sangat kagum sekali melihat karya anak-anak SMA 3 Annuqayah ini, karena mereka bisa mengelola sampah menjadi barang yang berharga,” ungkap Drs. Abbas Pandi dari SMAN 12 Makasar.

Setelah berkunjung ke SMA 3, Bapak Damanhuri, M. Ag selaku protokoler mempersilakan para peserta Principal Mentoring untuk kembali ke rombongan masing-masing dan rombongan kemudian menuju ke Herba Annuqayah, tempat penjualan jamu di Annuqayah. Setelah melihat-lihat di Herba, para peserta kemudian menuju ke MA 2 Annuqayah. Di sekolah ini para peserta tidak turun langsung ke lokasi, tetapi hanya melihat dari dalam mobil saja.

Sasaran selanjutnya adalah Madrasah Aliyah 1 Annuqayah Putra. Di tempat ini para peserta disambut oleh Group Drumband MAIA-Kustik yang dimainkan oleh siswa MA 1 Annuqayah dan rombongan langsung dipersilakan untuk memasuki kantor MA 1 Annuqayah Putra.

Setelah berbincang-bincang dengan guru-guru MA 1 Annuqayah, rombongan langsung menuju ke Lubangsa Putri. Di tempat ini mereka langsung menuju dapur yang biasa dipergunakan untuk memasak oleh santri dan mereka sempat berbincang-bincang dengan salah satu santri yang kebetulan memasak. Para peserta juga melihat dan mengunjungi asrama santri.

“Saya kurang percaya bahwa satu kamar itu sampai diisi oleh tiga puluh orang,” tutur Bapak Ahmad Yamani, dari SMAN 1 Syamtalira Aron.

Jelang siang, kunjungan selesai. Selanjutnya, para peserta Principal Mentoring kembali ke lokasi acara dan mereka menikmati hidangan makanan ringan yang disediakan oleh panitia.

Senin, November 23, 2009

Catatan Ringan Bersama Peserta Principal Mentoring

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

Matahari masih belum menampakkan diri. Suasana masih dibalut dingin karena di beberapa hari ini hujan turun. Di Sekretariat Annuqayah (19-11), para peserta Principal Mentoring baru saja bangun dari tidur lelapnya. Ada satu peserta yang sudah bengun dan berdiri di depan kantor Sekretariat Annuqayah.

Bapak Masykuri, Kepala MAN Rembang, sedang memesan jajanan kecil dari orang yang biasa menjajakan makanannya setiap pagi ke kantin-kantin yang ada di Annuqayah. Ia juga memesan kopi. Beliau adalah salah satu peserta yang menginap di Sekretariat Annuqayah. Sedangkan yang lainnya adalah Bapak Wardoyo (SMAN 1 Bandung), Ibrahim Abdurrahman (SMAN 1 Tanah Luas), Hasbi (SMAN 1 Matangkula), Ahmad Yamani (SMAN 1 Syamtalira Aron), dan HMBC Laqof (MD Raudatut Talibin Rembang).

Saya bertegur sapa dengannya dan ia menyuruh saya untuk membantu membawa pesanannya ke dalam kamarnya. Bermula dari segelas kopi, pembicaraan pun mengalir. Ia bertanya apakah itu kopi asli (ditubruk sendiri) atau kopi instan. Saya menjawab itu murni buatan sendiri. “Masih natural, Pak,” kata saya. Lalu diikuti gelegar tawa semua peserta di kamar itu.

Peserta yang lainnya menyambungkan pembicaraan. “Kalau di Bandung, kopinya tidak seperti ini, rasanya agak asam,” ucapnya.

Lalu, pembicaraan kami semakim meluas kepada perbandingan budaya di daerah mereka masing-masing. Dari kerapan sapi sampai penyebaran penduduk Madura. Kalau saya ceritakan semuanya di sini, tulisan saya akan menjadi sangat panjang.

”Masyarakat Madura di mana saja pasti ada. Di Bandung ada yang dari Madura. Pertama ia menjual sate Madura dengan gerobak, tapi sekarang ia tidak menggunakan gerobak lagi. Ngapain dengan gerobak, wong gerobak itu sekarang sudah menjadi restoran,” ungkap Bapak Wardoyo yang tampak paling lucu dari sekian peserta Principal Mentoring.

Entah mengapa percakapan yang dimulai dari segelas kopi itu akhirnya mengarah pada perbincangan terorisme di Indonesia yang akhir-akhir ini melanda negara tercinta kita ini. Dalam hal ini yang paling banyak bercerita adalah HMBC Laqof. Ia masih keluarga dalem dari Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang. Ia banyak bercerita tentang Imam Samudra.

“Kalau Gus Mus—sapaan akrab KH Mustofa Bisri, pengasuh PP Raudlatut Thalibin, Rembang—untuk meredam doktrinnya (Imam Samudra) mudah sekali. Hanya dengan berkata ’Masak pantas mengucapkan takbir dengan melempar orang dengan batu’. Kalau kita amati makna itu kan, kita bisa sadar,” ucapnya.

Ia juga sedikit bercerita tentang diri Gus Mus terutama kelihaiannya dalam membaca potensi santrinya. Masih banyak pembicaraan yang masih belum terurai dalam tulisan ini. Namun inilah cerita yang paling berkesan pada diri saya.

Minggu, November 22, 2009

Berbagai Hiburan dan Kreativitas Santri Mengiringi Acara Principal Mentoring


Ach. Fannani Fudlaly R, PPA Lubangsa

Dalam rangka ikut memeriahkan acara Principal Mentoring yang diselenggarakan oleh PP Annuqayah bekerja sama dengan Sampoerna Foundation 18-19 November, bermacam kreativitas santri di lingkungan Annuqayah pun disajikan.

Pada hari pertama, hari Rabu (18/11), peserta Principal Mentoring dihibur dengan penampilan Hadrah Nurusshabirin oleh siswa Madrasah Aliyah 1 Annuqayah Putra. Tak kalah dengan santri putra, siswi Madrasah Aliyah 1 Annuqayah Putri (MA 1 A Pi) menampilkan tarian tradisional atau lebih dikenal dengan samman yang membuat para peserta, panitia, dan sebagian siswi yang menyaksikan bersorak ria.

Fahmi (20), misalnya, yang merasa bahwa penampilan yang ditampilkan sangat mengesankan, berkomentar, “Saya merasa kagum dengan penampilan-penampilan yang disuguhkan kepada peserta Principal Mentoring. Meskipun persiapannya belum begitu matang tapi mereka dapat menampilkan yang terbaik bagi para peserta,” ungkap bendahara panitia pelaksana Principal Mentoring tersebut.

Selain itu, peserta Principal Mentoring yang terdiri dari kepala-kepala sekolah dari berbagai kota di Indonesia itu juga diajak mengunjungi stand-stand yang memamerkan hasil kerajinan tangan berupa hasil daur ulang sampah plastik dan keterampilan siswi MA 1 A Pi serta beberapa media cetak berupa majalah atau buletin yang diterbitkan santri Annuqayah.

Hari berikutnya, Kamis (19/11), para peserta juga dihibur dengan beberapa penampilan, di antaranya adalah aksi siswa MA 1 A Pa berupa pertunjukan drama oleh Sanggar Kotemang dan Jam’iyah Nurusshabirin untuk kedua kalinya.
Pada sesi terakhir acara Principal Mentoring (penutupan) peserta diajak untuk bersenandung dengan alunan paduan suara oleh siswi MA 1 A Pi sekaligus pemberian kenang-kenangan kepada seluruh peserta Principal Mentoring dan Program Officer (PO) Sampoerna Foundation.

Sabtu, November 21, 2009

Annuqayah Jadi Tuan Rumah Principal Mentoring Sampoerna Foundation


Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa


Dalam kerangka Program Peningkatan Mutu Madrasah kerja sama dengan Sampoerna Foundation, Pondok Pesantren Annuqayah mengadakan acara Principal Mentoring yang dihelat selama dua hari (18-19/11) di aula MA 1 Annuqayah Putri.


Pembukaan acara ini dimulai pada pukul 08.00 WIB, Rabu 18 November dengan diformat dalam bentuk diskusi bertema “Pendidikan Pesantren di Tengah Sistem Pendidikan Nasional” dengan narasumber Darmaningtyas, pengamat pendidikan yang telah menerbitkan beberapa buku tentang dunia pendidikan.


Acara ini diikuti oleh 21 kepala sekolah yang bekerja sama dengan Sampoerna Foundation, termasuk Kepala MA 1 Annuqayah Putra dan Kepala MA 1 Annuqayah Putri. Kepala-kepala sekolah itu berasal dari berbagai kota di Indonesia, seperti Padang, Bukit Tinggi, Menado, Makasar, Bandung, Depok, Surabaya, dan sebagainya. Termasuk juga dari Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang.


Dalam sambutannya, Drs H Amir Ma’ruf selaku program officer MQIP Sampoerna Foundation sedikit menguraikan tentang bentuk pendidikan di pesantren dan membandingkan dengan pendidikan non-pesantren.


Setelah itu, acara dibuka oleh Dewan Pengasuh PP Annuqayah, Drs KH A Warits Ilyas. “Pertama kali yang akan saya sampaikan, selamat datang kepada seluruh peserta di PP Annuqayah ini,” ungkapnya sebelum membuka acara tersebut.


Ia juga menuturkan sedikit banyak tentang sejarah berdirinya Annuqayah. Hal itu menurut beliau agar para peserta tahu tentang perjalanan pendidikan di PP Annuqayah.


Setelah acara itu dibuka, Darmaningtyas, selaku narasumber pada saat itu membahas tentang perbandingan pendidikan non-pesantren dengan pendidikan pesantren, baik sekolah formal maupun non-formal. Ia menuturkan beberapa kelebihan pendidikan pesantren, seperti biayanya yang relatif murah, dan sebagainya.


“Pendidikan pesantren menjadi solusi alternatif dari mahalnya pendidikan nasional. Meski relatif murah, tetapi tidak murahan, karena mereka (guru) lebih mementingkan atau percaya kepada barokah kiai atau pesantren,” ungkap penulis alumnus Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta itu.

Sabtu, November 07, 2009

Asap Sampah Baddhungan Ganggu Warga Sekitar

Sumarwi, PPA Nirmala

Atas instruksi Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Nirmala, K.H. Moh. Afif Hasan, Rabu pagi (04/11) sekitar pukul 05.23 WIB puluhan santri Nirmala berbondong-bondong menuju tempat pembuangan sampah di Baddhungan, arah timur laut komplek Nirmala, untuk memadamkan api yang membakar sampah sejak 3 hari sebelumnya. Ketua pengurus Nirmala, Ali Makki, dan pengurus seksi keamanan, Mahmudi, tampak juga ikut menemani para santri. Para santri Nirmala membawa peralatan seadanya, seperti ember, timba, gayung, dan bahkan gelas untuk minum.

Untuk memadamkan api, santri mengambil air di kamar mandi pondok putri. Lokasi baddhungan agak jauh dari pondok Nirmala putra, sehingga kalau mengambil air ke putra terlalu lama untuk bisa sampai lagi ke lokasi. Selain itu, sebagian santri juga mencoba meminta ke Pondok Al-Qayyumi.

Setelah beberapa kali disirami, asap yang mengepul sedikit demi sedikit berkurang walaupun api tidak dapat dipadamkan seluruhnya karena api sudah mengakar ke dalam sehingga agak sulit dipadamkan.

Asap yang ditimbulkan dari pembakaran sampah ini sangat mengganggu warga sekitar dan sejumlah pengendara yang lewat di sekitar tempat pembuangan sampah di Baddhungan, seperti diakui oleh Habib, salah seorang mahasiswa STIK Annuqayah asal Bragung.

”Kalau lewat di situ harus hati-hati karena asapnya bau sekali dan menghambat jarak pandang pengendara,” ungkapnya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Khalilah, 30, salah seorang warga dekat baddhungan. Dia merasa sangat terganggu dengan asap sampah tersebut karena asapnya sangat bau sekali. Tidak diketahui secara pasti siapa yang membakar sampah tersebut. Menurut dia ada salah seorang santri yang membakar sampah tersebut sekitar 3 hari yang lalu.

”Kalau sampean para santri merasa terganggu dengan bau asap ini, kami lebih terganggu lagi,” kata Khalilah dengan nada kesal.

”Sejak lama saya sudah bilang kepada para santri ketika membuang sampah agar tidak membakarnya,” ujarnya dengan nada sewot.