Selasa, Juni 30, 2009

Ikhwanus Syubban al-Islamiyyin (ISI) Mengadakan Musyawarah Besar

Jamaluddin M Haz, PPA Lubangsa

Setelah meraih juara organisasi daerah terbaik ketiga, Ikhwanus Syubban al-Islamiyyin (ISI) kini melakukan pembenahan dari segala hal tentang keorganisasian. Salah satunya adalah melaksanakan musyawarah besar (Mubes). Sejak berdiri di tahun 1988, ISI hanya melaksanakan Mubes sebanyak tiga kali.
Mubes ini dilaksanakan selama dua hari satu malam, yang dimulai pada hari Sabtu (27/06/09) sampai hari Ahad malam senin (28/06/09) dan diakhiri dengan pemilihan ketua baru Ikhwanus Syubban al-Islamiyyin Masa Bakti 2009-2010.
Jauh hari sebelum Mubes ini dilaksanakan, seluruh panitia membentuk tim untuk keperluan acara ini, karena dalam Mubes ini ada beberapa hal yang dibahas berkenaan dengan keorganisasian, terutama dalam hal keadministrasian. Tim itu dibentuk untuk mencari rujukan dan bahan penguat dalam menetapkan segala aturan yang akan menjadi pengarah organisasi Ikhwanus Syubban al-Islamiyyin selama satu tahun ke depan.
Ada beberapa tim dalam kegiatan ini, salah satunya adalah tim badan hukum yang bertugas membuat anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) dan juga tim badan logistik yang bertugas mempersiapkan segala keperluan dalam pemilihan ketua umum nanti. Semua tim ini dibentuk demi kelancaran dan kesuksesan acara Mubes ini. “Kami membentuk tim ini demi kelancaran kegiatan, karena waktu yang kami miliki sangat sempit dan sebentar lagi Haflatul Imtihan akan dimulai. Jadi kami harus bekerja keras untuk mensukseskan acara ini,” ungkap Ahmad Rofi, Dewan Penasehat ISI.
Acara Mubes dimulai pada pukul 08.00 WIB yang diawali dengan acara pembukaan dan kemudian dilanjutkan dengan acara sidang pleno 1 yang membahas tentang tata tertib sidang penyampaian laporan pertanggung jawaban (LPJ) organisasi selama satu tahun.
Setelah pembahasan tatib sidang selesai, pelaporan LPJ selama satu tahun disampaikan oleh Zubairi Anas selaku ketua umum pada periode 2008-2009.
“Saya sangat bersyukur sekali, karena sudah sekian tahun kita tidak melaksanakan Mubes dan tidak pernah merevisi anggaran dasar dan aggaran rumah tangga (AD/ART) yang kita miliki selama ini,” ungkap Khalili, ketua panitia kegiatan tersebut. Dia juga mengharapkan agar anggota ISI dapat memaksimalkan kegiatan ini, karena musyawarah tahunan ini akan menentukan jalannya ISI selama satu tahun yang akan datang.
Ada beberapa sesi pembahasan pada Mubes ini. Sesi pertama membahas masalah LPJ selama satu tahun, sesi kedua membahas masalah penetapan anggaran dasar (AD) dan pada sesi berikutnya membahas tentang anggaran rumah tangga (ART). Bagian terakhir kegitan ini adalah pemilihan ketua baru ISI.
Pada hari Ahad (28/06/09), selama satu hari penuh, acara difokuskan pada persiapan pemilihan ketua baru yang akan dilaksanakan pada malam harinya. Seluruh anggota sidang dikejar oleh waktu dan mereka harus menyelesaikan pembahasan seluruh rancangan tatib pemilihan tersebut. “Kami harus menyelesaikan seluruh jadwal kegiatan yang sudah kita rencenakan selama kegiatan ini,” papar Salamun, salah satu peserta kegiatan Mubes ini.
Sekitar pukul 19.00 WIB pemilihan ketua baru dimulai. Seluruh anggota Ikhwanus Syubban al-Islamiyyin hadir untuk menyumbangkan suaranya dalam pemilihan ini. Mereka akan memilih yang terbaik menurut mereka masing-masing.
“Saya akan memilih ketua yang bisa membuat ISI menjadi organisasi besar, bukan hanya di lubangsa, tapi juga di masyarakat,” ungkap Safi’uddin salah satu anggota ISI yang masih kecil itu.
Pada pemilihan ini, seluruh anggota ISI merasa tegang, karena mereka akan memilih pemimpin yang akan mengerakkan organisasi ISI ke depan.
Setelah pemilihan dimulai, ada lima bakal calon yang akan dipilih menjadi calon ketua ISI, yaitu Ahmad Dhani, Jauhari, Fauzi, Kholis, dan Badrussoleh. Kelima calon ini akan bertarung untuk memperebutkan kursi calon jadi. Setelah pemilihan balon selesai, yang lolos menjadi calon adalah Ahmad Dhani, Jauhari, dan Fauzi.
Sebelum pemilihan calon jadi dimulai, mereka bertiga dimintai untuk menyampaikan visi dan misi mereka ke depan untuk kemajuan ISI dan mereka diminta satu per satu maju ke depan.
Setelah penyampaikan orasi selesai, maka pemilihan ketua dimulai dan yang tembus menjadi ketua umum Ikhwanus Syubban al-Islamiyyin adalah Jauhari dengan perolehan suara terbanyak, yaitu dua puluh empat suara.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh anggota yang telah memilih saya menjadi ketua umum ISI masa bakti 2009-2010. Saya akan berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan tugas keorganisasian ini dengan baik,” papar Jauhari dalam sambutannya.
Musyarawarah besar ini berakhir sekitar pukul 23.00 WIB.

Senin, Juni 29, 2009

Madaris 3 Annuqayah Adakan Soft-Launching Klub Astronomi


Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Madaris 3 Annuqayah memperkenalkan sebuah komunitas baru di lingkungannya, yaitu klub astronomi. Klub Astronomi ini diluncurkan pada Ahad malam (28/6) kemarin. Lahirnya klub tersebut diharapkan bisa memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada para siswi Madaris 3 Annuqayah mengenai alam semesta dan juga bisa melengkapi kegiatan Duta Lingkungan di SMA 3 Annuqayah pada khususnya, dan bermanfaat untuk Annuqayah pada umumnya.
“Jika sekarang Madaris 3 sudah mempunyai klub pencinta alam yang orientasinya pada lingkungan, kali ini kami meluncurkan klub yang akan menjelajah langit (Klub Astronomi),” ungkap M Mushthafa, guru SMA 3 Annuqayah saat mengantarkan acara pada malam itu.
Soft-launching Klub Astronomi tersebut ditempatkan di aula Madaris 3 Annuqayah yang diikuti oleh sekitar 60 lebih undangan, antara lain guru Madaris 3 Annuqayah, perwakilan guru Madrasah Annuqayah yang lain dari MI sampai SLTA, dan madrasah-madrasah sekitar Annuqayah (Guluk-Guluk, Ganding, Pragaan).
Sebagai penyaji pada kesempatan itu adalah Hendro Setyanto, Direktur Mobile Observatory Indonesia yang juga aktif di Observatorium Bosscha Bandung. Kehadiran Mas Hendro—begitu sapaan akrabnya—di Annuqayah adalah yang kedua kalinya.
“Saya dari Lamongan langsung ke sini. Maunya sampai di Surabaya saya akan lewat di jembatan Suramadu, tapi jalannya ditutup, terpaksa naik kapal dan itu menyita waktu yang banyak. Makanya saya datang terlambat,” jelasnya ketika acara baru dimulai pada pukul 20.38 WIB.
Pada kesempatan itu, Mas Hendro mengajak para undangan yang hadir bersama-sama mengelilingi jagad raya dengan menggunakan simulasi video yang ditampilkan melalui LCD proyektor. Ia menjelaskan banyak hal tentang astronomi, seperti tentang proses perbedaan pergantian siang dan malam di berbagai belahan bumi.
“Kita enak berada di garis khatulistiwa. Perbedaan siang dan malam relatif sama. Coba bandingkan di negara yang lebih dekat dengan daerah kutub; siang bisa lebih lama dari pada malam. Kalau kita berpuasa di sana, berbuka puasa itu sekaligus makan sahur, malamnya lebih sedikit,” tuturnya.
“Seperti yang diungkapkan oleh K.H. Hasyim Muzadi ketika beliau berada di Rusia, fiqih khatulistiwa tidak bisa diterapkan di sana. Waktu di sana tidak sama dengan yang ada di Indonesia. Nah! Bagaimana jika menentukan waktu shalat kalau mengacu pada fiqih khatulistiwa?” ungkapnya lagi.
Kemudian Mas Hendro lebih jauh lagi mengenalkan beberapa bagian dari astronomi, seperti astronomi dan astrologi, meteor dan mitos pengkabulan doa, serta komponen-kompunen yang membentuk antariksa secara umum dengan merujuk kepada ayat al-Qur’an, yang kesemuanya menimbulkan decak kagum atas kebesaran dan keagungan Sang Maha Pencipta. “Tata surya kita ini adalah sebagian kecil dari tata surya lain yang ada di angkasa,” tandasnya.
Setelah penyajian dan dialog selesai pada sekitar pukul 22.00 WIB, para undangan diajak langsung melihat bintang yang bertaburan di langit dengan menggunakan teropong Sky Watcher milik Klub Astronomi Madaris 3 Annuqayah. Di halaman SMA 3 Annuqayah itu, para undangan diajak bergantian melihat bintang-bintang di angkasa, berbagai rasi, termasuk planet Jupiter, sambil dijelaskan oleh Mas Hendro.
Meski Klub Astronomi itu sudah dibentuk, menurut K M Faizi, M.Hum, klub tersebut masih belum punya nama, dan penanggung jawab serta keanggotaannya juga masih belum jelas.
”Namanya masih belum resmi, ini hanya soft-launching saja dan penanggung jawabnya masih belum definitif, tapi kami sudah mengantongi pilihan nama klub ini, yaitu Andromeda. Penanggung jawabnya sudah diusulkan juga. Ada Bapak Naufan (MTs 3 Annuqayah), Bapak Saiful Bahri, Bapak Mahmudi, dan Ibu Bekti Utami (SMA 3 Annuqayah),” ungkap Direktur Madaris 3 Annuqayah itu. Menurut Kiai Faizi, peluncuran resminya mungkin akan dilaksanakan di awal tahun pelajaran nanti.

Agar Belajar Jadi Menyenangkan

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

Waktu itu (25/06), matahari sudah berada di atas kepala. Sungguh siang yang begitu menyengat. Panas. Adzan dhuhur terdengar dari Masjid Jamik Annuqayah. Dalam tiga ruangan di Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) Annuqayah Putri, para trainer (pelatih) dalam acara Subject Content Training (SCT) terdengar bersemangat sekali membimbing guru-guru Annuqayah bidang Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan Sosiologi.
Widiyanto, trainer Bahasa Inggris, sangat bersemangat menyampaikan materi bagaimana untuk menjadi guru yang profesional di bidangnya, mengingat banyak siswa yang tidak berminat terhadap pelajaran Bahasa Inggris. Bahkan bahasa Inggris menjadi ‘musuh’ bagi mereka (siswa).
Suaranya paling nyaring dari pada trainer yang lain. Pengucapan bahasa Inggrisnya fasih. Bahkan guru dari MAN 3 Malang itu tak segan mengajak para peserta bernyanyi dan bermain dalam bentuk Bahasa Inggris agar lebih enjoy.
“Saya di MAN 3 Malang menerapkan metode seperti yang telah Bapak lakukan. Jika para siswa ngantuk di kelas, saya ajak mereka belajar Bahasa Inggris di luar sambil berlari,” cetusnya ketika memperlihatkan video tentang metode pembelajaran yang ia terapkan.
Dalam penutupan SCT itu, ia menyampaikan pesan dan kesan selama tiga hari berada di lingkungan PP Annuqayah. Ia sangat bangga dengan sikap kekeluargaan yang terbangun di Annuqayah. Ia mengatakan, selama mengisi di berbagai daerah lain di Indonesia tidak pernah mendapatkan sambutan yang demikian hangat.
“Saya salut dengan sikap kekeluargaan di sini. Mau ke mana saja selalu diantar oleh santri. Bahkan tadi malam ketika teman saya beli sandal di toko yang katanya milik yayasan, dia diantar oleh santri,” tuturnya.
Ia juga mengungkapkan, setelah berkunjung ke Annuqayah, ternyata penafsirannnya terhadap masyarakat Madura salah. Dalam benaknya orang Madura itu kasar dan keras kepala. Ternyata ia dapat pelajaran berharga setelah tiga hari di Annuqayah.
”Ternyata selama ini saya salah. Ibu-ibu di sini lembut-lembut, tidak seperti image orang Madura yang katanya kasar-kasar,” ungkapnya saat menyampaikan pesan dan kesan selama berada di Annuqayah.

Minggu, Juni 28, 2009

Guru Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan Sosiologi Mengikuti Subject Content Training


Sumarwi, PPA Nirmala

GULUK-GULUK—Rabu hingga Jum’at (24-26/06) kemarin, Pondok Pesantren Annuqayah bekerja sama dengan Sampoerna Foundation (SF) menyelenggarakan kegiatan Subject Content Training (SCT), bertempat di Aula Madrasah Aliyah Keagamaan Putri. Kegiatan yang diikuti oleh 23 orang guru dari masing satuan-satuan pendidikan tingkat SLTA di lingkungan PP Annuqayah ini merupakan bagian dari Program Peningkatan Mutu Madrasah (Madrasah Quality Improvement Program). SCT merupakan pelatihan untuk pendalaman materi-materi pelajaran, yang dalam program ini difokuskan pada bidang studi yang di-UN-kan. Pelatihan kali ini khusus untuk bidang studi Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan Sosiologi.
Peserta SCT Bahasa Inggris berjumlah 11 orang, Bahasa Indonesia berjumlah 8 orang, dan Sosiologi ada 7 orang. Kegiatan yang ditutup Jum’at sore ini berjalan dengan lancar. Dalam acara penutupan Jum’at sore kemarin, hadir K. Alawi Thaha, Amir Ma'ruf dan tiga trainer, yakni Widiyanto (trainer Bahasa Inggris), Jamal (trainer Bahasa Indonesia), dan Mandrik (trainer Sosiologi).
Subaidi Mukhtar, salah seorang peserta, berkesempatan menyampaikan kesan-kesannya sebagai perwakilan dari semua peserta. Ia mengatakan bahwa waktu tiga hari terasa begitu cepat sekali dilewati dalam pelatihan ini. “Saya berharap banyak kepada para trainer untuk bersedia dihubungi jika kami menghadapi banyak problem,” ungkapnya. “Kami banyak mendapatkan sesuatu yang sangat berharga di sini,” tambahnya. Subaidi juga memohon maaf apabila banyak melakukan hal yang tidak seimbang, terutama dalam masalah keterlambatan hadir ke tempat acara.
“Saya belum mengalami sambutan seperti di Annuqayah ini. Ke mana-mana saya selalu diantar oleh santri,” tutur Widi ketika memberikan pesan dan kesan dalam acara penutupan.
“Selama ini saya salah. Citra yang muncul orang-orang Madura itu katanya kasar-kasar dan garang, ternyata tidak, malah Ibu-ibu di sini lembut-lembut,” ungkap pria yang punya suara paling nyaring ini. “Nambah Pak satu lagi!” celetuk salah seorang peserta, menanggapi hal itu. Pak Widi hanya tersenyum manis.
Pak Mandrik juga berkesempatan memberikan sambutan. Dia mengatakan bahwa rasa kekeluargaan dan motivasi amat kuat sekali di antara para peserta. “Walaupun semua guru yang ikut pelatihan ini tidak punya latar belakang materi Sosiologi, tapi para peserta di sini sangat bersemangat sekali. Saya sangat salut sekali,” ujarnya dengan bangga. Dia berharap agar pelatihan ini dapat menjadi penyemangat untuk semakin meningkatkan mutu pembelajaran.
Selanjutnya Pak Jamal memulai sambutannya dengan memberikan kesan. Dia mengatakan bahwa para peserta di sini sangat antusias sekali dan punya semangat yang tinggi. “Keinginan untuk maju besar dan kuat sekali,” tuturnya.
“Segera realisasikan keinginan kita untuk maju, lebih cepat lebih baik,” pesannya.
Yang paling menarik adalah prakata Amir Ma’ruf, perwakilan dari SF. Dia mengatakan bahwa dia adalah orang yang beriman, tapi sulit sekali untuk percaya. “Bila di tahun ajaran baru ini tidak ada perubahan yang signifikan itu artinya saya tidak beriman (percaya). Oleh sebab itu mari Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu di sini bantu saya untuk tetap menjadi orang yang beriman,” tuturnya sambil tertawa.
Di akhir acara K. Alawi Thaha menjanjikan kepada para peserta bahwa nanti akan diberi sertifikat. “Insya Allah nanti di pertengahan bulan Juli sertifikatnya akan keluar. Sertifikatnya berbahasa inggris,” tuturnya.

MI 3 Annuqayah Menggelar Lepas Pisah


Muhammad-Affan, PPA Al-Furqaan

Pada hari sabtu, 27 Juni 2009, MI 3 Annuqayah menggelar lepas pisah. Acara ini dilaksanakan di Aula Madaris III dan dihadiri oleh para guru MI, undangan perwakilan masing-masing lembaga satuan pendidikan di lingkungan Madaris III Annuqayah, serta seluruh siswi MI 3 Annuqayah.
Dalam sambutannya, Kepala Sekolah MI 3 Annuqayah, Bapak H. Mahfud Manaf, A.Ma, menyayangkan beberapa siswi yang kurang aktif terutama dalam kegiatan ekstra di MI 3 Annuqayah. “Tahun ini MI 3 Annuqayah memiliki banyak kegiatan ekstra, seperti Sanggar Pelangi, Kursus Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Matematika, dan lain-lain. Tapi kenapa koq masih ada yang tidak ikut ya…” katanya, dengan nada bertanya. “Padahal, semua kegiatan ini dilaksanakan secara gratis, tanpa uang pendaftaran, khusus untuk anak-anakku MI 3 Annuqayah. Tapi saya memaklumi. Mungkin mereka terbentur dengan kegiatan pondok. Tahun depan MI 3 Annuqayah akan mengatur jadwal, sehingga siswi-siswi MI 3 Annuqayah, khususnya yang kelas VI, bisa mengikuti kegiatan ekstra dengan maksimal,” lanjutnya.
Zahratun Ni’am, atau yang biasa dipanggil Zaza, sekaligus yang dipercaya untuk menjadi ketua panitia lepas pisah saat ini, merasa sangat menikmati dengan acara Lepas Pisah MI tahun ini. “Acara lepas pisah tahun ini asyik. Kami dan teman-teman didampingi mbak-mbak panitia bekerja sendiri untuk menyiapkan acara ini. Mulai dari pengetikan surat, konsumsi, persiapan ruangan, sampai menghubungi narasumber," katanya.
Acara lepas pisah ditutup dengan rangkaian penampilan siswi-siswi MI 3 Annuqayah.


Berita ini dikutip dari blog Madaris 3 Annuqayah.

Jumat, Juni 26, 2009

Melihat Kesibukan Panitia Siska ’09 MTs 1 Annuqayah Putra

Fazabina Al-Aliem, PPA Latee

Di tengah asyiknya sebagian siswa kelas IX berlibur, Panitia Siska ’09 MTs 1 Annuqayah Putra malah sebaliknya. Mereka harus menyiapkan acara lepas pisah yang akan dilaksanakan pada Sabtu, 27 Juni 2009.
Yang terlihat paling sibuk dalam acara ini adalah seksi Kesekretariatan dan seksi Memory Book. Mereka harus berlama-lama di depan komputer untuk melengkapi surat-surat, blanko memory book, dan kebutuhan administrasi lainnya.
Memory Book yang sekarang memang lebih banyak memeras keringat dari pada memory tahun-tahun sebelumnya. Panitia harus mengambil foto semua siswa kelas IX dan harus pergi ke rumah masing-masing guru untuk membagikan undangan dan mengambil fotonya.
“Kesibukan ini merupakan tuntutan tugas kami, demi kualitas Memory Book yang lebih bagus. Karena memory yang sekarang akan disajikan dengan full colour,” ujar Faza Bina Al Aliem, Koordinator Memory Book Siska ’09.
Akan tetapi, di tengah perjalanan dalam proses pembuatan Memory Book tersebut, panitia mendapat masalah. “Memory yang diharapkan tampil dengan full colour ternyata hanya tinggal mimpi belaka. Itu karena flash disk yang menyimpan foto-foto siswa tidak bisa dibuka alias kena virus. Ya, terpaksa panitia mengganti dengan foto hitam putih sisa dari persyaratan ijazah,” tambahnya lagi.
Namun seluruh panitia merasa optimis acara akan sukses sampai malam puncak nanti.

Persiapan Perpus Annuqayah Menyambut Kunjungan Perpus PP Banyuanyar Pamekasan

Moh. Wahidi Hamka, PPA Lubangsa

Perpustakaan PP. Annuqayah mengadakan rapat hari Senin kemarin (22/06), dengan agenda seputar persiapan kunjungan atau studi banding Perpustakaan Banyuanyar Pamekasan yang akan berkunjung pada Jum’at ini (26/6) ke Puspa (Perpustakaan Annuqayah). Rapat dimulai pada pukul 14.30 WIB yang dipimpin oleh ketua Perpustakaan Annuqayah, Syamsuni Al-Busyro, yang saat ini masih nyantri di PP. Annuqayah Lubangsa Selatan. Rapat berakhir pada pukul 15.00 WIB.
Pada kesempatan itu, syamsuni menyampaikan surat yang telah diterimanya dari Pengurus Perpustakaan PP. Banyuanyar Pamekasan satu minggu sebelumnya. “Apakah penerimaan kunjungan dari Perpustakaan PP. Banyuanyar akan kita letakkan di sini atau di tempat (perpustakaan) yang lain ?” tandasnya.
Pertanyaan di atas terlontar dengan mempertimbangkan kondisi perpustakaan saat ini yang tak layak disebut sebagai perpustakaan. Ruangannya kumuh, lantai kotor, genting bocor, kondisi pustaka yang ada (stok buku), tidak tersedianya komputer, sampai pada arsip yang tidak sempurna.
Namun, seluruh peserta rapat menyepakati bahwa kunjungan tersebut harus diletakkan di tempat yang terletak di sebelah Masjid Jamik Annuqayah itu. Meskipun fasilitas kurang memadai, pengurus harus mengambil risiko yaitu memperlihatkan bahwa itulah perpustakaan Annuqayah yang sebenarnya.
Pada rapat tersebut ada beberapa poin keputusan yang dihasilkan. Pertama, pengurus akan menyewa tikar. Lantai keramik hitam yang tidak bagus menjadi alasan para pengurus perpus. Kedua, akan membuat cindera mata yang akan diberikan kepada Perpus Banyuanyar. Ketiga, menyiapkan kue untuk mereka.
Salam seorang pengurus mengusulkan catatan untuk poin pertama dan ketiga di atas. “Melihat kondisi keuangan perpus yang minim maka selayaknya dan sepantasnya pembelian kue dan cindera mata harus ditanggung Perpustakaan Banyuanyar dan harus segera konfirmasi ke sana,” ungkapnya. Usulan tersebut disepakati dan disetujui seluruh peserta rapat yang hadir yang berjumlah lima orang, yakni Syamsuni, Moh. Wahidi, Fayad, Imam Hadi Prihatmanto, dan Yondri Akbar.
Selain itu, ketua Perpus menyinggung soal bazar pada Haflah/Imtihan (HIMA) yang akan dibuka pada tanggal 28 Juni mendatang, yang memang sudah menjadi kebiasaan setiap tahun. Pengurus akhirnya menyepakati bahwa Perpus akan membuka stan dan hal teknis lainnya masih menunggu rapat lanjutan.

Kamis, Juni 25, 2009

Tak Ikut Pengajian, Tak Mau Ilmu Barokah

Fazabina Al-Aliem, PPA. Latee

Beberapa hari terakhir, PP. Annuqayah padat dengan beragam kegiatan. Kegiatan ini tiada lain dimaksudkan untuk menyiasati aktivitas santri yang sedang libur sekolah agar tidak pulang ke rumah mereka masing-masing.
Di PPA Latee, misalnya, pengurus mewajibkan santrinya untuk mengikuti pengajian kitab kuning. Pengajian ini bertempat di Mushalla PPA Latee setiap usai jamaah Isya’ dengan kitab Ta’lim al- Muta’allim karya Imam Az-Zarnuji. Pengajian kitab ini dibacakan langsung oleh salah satu alumnus PPA Latee, Ustadz Ainul Fadal Romli.
“Bagi seluruh santri yang mengikuti pengajian ini, akan saya doakan semoga Allah menjadikan ilmunya barokah dan bermanfaat. Bagi santri yang tidak ikut, saya tidak mau tahu,” demikian disampaikan oleh Pengasuh PPA Latee, K.H. Ahmad Basyir AS.
Menindaklanjuti himbauan tersebut, jajaran pengurus PPA. Latee mewajibkan seluruh santri, baik siswa maupun mahasiswa, untuk mengaji kitab.

Rabu, Juni 24, 2009

Pengajian Kitab al-Kasyfu wa al-Tabyin Diganti Nasha'ihul 'Ibad

Fandrik HS Putra, PPA Lubangsa

Seiring khatamnya pengajian kitab al-Kasyfu wa al-Tabyin karya Imam Al-Ghazali, yang dibimbing oleh Ustadz Muhammad Ali, S.Pd.I, Ahad malam (21/06), Pengurus Seksi Pendidikan, Pengajaran, dan Pengembangan Keilmuan (P2PK) PPA Lubangsa mengganti pengajian kitab tersebut dengan kitab Nasha’ihul 'Ibad.
Pengajian kitab Nasha’ihul 'Ibad yang biasanya dilaksanakan pada Senin sore itu ditambah waktunya, yaitu setiap malam setelah jamaah shalat Isya’. Hal itu untuk mengefektifkan jam belajar. Sebab, santri saat ini sedang dalam masa libur pasca ujian semester gasal sekolah formal.
“Hal itu untuk mengisi jam belajar agar lebih bermanfaat. Sebab, sekarang 'kan para siswa sudah melaksanakan ujian semester gasal dan sedang libur sekolah. Jadi, kami berfikir sebagian besar dari mereka (santri, Red.) tidak akan menggunakan jam belajar dengan baik. Lebih baik digunakan untuk hal lain yang lebih berguna,” papar Rohanna Misrali, koordinator pengurus divisi P2PK.
Salah satu alasan mengapa pengajian kitab itu ditambah waktunya adalah karena ustadz Rofiq Suja’, pembimbing pengajian kitab tersebut, ingin mengakhiri pengabdiannya di PPA Lubangsa Selatan (berhenti mondok). Maka, untuk lebih cepat mengkhatamkan kitab tersebut, dimanfaatkanlah waktu jam belajar untuk mengaji kitab karya Imam Nawawi Al-Jawi itu.
Seperti yang dikatakan ustadz Rofiq Suja’ di sela-sela pengajian kitab, dalam waktu dekat ia akan meninggalkan pesantren tercintanya, PP Annuqayah. Tanggungjawabnya sebagai pembimbing pengajian kitab itu masih banyak, mengingat pengajian kitab Nasha’ihul 'Ibad masih sampai di halaman 20 dari 80 halaman.
“Maafkan saya jika dalam waktu dekat ini tidak bisa menuntaskan pengajian kitab yang saya bimbing. Sekarang, saya hanya punya waktu sedikit di pesantren ini. Jadi harus sabar jika saya ngebut dan menaikkan pengajian lebih banyak, tidak seperti biasanya,” tutur ustadz dari PPA Lubangsa Selatan itu kepada para santri PPA Lubangsa di Masjid Jamik Annuqayah.
Ustadz Rofiq Suja’ adalah salah satu ustadz yang membimbing pengajian kitab pada waktu sore. Selain beliau, ada ustadz Aziz Baidawi, pembimbing kitab Bahjatul Wasail pada Sabtu sore, ustadz Muhammad Ali, S.Pd.I, pembimbing kitab al-Kasfu wa al-Tabyin yang baru khatam, mendapatkan bagian pada Ahad sore, dan K Alawi, pembimbing kitab Fathul Mu’in pada Rabu sore.

Selasa, Juni 23, 2009

Pengajian "al-Kasyfu wa al-Tabyin" Sudah Khatam

Ach. Fannani Fudlaly R, PPA Lubangsa

Pengurus Seksi pendidikan, pengajaran dan pengembangan keilmuan PP Annuqayah Daerah Lubangsa Sabtu (20/6) kemarin telah selesai merealisasikan salah satu kegiatan tambahannya, yaitu pengajian kitab al-Kasyfu wa al-Tabyin yang membahas tentang ilmu tasawuf yang dibimbing langsung oleh Ustadz Muhammad Ali, S.Pd.I. Pengajian ini dilaksanakan dalam rangka mengisi waktu kosong setelah usainya kegiatan belajar mengajar (KBM) baik Madrasah Diniyah Baramij al-Tarbiyah wa al-Ta’lim yang ada di Lubangsa maupun sekolah formal lainnya. Pengajian ini dilaksanakan setiap selesai shalat Isya’ (jam belajar) bertempat di Masjid Jamik Annuqayah.
“Saya senang sekali dengan adanya pengajian ini, karena selain menambah ilmu dan wawasan dalam bidang tasawuf, juga bisa mengkhatamkan kitab kuning. Apalagi sekarang waktu kosong. Jadi tidak ada salahnya jika digunakan untuk mengaji. Toh santri pada jam belajar tidak akan belajar juga, kan sudah selesai ujian,” tutur wildan, salah satu santri Lubangsa. Selain itu, dalam waktu dekat Ustadz Muhammad Ali, S.Pd.I akan mengakhiri pengabdiannya (berhenti) dari PPA Lubangsa. Jadi beliau menyelesaikan tugasnya sebagai pembimbing kitab al-Kasyfu wa al-Tabyin.
Komentar lainnya disampaikan oleh Bapak Imam Ar., salah satu pengurus pesantren yang juga memberi respons positif akan terlaksananya pengajian tersebut. “Saya sangat setuju sekali dengan adanya pengajian ini karena dapat mengisi waktu kosong santri yang sebentar lagi akan menghadapi tahun ajaran baru, setelah beberapa waktu lalu menghadapi ujian semester genap,” jelasnya.
Beliau juga menilai dengan adanya pengajian tersebut santri akan bertambah wawasannya dari segi ilmu tasawuf dan dalam menjalin hubungan dengan Sang Khaliq. Apalagi saat sekarang orang (santri) mulai enggan untuk mempelajari kitab-kitab tasawuf yang itu sangat penting baginya. “Yang namanya pengajian kitab kuning di pesantren adalah hal yang wajar. Tapi ketika santri sudah mengkhatamkan kitab, apalagi yang membahas tentang tasawuf, maka mau tidak mau santri akan bertambah wawasannya dalam bidang tersebut,” tambahnya sambil tersenyum.
Dan selain itu, diharapkan ilmu yang didapat bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dengan sesama santri di pesantren maupun di tengah-tengah masyarakat nantinya setelah berhenti dari pesantren.

Senin, Juni 22, 2009

Rombongan Tur Religi dan Sejarah MA 1 Annuqayah Putra Diberangkatkan

Jamaluddin M Haz, PPA Lubangsa

Tur Religi dan Sejarah yang sudah sejak dua bulan yang lalu diagendakan oleh pengurus OSIS MA 1 Annuqayah Putra akhirnya pada Kamis (18/6) kemarin dilaksanakan pelepasan dan pemberangkatannya. Peserta tur berjumlah 55 orang. Pelepasan dilakukan oleh Kepala MA 1 Annuqayah Putra, K. Muhammad Ali Fikri, S.Ag.
“Saya harap seluruh peserta Tur Religi dan Sejarah bisa tertib ketika sampai pada tujuan dan yang paling penting adalah jangan sampai merusak nama baik almamater kita, khususnya MA 1 Annuqayah Putra,” ungkap beliau dalam acara pelepasan. Beliau juga menambahkan agar kegiatan yang dilaksanakan selama ini dievaluasi, agar dapat diketahui kekurangan dan kelebihannya.
Pemberangkatan tur ini tepatnya pada pukul 12.30 WIB dengan menggunakan bis pariwisata. Tarif kegitan tur ini terbilang cukup murah yaitu tiga ratus ribu per orang, sehingga banyak anak yang berminat untuk mengikuti kegiatan ini.
Sebelum acara pelepasan dilaksanakan, sekitar pukul 09.00 WIB seluruh panitia dan peserta melakukan gladi bersih untuk mempersiapkan keberangkatan mereka menuju tiga puluh tempat yang akan dituju pada Tur Religi dan Sejarah ini. Gladi bersih ini bertujuan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang di butuhkan selama perjalanan nanti.
Tur Religi ini akan dilaksanakan selama enam hari dan tujuh malam. Tujuan yang akan dikunjungi pertama kali adalah sembilan wali yang menjadi tempat prioritas pada kegiatan ini dan dua puluh satu tempat wisata.
Pada kegiatan tur ini seluruh peserta didampingi oleh dua guru MA 1 Annuqayah Putra, yaitu Bapak Sarbini sebagai pembimbing dalam materi Sejarah, dan Bapak Nasiri sebagai guru pembimbing dalam hal kerohanian. Dua guru ini memang diutus langsung oleh MA 1 Annuqayah untuk mendampingi seluruh anggota selama berlangsungnya kegiatan ini.
“Saya sangat beruntung bisa mendampingi anak-anak mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan bisa mengajari mereka tentang banyak hal yang berkenaan dengan tempat itu,” ungkap Bapak Nasiri selaku guru pembimbing dalam kegiatan ini. Beliau berharap agar kegiatan ini bukan hanya dijadikan ajang untuk wisata saja, akan tetapi dijadikan media belajar.
Para peserta tur merasa sangat bahagia mengikuti kegiatan ini, karena akan ada banyak tempat yang akan dikunjungi. “Saya senang sekali mengikuti kegiatan ini, karena tempat yang akan dikunjungi bukan hanya sembilan wali saja, melainkan masih ada dua puluh satu tempat wisata yang akan kita jelajahi,” tutur Ainul Mubarak, salah satu peserta tur.

Pramuka Annuqayah Terfavorit

Fendi Pranata Wijaya, Siswa PP Annuqayah Guluk-Guluk, Sumenep

Buat pramuka Pondok Pesantren Annuqayah, bukan hal asing berlaga di berbagai even, baik di tingkat provinsi, nasional, maupun internasional. Walaupun pramuka hanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah kami, tak jarang pula prestasi selalu diraih. Prestasi itu bukanlah target pramuka AQ (Pramuka Annuqayah). Visi pramuka AQ bukan untuk menang, tapi pengabdian, sehingga pramuka AQ mempunyai komitmen “kami bukanlah pramuka yang terbaik, tapi kami adalah pramuka yang terlatih”. Tetapi entah karena apa dalam setiap kali berlomba, prestasi rasanya tak pernah terlewati. Misalnya mengikuti lomba Gelanggang Galang 2009 pada 24-25 Mei 2009 di Unair, pramuka AQ bergugus depan 0761 meraih prestasi tinggi, yaitu juara 1. Regu Linx Zoo adalah regu yang menjadi pilihan teman-teman untuk berlaga di Gelanggang Galang dengan nama pangkalan MTs 1 Annuqayah. Dengan jerih payah teman-teman, akhirnya kami juga dinobatkan sebagai juara favorit.

Semangat sempat kendur
Kami latihan setiap hari, siang dan malam. Namun semangat tampak kendur, terlihat tidak tampak disiplin waktu. Teman-teman selalu lambat latihan, tidak seperti latihan-latihan sebelumnya. Mungkin karena setelah batal tampil pada lomba kegiatan prestasi di Blitar. Akhirnya kami rapat. Memang benar faktornya adalah kecewa tidak diutus ke lomba giat prestasi di Blitar. Tapi kami tetap semangat mengikuti lomba Gelanggang Galang.
Kami salut pada teman-teman Regu Linx Zoo. Latihan tiap hari, tiap malam selama satu minggu terus. Kami semua tetap semangat untuk berlatih. Dengan waktu yang cukup mepet kami pergunakan untuk latihan semaksimal mungkin dan sekuat tenaga.
Pengabdian yang tulus untuk menjunjung tinggi Pondok Pesantren Annuqayah bukanlah main-main. Semangat perjuangan tak pernah luntur walau banyak sekali rintangan yang harus dilewati baik dari segi ekonomi yang harus mereka tanggung sendiri seperti soal transportasi, pendaftaran, hingga kepentingan lomba yang harus mereka ikuti.
Tapi perjuangan dan semangat yang terus membara dari teman-teman membuat kami terkesima dan merasa tidak tega saat mereka harus diceramahi karena tidak kompak atau kesalahan saat mereka pergi gerbat (gerakan batin) setelah latihan. Tapi pengabdian pada Pondok Pesantren tercinta Annuqayah, tak pernah takut untuk mengikuti lomba.
Sebelum berangkat ke Unair Surabaya, kami pamit ke masyaikh Annuqayah tepatnya pada hari Jum’at setelah shalat Ashar. Kami mendapat tausiyah dari masyaikh tentang kedekatan kita pada Tuhan. Beliau mengatakan,”Jangan sampai kita lupa pada Tuhan dan jangan sampai kita lalai untuk melaksanakan kewajibannya.”

Lomba-lomba
Adapun macam-macam lomba di Gelanggang Galang 2009 adalah LCT (lomba cerdas tangkas) perkusi, yel-yel, pioneering, pergelaran budaya, hasta karya, karikatur, kerapian tenda. Di lomba LCT kami sukses masuk ke babak final bersama anak-anak Blitar. Kami harus berbanggga karena persiapan yang cukup mepet ini ternyata masih bisa kami gunakan semaksimal mungkin sehungga kami dapat masuk ke babak final.
Dalam lomba yel-yel kami mendapar nomor urut 1 sehingga mau tidak mau kami harus tampil duluan walau sejatinya kami belum siap. Alhamdulillah kami bisa tampil maksimal dan mendapat tepuk tangan yang meriah, baik dari penonton maupun kakak-kakak panitia.
Di pioneering, kami merasa kebingungan karena kami menggunakan kaki tiga kami harus bisa membuat pioneering dengan menggunakan 15 buah tongkat. Tapi kami punya ide untuk membuat bentuk demonstar, yang kami temukan saat kami bermain game di komputer. Setelah kami coba ternyata pas 15 buah. Kamipun bisa mengatasinya dengan baik.
Di lomba karikatur dan hasta karya kami juga mendapat nilai yang memuaskan. Sedangkan pagelaran budaya, kami menampilkan budaya kami sendiri yang dalam bahasa Madura dikenal dengan sape sono’ tidak disangka penampilan kami bisa dibilang bagus. Soalnya kami dapat peringkat kedua.
Lomba terakhir adalah lomba perkusi. Kami dapat nomor urut terakhir sehingga banyak yang bilang regu yang tampil terakhir akan kurang bersemangat. Tapi untuk Regu Linx Zoo, hal itu tidak berlaku. Inilah kesempatan kami untuk tampil maksimal. Tanpa disangka-sangka ada permintaan dari kakak panitia untuk tampil kedua kalinya dalam acara perayaan ulang tahun kakak anggi.
Nah, akhirnya pramuka MTs 1 Annuqayah meraih juara terfaforit untuk kategori putra. Semua itu tidak lepas dari doa para masyaikh dan jerih payah teman-teman semua, kakak pembina, panitia, serta teman SMPN Wringin Anom Gresik.


Tulisan ini dikutip dari "Forum Muda" Kompas edisi Jawa Timur, Sabtu, 20 Juni 2009

Minggu, Juni 21, 2009

Penutupan Aktivitas Orda di Lubangsa

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

Menjelang akhir masa jabatan kepengurusan PPA Lubangsa periode 2008-2009, beberapa kegiatan yang berada di bawah naungan Lubangsa satu persatu mulai ditutup. Setelah Madrasah Diniah Baramij At-Tarbiyah Wa Al-Ta’lim mengadakan Haflah Diniyah, Ahad (14/06) yang lalu, giliran pengurus Penerangan dan Pengembangan Organisasi (P2O) menutup semua aktivitas Organisasi Daerah (Orda).
Penutupan aktivitas Orda tersebut dibentuk dengan format acara diskusi seputar keorganisasian. ”Pada momentum yang terakhir ini, saya ingin memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai keorganisasian kepada para santri, agar pada perkembangan selanjutnya ada bekal yang dimiliki oleh kadernya,” ungkap Noval, salah satu pengurus P2O Lubangsa.
Acara yang ditempatkan di Masjid Jamik Annuqayah bagian dalam tersebut menghadirkan penyaji dari PPA Kusuma Bangsa yaitu Kiai Mohammad Hosnan A Nafi’. Acara ini ditempatkan di Masjid Jamik karena ruangan kelas MTs dan MA yang biasa digunakan oleh beberapa organisasi di Lubangsa dalam melakukan beberapa kegiatan masih dipakai untuk ujian semester genap.
“Ditempatkan di sini bukan ingin lebih irit, mudah dan sederhana atau yang lainnya. Tapi, karena madrasah sekarang sedang melangsungkan ujian semester genap. Lagi pula saya dan seluruh ketua Orda yang lain tidak ingin mengganggu aktivitas jam belajar di Lubangsa,” ungkap Umar Faruq, ketua Orda IKSAJ (Ikatan Santri Annuqayah Jawa) yang menjabat sebagai sekretaris pada kesempatan itu.
Ketika ditanya tentang pengalamannya menjabat ketua Organisasi Daerah selama satu periode, ia mengaku tak bisa mengungkapkan berbagai pengalaman berharga, terlalu banyak untuk disebutkan. Tapi, satu yang sangat ia rasakan, jiwa leadership dalam dirinya semakin matang.
“Beda ketika saya masih menjadi anggota atau pengurus di IKSAJ. Pengembangannya sangat lambat. Tidak seperti saat menjadi ketua dan mungkin tahun inilah kontribusi besar saya kepada IKSAJ,” tuturnya.

Sabtu, Juni 20, 2009

Lubangsa Menyongsong HIMA

Ach. Fannani Fudlaly R, PPA Lubangsa

Menyambut datangnya Haflatul Imtihan Madrasah Annuqayah (HIMA), Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa sudah mulai membenahi diri dari segi fisik. Fasilitas-fasilitas pesantren mulai diperbaiki, seperti yang dilakukan oleh pengurus sarana dan prasarana (PSP), sejak kemarin Rabu (10/6) yang lalu. Beberapa perbaikan berupa pengapuran bangunan-bangunan yang dindingnya agak berwarna kehitam-hitaman dan berlumut dilakukan. Tujuannya tak lain untuk menyongsong datangnya HIMA 2009.
“Selain untuk memperindah Lubangsa, hal ini juga bertujuan untuk menyambut datangnya HIMA. Pada saat HIMA pasti akan ada banyak wali santri yang memondokkan anaknya ke pondok ini. Ya, agar tidak terkesan jorok,” tandas Hasyim salah satu pengurus PSP Lubangsa.
Warga blok A/03 Lubangsa, yang mayoritas penghuninya adalah orang Gapura, sejak selesainya ujian semester genap kemarin mulai merapikan kamarnya. “Ini adalah salah satu wujud rasa cinta kita terhadap Annuqayah yang sebentar lagi akan menghadapi HIMA, yang pasti akan banyak tamu tentunya,” jelas Rahmat Mz., ketua bilik A/03 asal Gapura.
Hal senada juga disampaikan oleh Imam Abdurrahman, salah satu pengurus di Lubangsa. “Saya sangat setuju dengan kesadaran santri yang sangat antusias merapikan kamarnya agar tampak indah dilihat. Apalagi sekarang ini kita akan menghadapi yang namanya HIMA,” ujarnya. Diharapkan setelah tuntasnya pekerjaan tersebut santri juga sadar akan pentingnya kebersihan.

Rabu, Juni 17, 2009

Lepas Pisah Siswa Kelas Akhir SLTA Annuqayah


Ahmad Al Matin, PPA Latee

GULUK-GULUK—Selasa pagi (16/6) pengurus PPA Annuqayah mengadakan acara Lepas Pisah Siswa-Siswi Kelas Akhir SLTA Annuqayah. Acara tersebut dilaksanakan di Aula As-Syaraqawi PP Annuqayah.
Menurut K. Alawi Thaha, Ketua IV Pengurus PP Annuqayah yang menjadi penanggung jawab acara tersebut menuturkan bahwa acara tersebut dilaksanakan untuk mempersatukan seluruh siswa-siswi SLTA se-Annuqayah sekaligus untuk mempererat rasa persaudaraan. “Annuqayah itu satu. Jadi, tak ada perbedaan, persaudaraan pun harus dipererat,” tuturnya.
Acara yang dihelat sesederhana dan sesakral mungkin tersebut diisi dengan pembacaan ayat-ayat Al Quran, sambutan ketua pengurus PPA, tausiyah dari Pengasuh, istighasah yang kemudian diakhiri dengan salam sungkem siswa-siswi kepada seluruh jajaran pengasuh dan dewan guru.
Dalam sambutannya, ketua Pengurus PP Annuqayah, K. A. Hanif Hasan menyampaikan agar semua siswa-siswi yang telah lulus UN untuk tidak terlalu bergembira dan berbangga karena menurut beliau masih ada ujian yang lebih berat lagi. “Ujian tersebut adalah UAS, yaitu ujian amaliah sehari-hari. Dalam ujian inilah banyak yang tidak lulus karena ujian ini tidak hanya mengandalkan kepintaran saja tapi juga mengandalkan akhlaq, kesabaran dan ketabahan,” kata K. Hanif.
Tak jauh berbeda dengan pendapat K. Hanif, Ketua Dewan Pengasuh PP Annuqayah, K. Ahmad Basyir AS dalam tausiyah yang diberikan pada seluruh siswa-siswi. Beliau menjelaskan meskipun dalam UN para siswa berhasil lulus dengan nilai yang bagus, belum tentu saat terjun di dalam kehidupan masyarakat, saat menyebarkan ilmu-ilmu Allah juga akan berhasil tanpa didasari dengan akhlaq yang baik dan kesabaran. “Karena aklaq merupakan hal yang paling penting dan kunci untuk meraih kesuksesan dalam menyebarkan ilmu-ilmu Allah,” papar beliau.
Acara yang bermotto “Sederhana dan Sakral” ini dihadir oleh 576 siswa dan siswi dari seluruh SLTA PP Annuqayah.
Melihat jumlah siswa yang hadir 90 % dari jumlah, Syamsul Arifin, selaku ketua panitia acara tersebut merasa gembira pasalnya dia merasa kerja keras selama satu bulan tidak sia-sia. “Jumlah ini (siswa-siswi yang hadir,Red) merupakan bayaran yang setimpal atas kerja keras panitia,” ungkapnya. Lulusan MA 1 Annuqayah tahun 2009 ini juga mengharap agar semua siswa-siswi untuk tidak melupakan Annuqayah. “Karena Annuqayah sudah sangat banyak jasanya bagi teman-teman. Jadi, saya harap jangan pernah lupakan Annuqayah,” lanjutnya.

Jumat, Juni 12, 2009

Lubangsa Adakan Lomba Keadministrasian Organisasi Daerah


Jamaluddin M. Haz, PPA Lubangsa

Menjelang akhir jabatan, pengurus seksi Penerangan dan Pembinaan Organisasi (P2O) mengadakan Lomba Kelengkapan Administrasi pada Senin (08/06) kemarin. Lomba ini bertempat di Masjid Jamik Annuqayah Lantai 2.
Lomba yang diikuti oleh seluruh Organisasi Daerah (Orda) ini sudah menjadi kebiasaan setiap tahunnya. Acara tersebut bertujuan melihat seberapa jauh perkembangan dan kemajuan organisasi yang ada di PPA Lubangsa dalam hal keadministrasian.
“Lomba ini juga sebagai bentuk evaluasi terhadap seluruh kegiatan yang selama ini telah berjalan,” ungkap Imam Abdurrahman, Koordinator Seksi P2O. Beliau juga berharap kepada seluruh peserta lomba agar menggunakan kesempatan ini untuk memperbaiki persoalan keadministrasian Ordanya masing-masing. Sehingga, hasil evaluasi ini nantinya bisa bermakna untuk kemajuan orda-orda di PPA Lubangsa ke depan.
Kegiatan ini dimulai usai shalat jama’ah Isya’ atau sekitar pukul 07:30 WIB. dan berakhir pada pukul 11:30 WIB.
Sebelum lomba dimulai, seluruh peserta diminta menghadap panitia untuk mengambil nomor undi. Pengurutan nomor dengan undian dimaksudkan untuk mengantisipasi peserta lomba agar tidak berebutan dalam pelaksanaannya.
Ada dua orang yang ditunjuk sebagai juri dalam lomba ini, yaitu Moh. Ali Wafa dan Ready Sahen. Mereka duduk di tempat yang berbeda-beda sambil memegang materi keadministrasian yang akan disoalkan kepada seluruh anggota lomba.
“Kami dari organisasi Ikhwanussubban Al-Islamiyyin (ISI) merasa sangat beruntung bisa mengikuti lomba ini. Sebab, kami bisa memperdalam ilmu dalam hal keadministrasian. Kami juga bisa memperbaiki organisasi kami yang selama ini masih belum jelas,” ungkap Zubairi Anas, Ketua Umum ISI.
Seluruh peserta lomba terlihat sangat antusias mengikuti ajang ini. Terbukti, mereka rela menunggu berjam-jam untuk menunjukkan kondisi administrasi organisasi masing-masing kepada dewan juri untuk dinilai.
Ada beberapa kriteria penilaian dalam lomba ini, salah satunya adalah kelengkapan Buku Notula Rapat, Buku Jurnal Umum, Buku Inventaris dan lainnya.

Kamis, Juni 11, 2009

Haflah Madrasah Diniyah Lubangsa, Santri Banjiri Halaman Masjid


Jamaluddin M. Haz, PPA Lubangsa

Senin malam (08/06) Madrasah Diniyah PPA Lubangsa melaksanakan haflah dengan meriah. Para santri membanjiri halaman Masjid Jamik Annuqayah sehingga membuat jajaran pengurus merasa repot dan kewalahan mengatur mereka.
Acara yang dimulai pukul 08:00 WIB. itu dibuka dengan pra-acara. Dalam sesi ini, para penonton dihibur dengan berbagai penampilan yang membuat mereka geleng-geleng kepala mengikuti asyiknya penampilan yang disajikan. Pra acara ini dipandu oleh Mun’im Arisandi.
Ada tiga penampilan yang disajikan pada pra acara tersebut. Penampilan pertama dibawakan oleh Aziz. Penampilan yang asyik dan menarik tersebut membuat para penonton terdiam larut dalam alunan lagu. Penampilan yang kedua dibawakan oleh kelompok Hadrah Nurul Fata. Kelompok hadrah yang sudah terkenal ini mencoba membawa para penonton pada suasana padang pasir dengan menyajikan lagu berjudul “Bismillah”. Penampilan yang terakhir dibawakan oleh Rawaziz. Tak kalah dengan penampilan-penampilan sebelumnya, Rawaziz membuat para penonton tersihir dengan lagu yang dibawakannya.
Setelah pra-acara selesai, kini mulailah memasuki acara inti Haflah Diniyah. Acara puncak tersebut dipandu oleh dua orang Master of Ceremony (MC), M. Sabri dan Khalili.
Dalam sambutannya, Sufyan Auri, ketua panitia acara tersebut, mengatakan, “Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh teman–teman panitia yang telah sudi menyumbangkan keringatnya demi mendukung kesuksesan acara haflah pada malam hari ini”. Dia juga membeber alasan ditiadakannya lomba. Menurutnya, hal itu karena terlalu dekatnya Haflah Madrasa Diniyah dengan Haflah Madrasah Annuqayah (HIMA 2009).
Pada acara tersebut panitia menghadirkan penceramah kondang dari Sampang, yaitu K. Huri Muslim. Beliau memberikan pencerahan kepada seluruh santri yang hadir pada acara tersebut. Salah satu pesan yang beliau tekankan adalah bahwa ilmu yang bermanfaat itu sangat dibutuhkan.
“Betapa pentingnya ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan kita nanti, karena kita akan berhadapan dengan masyarakat,” tutur beliau.
Beliau juga menghimbau agar santri menjaga akhlaknya, terutama akhlak kepada guru dan orang yang lebih tua. Karena, menurut beliau, akhlak adalah cerminan perilaku kita sehari-hari.
Setelah ceramah selesai, dilanjutkan dengan penobatan siswa teladan Madrasah Diniyah. Salah satu siswa teladan, M. Wahidi, dikonfirmasi setelah acara penobatan selesai, mengatakan, bahwa dirinya merasa bahagia dengan apa yang didapat saat ini. “Saya sangat bahagia karena usaha yang selama ini saya lakukan telah membuahkan hasil”.
Acara haflah ini berkhir pada jam 12:30 WIB dan diakhiri dengan pembagian hadiah lomba Keadministrasian dan Mading serta Organisasi Daerah terbaik di PPA Lubangsa.

Ikstida Adakan Perayaan Harlah ke-25

Ach. Fannani Fudlaly R, PPA Lubangsa

Ikatan Keluarga Santri Timur Daya (Ikstida) merupakan satu dari sekian banyak organisasi daerah yang ada di PPA Lubangsa. Anggotanya terdiri dari santri yang berasal dari empat kecamatan yang ada di Kabupaten Sumenep, yaitu Gapura, Batang-Batang, Dungkek, dan Batuputih.
Jum’at kemarin (5/6) organisasi ini mengadakan acara harlah yang ke XXV, Acara tersebut juga sebagai tasyakuran salah seorang anggota Ikstida yang sudah berhenti dan ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. Ia termasuk anggota yang berasal dari desa Bicabbi, Dungkek, Sumenep.
Acara tersebut bisa dibilang cukup meriah. Pasalnya, sebelum dimulainya acara, anggota Ikstida Putra mengocok perut para tamu yang hadir dengan unjuk kebolehan menari ala koboi. Tak kalah menariknya, anggota Ikstida Putri juga unjuk kebolehan dengan menampilkan Nasyid Islami yang didendangkan oleh Siti Masyitah.
Setelah pra acara selesai, kini giliran acara inti. Dalam sambutannya, Muslimu El-Sah, Ketua Panitia acara tersebut, mengatakan, “Tujuan utama dilaksanakannya acara harlah kali ini adalah untuk mempererat tali silaturrahmi antara santri dan masyarakat, karena pada akhir-akhir ini santri yang dikenal memiliki citra baik di masyarakat mulai kehilangan jati dirinya.”
Lain halnya dengan pesan yang disampaikan oleh Drs. K.H. M. Syafi’i Anshori, mewakili Drs. K.H. A. Warits Ilyas, pengasuh PPA Lubangsa, yang kebetulan berhalangan hadir pada acara tersebut. Beliau mengatakan, “Akhir-akhir ini santri mulai kehilangan jati dirinya. Masyarakat harus mengerti akan keadaan tersebut. Jika dikemudian hari terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, masyarakat diharapkan bisa dimaklumi, karena bagaimanapun juga mereka masih berproses.”
Beliau juga berharap dengan terealisasinya acara tersebut, santri dapat memetik hikmah mendalam yang nantinya bisa membuat santri introspeksi diri sebelum melakukan sesuatu.

Selasa, Juni 09, 2009

Nirmala Buka Kegiatan Pekan Evaluasi dan Haflah Akhir Sanah 2009

Sumarwi, PPA Nirmala

GULUK-GULUK—Sabtu (6/6) kemarin Pondok Pesantren Annuqayah daerah Nirmala membuka kegiatan “Pekan Evaluasi dan Haflah Akhir Sanah 2009”. Kegiatan ini akan berlangsung selama 22 hari yaitu sejak tanggal 6 sampai 28 Juni yang akan diakhiri dengan haflah akhir sanah sebagai penutup kegiatan.
Pembukaan yang berlangsung selama lebih kurang 35 menit ini diisi dengan beberapa acara di antaranya, pembukaan, pembacaan ayat Al-Qur’an, lantunan shalawat Nabi, prakata panitia, sambutan pengasuh harian Nirmala, dan acara terakhir adalah penutup yang ditutup dengan doa. K.H. A. Hamidi Hasan turut hadir membuka langsung kegiatan ini dengan pembacaan al-Fatihah.
Abd Wasik Dasuki, ketua panitia kegiatan, mengatakan bahwa kegiatan pekan merupakan kegiatan rutin Nirmala yang dilaksanakan tiap tahun. Kegiatan ini juga sebagai rentetan dari tiga acara “pekan”, yaitu Pekan Orientasi di awal tahun, Pekan Kepramukaan dan Monitoring di pertengahan tahun, dan Pekan Evaluasi dan Haflah Akhir Sanah digelar di akhir tahun.
“Kegiatan ini diselenggarakan sebagai tolak ukur dari proses pendidikan yang telah kita jalankan,” tuturnya. “Beberapa aneka lomba yang bersifat edukatif, rekreatif, dan sebagainya akan dilaksanakan sebelum malam puncak,” tambahnya. Wasik mengharapkan santri Nirmala dapat berpartisipasi dengan baik di kegiatan ini.
Hal senada juga disampaikan oleh pengasuh harian Pondok Pesantren Annuqayah Nirmala, K.H. A. Hamidi Hasan. Beliau menegaskan bahwa kegiatan ini adalah sebagai penilaian dan barometer pendidikan santri di Nirmala.
“Kegiatan Pekan Evaluasi ini diharapkan dapat memicu dan memacu hormon pendidikan kita, dalam istilah olahraga dikenal dengan doping, sehingga para santri bisa lebih semangat belajar dan dapat menyalurkan talentanya di sini,” tuturnya saat memberi kata sambutan.
Dalam kesempatan itu beliau juga menyinggung kegunaan dan manfaat tiga kegiatan “pekan” yang dilaksanakan di Nirmala. Pekan orientasi diharapkan dapat mengarahkan santri, terutama santri baru, dalam menyambut pendidikan baik formal maupun informal. Pekan kepramukaan dan monitoring ditujukan untuk memantau keberhasilan santri setelah memasuki kegiatan pesantren dan formal, dan pekan evaluasi diupayakan sebagai evaluasi dan membantu para santri di dalam melaksanakan ujian.
Ali Buldan, salah seorang siswa yang saat ini masih duduk di kelas XI MA Tahfidh Annuqayah, menyambut baik kegiatan ini. “Hitung-hitung juga sebagai refreshing di akhir tahun,” ujarnya dengan ceria.

Senin, Juni 08, 2009

Presentasi Biasa-Biasa Saja, Unjuk Kreasi Seni Bikin Minder

Mengintip Perjuangan Haukil Memenangi Dua LKTI dalam Ajang Berbeda (2)

Fahrur Rozi, PPA Lubangsa Selatan


Seperti halnya pada Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) yang diadakan oleh Pesantren Mahasiswa IAIN Sunan Ampel, Surabaya, Haukil mengaku tidak memiliki persiapan khusus menghadapi pertanggungjawaban karyanya di ajang LKTI ke-9 tingkat nasional yang diadakan oleh Magistra Utama, Malang, Selasa, 26 Mei 2009. Intinya, bisa mempresentasikan karyanya dengan lancar. Dan ini tidak membutuhkan latihan yang ketat karena sudah terbiasa berhadapan dengan juri. Hanya persoalan teknis yang mengharuskan ia bekerja ekstra. Tidak seperti di IAIN, di Magistra ia mempresentasikan karyanya dengan format power point. Haukil mengaku tidak paham seluk-beluk program tersebut, sehingga harus meminta bantuan orang lain. Persiapan inilah yang membuat sedikit waktunya tersita.
Saat hari presentasi digelar, seharusnya Haukil berada di IAIN Sunan Ampel, Surabaya. Hari tersebut merupakan penahbisan dirinya menjadi juara I LKTI tingkat Jatim pada acara “Pesantren Fiar 2009”, yang diadakan oleh Pesantren Mahasiswa IAIN Sunan Ampel, Surabaya. Namun, karena tidak bisa diwakilkan ia pun harus berangkat ke Malang setelah sebelumnya pulang terlebih dahulu untuk persiapan..
Dalam even tersebut, Haukil berhasil menyabet peringkat II untuk kategori juara II. Menurut Ketua Perpustakaan Lubangsa Selatan ini, Penetuan juara memang agak berbeda dengan penentuan pada even-even yang pernah diikutinya. Sistem yang dipakai adalah sistem peringkat. Pringkat I untuk satu orang, peringkat dua untuk tiga orang, dan peringkat tiga untuk tiga orang juga. Haukil berada di urutan dua untuk kategori peringkat II, diapit oleh peserta dari Pematang Siantar dan Ponorogo. Dan Peringkat I diraih oleh kelompok siswa dari Denpasar, Bali. Peserta yang ikut dalam perhelatan tersebut merupakan perwakilan dari beberapa SLTA yang tersebar di seluruh Nusantara. Diantaranya, dari Ciamis, Paiton, Bali, Madura, Jogjakarta, Ponorogo, Pasuruan, dan beberapa daerah lainnya.
Sebagaimana pernah diberitakan media ini beberapa waktu lalu, Haukil memberi judul atas karyanya, Menjadi Pembelajar Di “Universitas Besar Kehidupan.” Karya dengan ketebalan 44 halaman tersebut membeber konsep tentang pembelajaran seumur hidup. Active Lerning, begitu ia lebih suka menyebutnya. Pembelajaran seumur hidup baginya adalah pembelajaran yang tidak mengenal kata berhenti. Ruang dan waktu bukan alasan bagi seseorang untuk berhenti mencari ilmu. Dan arena belajar tidak harus sekolah, dimana pun bisa!
Dalam proses seleksi naskah sebelumnya, Haukil berhasil menyisihkan sedikitnya 207 naskah dari 223 naskah yang masuk ke panitia. Kemudian, 15 naskah yang tersisa diminta panitia kepada masing-masing penulisanya untuk dipresentasikan pada tanggal 26 Mei 2009.
Haukil mempertanggungjawabkan karyanya di hadapan empat orang dewan juri. Mereka merupakan pakar-pakar pendidikan dan dosen dari berbagai perguruan tinggi di Malang. Seperti halnya di IAIN, Haukil mengaku tidak ada pengalaman istimewa saat presentasi berlangsung. Hanya saja, akunya, pertanyaan-pertanyaan dewan juri sedikit membuat ia kewalahan. Beberapa gagasan belum bisa ia cerna dengan sempurna.
Satu hari sebelum presentasi, yaitu tanggal 25 Mei 2009, Haukil memulai dengan technical meeting. Hari itu juga ia diharuskan menampilkan unjuk kreasinya. Tidak seperti berita sebelumnya, Haukil merubah keinginan dari tampil monolog menjadi hanya membaca puisi. Dua buah sajak ia bacakan dalam acara tersebut yang kesemuanya ditulis oleh Joko Pinurbo, masing-masing berjudul “Celana (I)” dan “Celana (II)”. Haukil merasa minder dengan penampilannya sendiri. Ia melihat penampilannya jauh dari kesan bagus ketimbang penampilan-penampilan kontestan lain. Ia mencontohkan, penampilan beberapa kelompok SMA yang mengusung kebudayaan masing-masing tanah kelahirannya. Diantaranya, tari-tarian, Kuda Lumping, Teater, dan beberapa penampilan bagus lainnya. Memang tak semua kontestan bisa menampikan kreasinya dengan apik. Bahkan, ada yang bisa dikata lebih jelek dari penampilan Haukil. Namun, bagi Haukil, mestinya ia bisa lebih baik dari penampilan tersebut.
Ia mengakui tidak ada persiapan sama sekali dalam acara unjuk kreasi seni tersebut. “Awalnya memang sempat ingin menampilkan monolog, tapi ternyata sangat sulit.. Akhirnya jatuh kepilihan membaca puisi,” tandas remaja 18 tahun ini. Baca puisi menjadi pilihan karena menurut ia tidak membutuhkan waktu panjang untuk latihan dan lebih mudah dilakukan. Namun, hasilnya ternyata belum memuaskannya.
Selain memberikan juara pada acara tersebut, pihak Magistra Utama juga akan mengunjungi sekolah-sekolah yang anak didiknya berhasil menjadi juara. Magistra akan memberikan penghargaan kepada sekolah tersebut secara simbolis. Ditanya kapan mereka akan berkunjung? Haukil tidak bisa memastikan. “Pasti ada pemberitahuan sebelum mereka ke sini,” pungkasnya.

Tidak Hafal SKIA, 20 Santri Diplontos

Ahmad Al Matin, PPA Latee

GULUK-GULUK—Menjelang akhir tahun pelajaran 2008-2009, pada Kamis malam (4/5), pengurus PPA Latee memberi tindakan tegas berupa plontos kepala pada santri yang tidak menyelesaikan hafalan Syarat-Syarat Kecakapan Amaliyah (SKIA). Pada malam itu tercatat 20 orang santri yang dieksekusi.
Menurut Harun Adiyanto, pengurus PPA Latee bidang Peribadatan yang menangani masalah SKIA, tindakan tersebut dilakukan karena melihat para santri yang tidak hafal memang sangat mengentengkan dan menyepelekan hafalan SKIA. “Mereka adalah yang paling parah. Sekitar empat kali lebih kami para pengurus telah menghukum mereka dengan berdiri dan baca Yasin satu malam penuh, dan hukuman ini yang terakhir karena mereka masih saja tidak menyelesaikan hafalan SKIA,” jelas Harun. Dia juga mengungkapkan bahwa sebenarnya hal ini tak seharusnya dilakukan. Akan tetapi, melihat para santri yang masih bandel dan tidak mau diatur maka para pengurus terpaksa melakukan hukuman tersebut. “Ini merupakan konsekuensi terhadap mereka yang masih bandel. Lagipula hafalan SKIA memang kewajiban yang diberikan pengasuh,” lanjutnya.
Sedangkan ketua pengurus PPA Latee Abd. Rofiq Abdullah mengacungi jempol pada kerja keras para rekan kerjanya di kepengurusan. Dia merasa sangat senang dengan tindakan para pengurus peribadatan. “Hal ini memang sepantasnya dilakukan karena mengingat waktu yang diberikan untuk menghafal SKIA selama satu tahun sudah habis dan mereka masih belum menyelesaikannya. Juga membuktikan bahwa pengurus tidak main-main dalam menjalankan kewajiban yang diberikan pengasuh,” tegas Rofiq.
Untuk diketahui, hafalan SKIA merupakan kewajiban yang diberikan pengasuh PPA Latee pada seluruh santri baru. Dan hafalan tersebut dilakukan dalam jangka waktu satu tahun. Hafalan SKIA tersebut melingkupi empat ilmu, yaitu Fiqih, Akhlaq, Tauhid dan Tajwid.

Minggu, Juni 07, 2009

Tidak Ada Persiapan Khusus, Presentasi Dibilang Hebat

Mengintip Perjuangan Haukil Memenangi Dua LKTI dalam Ajang Berbeda (1)

Fahrur Rozi, PPA Lubangsa Selatan


Memenangi Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) bagi Haukil mungkin bukan sesuatu yang istimewa lagi. Setidaknya, sudah enam kali ia berhasil pulang dengan predikat juara, baik tingkat kabupaten maupun nasional. Baru-baru ini ia kembali menyabet dua juara LKTI sekaligus pada even yang berbeda dalam waktu yang hampir bersamaan. Bagaimana kesannya?
Tanggal 26 Mei 2009 menjadi momen bersejarah bagi lelaki kelahiran Aeng Panas, Pragaan ini. Tanggal tersebut merupakan tanggal penahbisan dirinya menjadi juara I LKTI tingkat Jawa Timur yang diadakan oleh Pesantren Mahasiswa IAIN Sunan Ampel, Surabaya. Prestasi ini kian melengkapi deretan gelar yang sudah ia sandang sebelumnya.
Ditemui di Perpustakaan Jumat Malam, (05/06), Haukil mengaku, dirinya berhasil menyisihkan sedikitnya 35 orang yang ikut dalam lomba tersebut. Ke-35 orang itu melewati seleksi ketat hingga menjadi hanya tiga orang. Semua naskah yang masuk memang diharuskan presentasi tanpa harus melalui seleksi karya terlebih dahulu. “Sejelek-jelek naskah tetap harus presentasi,” ujar lelaki murah senyum ini. Haukil mengaku, sebelumnya ia tidak tahu kalau semua naskah harus dipresentasikan. Baru setelah sampai di sana ia tahu bahwa tidak ada seleksi karya.
Mereka yang berhasil menjadi juara antara lain, Haukil dari MA Tahfidz Annuqayah, Guluk-Guluk; Afifatul S. dari SMA Telkom, Jombang; dan Faizah dari MA Darul Ulum, Jombang. Mereka berhak atas tropi dan uang pembinaan dari pihak Pesantren Mahasiswa IAIN Sunan Ampel, Surabaya.
Haukil mengatakan, nyaris tidak ada persiapan khusus menghadapi lomba tersebut. Ia bahkan lebih fokus mempersiapkan presentasinya pada LKTI di Magistra Utama, Malang, yang jadwalnya hanya terpaut sedikit dengan acara di Surabaya tersebut. Untuk persiapan presentasi, ia hanya membaca naskahnya sesaat sebelum memulai presentasi. Baginya, target utama cuma tidak ingin kacau dalam presentasi. Selain karena sudah banyak paham dengan inti gagasan dalam tulisannya, ia pun tidak terlalu ambisius untuk memperoleh juara.
Di arena presentasi ia diuji oleh tiga orang dewan juri.. Menurutnya, tidak ada kendala berarti yang dihadapi dalam sesi yang sangat menentukan tersebut. Memang tidak semua pertanyaan bisa terjawab, namun sebagian besar ia bisa mengurainya dengan lancar. Selain paham materi, Haukil juga sudah terbiasa berhadapan dengan dewan juri pada even-even yang sama sebelumnya. Persoalan demam panggung tidak menjadi masalah berarti.. Ia juga merasakan tidak ada yang istimewa dalam presentasinya. “Perasaan saya biasa-biasa saja,” lanjutnya. Namun, menurut dia, seusai presentasi ada salah seorang penonton yang menghampirinya dan mengatakan bahwa presentasinya sangat hebat. Tanggapan itu sebelumnya dirasakan Haukil terutama saat ia membaca sebuah kaidah fikih. Penonton yang menyaksikan bertepuk tangan tanda kagum.
Karya yang diajukan Haukil dalam lomba tersebut berjudul, “Pesantren dan Anti Korupsi.” Karya setebal 11 halaman itu membincang tentang gagasan membangun fikih anti korupsi di Pesantren. Menurut Haukil, pendidikan anti korupsi akan lebih efektif bila didalangi oleh pesantren. Alasannya, pesantren sudah memiliki kans untuk mengaplikasikan konsep ini, yaitu sifat kesederhanaan, tidak hedonis, tidak materialis, kejujuran, kemandirian, kesabaran, dan keikhlasan. “Kantin-kantin kejujuran itu nanti tidak harus hanya ada di sekolah-sekolah negeri yang sekarang banyak kolaps, namun juga harus ada di pesantren,” lanjutnya.
Acara yang berlangsung dari tanggal 19-26 Mei 2009 tersebut tidak hanya untuk LKTI, namun ada juga lomba baca kitab kuning untuk kalangan pesantren dan Speak Contest untuk siswa SLTA. Acara tersebut diikuti oleh para santri dan siswa SLTA yang tersebar di Jawa Timur.
Acara yang mengambil tema “Pesantren Fair 2009” tersebut dipuncaki dengan dialog nasional bersama Ir. KH. Solahuddin Wahid. Saudara Gus Dur ini juga didaulat untuk memberikan hadiah kepada masing-masing pemenang lomba. Namun sayangnya, Haukil tidak bisa hadir pada acara tersebut karena harus mempersiapkan presentasi karyanya di Magistra Utama, Malang hari itu juga. Penerimaan hadiah ia wakilkan kepada salah seorang mahasiswa IAIN Sunan Ampel, Surabaya, yang ia kenal saat berada di sana.
Selain kerap medulang prestasi, Haukil juga sering menerima pujian dari beberapa dewan juri dalam berbagai perhelatan LKTI. Misalnya saat lomba di Bogor, Sang Juri mengakui tulisan Haukil lebih bagus ketimbang tulisan anak didiknya di Institut Pertanian Bogor (IPB).

Jumat, Juni 05, 2009

Bazar Buku Murah Meriah di Day’s Maulidiah Teater Gendewa

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Acara Day’s Maulidiah dan Festival Cinta Seni dan Budaya (FCSB) se-Madura yang diadakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Gendewa STIKA yang dibuka sejak tanggal tanggal 31 Mei sampai 6 Juni 2009 memberikan suguhan tersendiri bagi kalangan santri PP Annuqayah.
Selain diisi dengan berbagai macam kegiatan, seperti penampilan pentas seni setiap malam, seminar kebudayaan, bedah novel dan antologi puisi, lomba baca puisi untuk putra dan putri, workshop penulisan esai, dan pemutaran film Perempuan Berkalung Sorban sebagai penutup kegiatan ini, kegiatan ini juga dimeriahkan dengan bazar buku dari penerbit berbagai kota.
Beberapa penerbit dan toko buku di Annuqayah yang turut hadir memeriahkan acara itu antara lain: Penerbit UIN Malang Press (Malang), Penerbit Kutub (Yogyakarta), toko buku Barokah (Kusuma Bangsa), dan toko buku Latee (Latee).
Dari harga buku yang dijual, penjual buku mengatakan bahwa harga yang dijual untuk saat ini berbeda dengan harga jual yang biasanya. “Harga jualnya pasti beda dari yang biasanya. Disini kan namanya bazar, jadi saya sesuaikan,” ungkap Fauzi, salah satu penjaga di Penerbit UIN Malang Press.
Jika ditotal secara keseluruhan, semua buku yang sudah habis terjual dari semua penjual buku itu cukup banyak, dengan rincian Penerbit Kutub kurang lebih 200 eks, Penerbit UIN Malang Press 400 eks, penerbit yang lain 200 eks, toko buku Kusuma Bangsa dan Latee rata-rata 300 eks.
“Buku saya yang sudah habis terjual sekitar 200 eksemplar sejak dibukanya acara ini dan yang paling banyak yang membeli adalah santri putra. Santri putri mungkin hanya sekitar 70 eksemplar saja,” ungkap El-Yasin yang menjabat sebagai koordinator marketing di Penerbit Kutub.
“Saya hanya sekali ini mengikuti bazar buku di sini. Tahun lalu tidak ikut sebab masih belum punya jaringan di sini. Saya sangat bangga dengan hasil penjualan saya di sini. Saya berkesimpulan bahwa minat baca santri Annuqayah begitu besar,” ungkap pria yang berambut gondrong itu.
Yang paling banyak laku adalah Penerbit UIN Malang yang mencapai sekitar 400 eks. Itu dikarenakan banyaknya buku-buku yang di bawa ke Annuqayah.”Kalau tidak salah kami membawa buku kesini sebanyak 3000 eks dan alhamdulillah banyak lakunya,” ungkap Sofi, salah satu penjaga stan penerbit tersebut.

Kamis, Juni 04, 2009

Day’s Maulidiah Gendewa: Apiknya Penampilan Teater Membuat Santri Annuqayah Kepincut

Fandrik Hs Putra, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Setiap malam, setelah bel jam belajar atau sekitar pukul 21.00 WIB, santri dari berbagai daerah yang ada di PP Annuqayah berbondong-bondong menuju Aula As-Syarqawi yang berada di atas bukit Lancaran demi menonton penampilan-penampilan teater se-Madura yang diadakan demi memeriahkan hari ulang tahun Teater Gendewa yang ketiga.
Sejak dibuka pada tanggal 31 Mei 2009, Day’s Maulidiah dan Festival Cinta Seni dan Budaya Se-Madura yang diadakan oleh Unit Kegiatan Teater Gendewa Sekolah Tinggi Ilmu Keislaman Annuqayah, kegiatan ini memang menyedot perhatian para santri yang suka pada menu-menu sastra ditambah penampilan apik para seniman di atas panggung.
Acara yang dimeriahkan oleh berbagai lomba, seminar, bedah buku, bedah puisi dan penampilan teater se-Madura itu setiap malam selalu menyuguhkan penampilan-penampilan yang diperagakan oleh teater-teater Annuqayah dan teater dari perguruan tinggi se-Madura yang turut bergabung memeriahkan acara itu.
Syamsul Ramdan, santri Lubangsa, seniman asal Gili Genting yang juga anggota Teater Andalas mengatakan, setiap malam ia selalu menyaksikan acara tersebut. Baginya pertunjukan itu setiap malamnya selalu memukau.
“Kami dan teman-teman setiap malam selalu ke sana (Aula As-Syarqawi), apalagi kalau bukan melihat penampilan mereka. Mereka tampil luar biasa, hingga saya begitu antusias mengikutinya. Jadi, malam itu saya juga seperti tampil luar biasa. Maju Gendewa!” ungkapnya penuh semangat ketika ditemui sesudah penampilan.
Teater-teater yang sudah unjuk kebolehan selama acara itu dibuka antara lain adalah Teater Gendewa (sebagai tuan rumah), teater dari IDIA Al-Amin Prenduan, Sanggar Basmalah (Lubangsa Selatan), Sanggar Andalas, dan Club Teater Lubangsa-Pamor (CTL- Pamor).
Acara yang menghabiskan dana sekitar 7 juta itu terbilang cukup sukses dan tidak menuai hambatan yang cukup memusingkan panitia. “Alhamdulillah, sampai saat ini tetap berjalan dengan lancar. Meski memang ada hambatan-hambatan sedikit tapi hal itu tidak membuat panitia linglung dan mudah diselesaikannya,” ungkap Muhammad Tsabit, ketua umum Gendewa tahun ini.

Rabu, Juni 03, 2009

Abidah el-Khaliqy di Maulidiah Day's dan FCSB STIK Annuqayah


Sumarwi, PPA Nirmala

GULUK-GULUK—Senin (1/6) kemarin, sekitar pukul 10.37 WIB, kegiatan Day’s Maulidiah dan Festival Cinta Seni dan Budaya se-Madura di hari kedua mengadakan bedah buku novel Perempuan Berkalung Sorban yang dibedah oleh penulisnya sendiri yaitu Abidah el-Khalieqy, datang langsung dari Yogyakarta memenuhi undangan panitia di STIKA. Dalam kesempatan kemarin hadir K. M. Faizi, Firdaus Firlaili, K. A. Maimun, M.Ag. sebagai moderator, dan K.H. Muhammad Shalahuddin Warits sebagai pembanding.
Peserta yang berpartisipasi dalam kegiatan ini tidak hanya dari Annuqayah saja, tetapi juga ada beberapa peserta yang hadir dari luar. Jumlah peserta kurang lebih 65 orang: 57 putra dan 7 putri. Putri berhalangan hadir karena terkendala hujan. Peserta yang ingin mengikuti kegiatan ini diharuskan membayar uang kontribusi sebesar Rp. 5.000,-.
Abidah el-Khalieqy mengawali pembicaraannya dengan bercerita tentang image Madura di Jogja. Dia mengatakan bahwa image Madura di Jogja ialah sate. Kalau tidak sate ya model potongan rambut yang sekarang lagi ngetren, dan yang paling baru sekarang ada Warung Gudep Madura. “Perjuangan teman-teman dari Madura itu betul sangat gigih. Mereka membangun Warung Gudep Madura di Jogja lagi,” tuturnya sambil tertawa.
Tema novel Perempuan Berkalung Sorban sebenarnya sama dengan tema-tema novel yang sebelumnya, artinya sama dengan novel-novel yang juga berbicara tentang perempuan, yaitu tentang lika-liku kehidupan perempuan. Penulisan novel ini tidak hanya dengan studi pustaka tapi juga diadakan studi lapangan. “Saya melakukan riset selama tiga bulan, dan saya selesaikan novel ini dalam kurun waktu sembilan bulan,” jelasnya.
Dalam perkembangannya, novel ini cukup laku, dicetak oleh penerbit tanpa sepengetahuan kami. “Entah sekian ribu, dan itu dijual di toko-toko, kemudian novel itu dibaca, dibahas dan dikaji oleh para mahasiswa. Ada sekitar 60 orang lebih yang melaporkan kepada saya bahwa novel Perempuan Berkalung Sorban sedang dibahas oleh para mahasiswa, S1 dan S2,” tandasnya.
“Saya juga mendapat banyak SMS dari Sabang sampai Merauke. Yang menarik ada satu SMS, bunyinya seperti ini: ‘Hari gini kok masih bahas perempuan. Orang sudah sampai pada Global Warming’. Seakan-akan Global Warming adalah suatu pencapain yang luar biasa,” ujarnya.
“Dari sms itu kemudian saya berpikir, benarkah masalah perempuan sudah selesai? Mengapa Al-Quran menyebutkan bahwa perempuan adalah masalah, selain masalah dunia dan harta. Masalah perempuan dari Adam sampai pada Muhammad akan selalu aktual seperti masalah harta dan dunia. Dulu ada perbudakan, sekarang ada trafficking. Masalah perempuan ini adalah masalah yang selalu ada,” tambahnya.
K. H. Muhammad Shalahuddin akrab dipanggil Ki Mamak yang hadir sebagai pembanding mengatakan bahwa novel Perempuan Berkalung Sorban ini menceritakan tentang dunia santri, hegemoni pria, dunia perempuan seutuhnya, dan hak-hak reproduksi dari segi yang paling kecil.

Madrasah Diniyah Lubangsa Selatan Gelar Ujian Semester Genap

Fahrur Rozi, PPA Lubangsa Selatan

GULUK-GULUK—Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Madrasah Diniyah Annuqayah Lubangsa Selatan (Madinah LS) tahun pelajaran 2008-2009 resmi berakhir pada 27 Mei 2009 lalu. Pada tanggal itu pula, digelar ujian semester genap selama lima hari, hingga 1 Juni 2009.
Ujian semester genap kali ini memang terkesan dadakan. Mestinya, ada rentang waktu antara berakhirnya KBM dengan dilangsungkannya ujian. Rencana semula ujian akan berlangsung pada 5 Juni 2009. Namun, perubahan mendadak mesti dilakukan karena ujian akhir sekolah formal dimajukan. Sekadar informasi, Ujian Semester Genap Madinah LS selalu diadakan sebelum berlangsungnya ujian semester di sekolah formal, tidak seperti pada ujian semester ganjilnya yang dilaksanakan setelah ujian sekolah formal. Hal itu disebabkan karena biasanya ada liburan sekolah dan pesantren pasca dilaksanakannya Haflatul Imtihan selepas ujian formal berakhir.
Menurut Hariyadi, salah satu staf Tata Usaha (TU) Madinah LS, pelaksanaan ujian kali ini terkesan lebih ruwet dari ujian semester sebelumnya. Selain karena waktunya yang sangat mendesak, juga terkait masa vakum pimpinan dalam kepengurusan Madinah LS saat ini (sebagaimana diberitakan sebelumnya). Selain itu, belum pasnya kalender pendidikan sekolah formal juga menyumbang kepelikan tersendiri pada realisasi semester genap Madinah LS tahun ini.
Keruwetan dirasakan oleh Hariyadi terutama dalam melengkapi data-data adiministratif. Mulai dari penarikan soal kepada masing-masing guru sampai pendataan siswa yang tidak berhak mengikuti ujian. Untuk proses penarikan soal, pihak Madinah LS harus mengklarifikasi deadline pengumpulan naskah soal. Sebelumnya, surat penarikan soal sudah disebarkan sebelum ada kepututsan berlangsungnya ujian semester dari pihak sekolah formal. Lantas, setelah semua surat itu tersebar, baru ada pengumuman dari sekolah formal yang memaksa pihak Madinah LS memajukan deadline pengumpulan soal. “Untung kami bisa bergerak cepat. Kami mengontak semua guru dan meminta soal lebih cepat dari deadline yang ada dalam surat permohonan,” kata Direktur LS Creative ini. Menurut Hariyadi, tidak semua naskah bisa dikumpulkan dalam waktu yang relatif singkat tersebut. Ada beberapa materi yang harus diujikan pada malam terkahir ujian. Namun menurutnya, hal tersebut tidak terlalu mengganggu karena materinya hanya sedikit saja.
Sampai berita ini diturunkan, belum ada kendala berarti yang dihadapi oleh penyelenggara ujian. Hanya saja, terlihat ada beberapa siswa yang tidak dapat mengikuti ujian pada waktu yang ditentukan. Menurut pihak Madinah LS, santri yang tidak mengikuti ujian tersebut adalah mereka yang belum kembali ke PPA Lubangsa Selatan. Mereka diperbolehkan pulang dengan alasan yang masuk akal. Di antaranya, karena orang tua atau kerabatnya ada yang meninggal, mengurus administrasi masuk perguruan tinggi yang mendesak (bagi kelas akhir), dan beberapa keperluan lainnya. Bagi siswa yang tidak mengikuti ujian pada tanggal yang telah ditetapkan, mereka masih bisa mengikuti ujian susulan. Dalam hal ini, pihak Madinah LS tidak terlalu ketat mengambil kebijakan. Karena kebijakan awal sudah ada di tangan pengurus pesantren. Menurut Hariyadi, Madinah LS tidak bisa berbuat banyak karena secara struktural berada di bawah pengurus departemen Pendidikan dan Peribadatan (Dikdat). Jadi, kebijakan yang diambil oleh pihak pesantren, berati pula adalah kebijakan dari Madinah LS. “Jadi, kalau pengurus pesantren memperbolehkan seorang santri pulang, apa boleh buat, kami pun harus memperbolehkannya,” lanjut Mahasiswa Tafsir Hadits STIKA ini.

Selasa, Juni 02, 2009

Pameran Kreativitas untuk Masa Depan Bumi yang Hijau


M Mushthafa, PPA Karang Jati

Ahad (31/5) kemarin, tiga proyek kegiatan School Climate Challenge (SCC) Competition British Council SMA 3 Annuqayah mengadakan perhelatan penutupan dan pameran kegiatan. Acara intinya adalah presentasi perjalanan dan pencapaian masing-masing proyek kegiatan yang telah berlangsung selama lebih dari tiga bulan, tepatnya dimulai dari sekitar pertengahan Februari hingga akhir Mei kemarin.
Masing-masing tim yang mengikuti kompetisi tingkat nasional ini terdiri dari lima orang guru dan siswa. Ketiga tim itu adalah Tim Sampah Plastik (satu guru empat siswa), Tim Gula Merah (dua guru tiga siswa), dan Tim Pupuk Organik (dua guru tiga siswa). Mereka bekerja dengan didukung oleh siswa-siswa yang lain di luar anggota tim inti. Demikian pula, kegiatan penutupan kemarin melibatkan panitia teknis di luar anggota tim inti.
Anak-anak berupaya untuk menyajikan dan mengemas acara ini dengan unik dan menarik. Dengan kata lain, momentum acara ini dijadikan sebagai ajang penumpahan kreativitas berbagai potensi yang dimiliki siswa di SMA 3 Annuqayah. Karena itu, mulai dari desain undangan, anak-anak sudah mulai menampilkan satu terobosan kreasi yang cukup menendang. Undangan untuk acara ini dibuat dari bahan kardus bekas dan dihias secara manual dengan krayon dan pernak-pernik lainnya. Teks undangannya pun tak biasa. Selain dilipat sedemikian rupa sehingga menjadi unik, teks undangan terkesan ditempel di atas koran yang memuat berita tentang isu-isu lingkungan. Panitia mengerjakan undangan yang dibuat sebanyak lebih dari 150 eksemplar ini selama dua hari dengan mengerahkan tak kurang dari 10 siswa yang dipandang memiliki cita rasa seni yang baik.
Demikian pula, Paduan Suara Madaris 3 Annuqayah (Paramarta) dalam kegiatan ini tampil dengan lagu himne dan mars Madaris 3 Annuqayah, ditambah dengan satu lagu spesial bertema lingkungan yang dicipta oleh Muhammad Affan, guru Pendidikan Seni di SMA 3 Annuqayah. Paramarta berlatih dan mempersiapkan untuk acara ini selama kurang lebih tiga hari.
Selain itu, tata panggung dan setting tempat pameran dirancang oleh tim yang bertugas dengan cukup unik pula. Ketiga tim secara simbolis hadir dalam ornamen dan dekorasi yang dibuat anak-anak. Panggung, misalnya, dihias dengan daun dan buah siwalan, dan di bagian dasarnya diberi tumpukan jerami. Sementara itu, huruf yang dibuat dekorasi di panggung dibuat dari sampah plastik, dan di bagian bawah dihias dengan jerami sehingga dari kejauhan mengesankan seperti rumput yang membentang.
Tak hanya panggung, ketiga stan pameran masing-masing tim juga memperkuat simbol-simbol proyek yang dikerjakannya. Foto-foto dan berita kegiatan yang ditempel di masing-masing stan dipasang sedemikian rupa dengan menggunakan atau berhiaskan unsur sampah plastik, siwalan, dan jerami.
Khusus untuk kreasi penataan panggung, tempat, dan kelengkapan acara, saya terasa kurang jika hanya memberi panitia dua jempol!
Alur acara kemarin sebenarnya cukup sederhana. Seremoni acara dimulai tepat pukul 09.15 WIB, sebagaimana telah dirancang sebelumnya oleh panitia. Sebelum itu, para tamu undangan yang tiba di tempat dipersilakan untuk berkunjung ke tiga stan tim proyek untuk melihat dokumentasi dan hasil kegiatan mereka. Di stan mereka dilayani oleh masing-masing anggota tim yang siap memberi penjelasan terperinci tentang segala sesuatu berkaitan dengan perjalanan proyek tim.
Kabid Dikmen Diknas Sumenep, M. Sudirman, yang datang cukup awal, bersama beberapa pejabat lain, seperti Camat Guluk-Guluk dan perwakilan dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumenep, tampak antusias menyaksikan kreativitas anak-anak. Pak Ya’kub dan Pak Nasir, pimpinan SMA 3 Annuqayah, menemani mereka berkeliling stan. Sebagai bekal awal, panitia memberikan laporan singkat ketiga tim yang sudah ditulis dan digandakan kepada mereka.
Perwakilan dari BLH bahkan tampak tertarik dengan tulisan-tulisan anak-anak tim yang cukup banyak menceritakan berbagai aktivitas mereka selama tiga bulan. Dia menyatakan minatnya untuk meminta kopi tulisan anak-anak.
Acara seremoni sebelum presentasi berlangsung sekitar 45 menit, sehingga presentasi dimulai sekitar pukul 10.00 WIB. Saya sebagai koordinator guru pendamping SCC memandu sesi ini. Sebelum mempersilakan semua anggota tim untuk naik ke panggung dan presentasi, saya memberi pengantar singkat tentang masalah tantangan perubahan iklim dan bagaimana ketiga tim ini berupaya memberi solusi. Tentang konteks lomba, saya sudah menyampaikannya saat memberi kata sambutan.
Presentasi dimulai dari Tim Sampah Plastik. Saya sempat khawatir dengan sesi presentasi ini, karena anak-anak tidak punya waktu yang cukup untuk membuat persiapan khusus dan berlatih presentasi. Mereka juga sibuk menyiapkan stan dan persiapan teknis lainnya sehingga mereka hanya sempat menyiapkan laporan singkat tertulis 2-3 lembar saja. Memang, mereka telah cukup terbiasa presentasi dalam kegiatan sosialisasi di masing-masing proyek di berbagai tempat. Tapi di acara ini hadir para pejabat dan pimpinan-pimpinan lembaga, dan acaranya cukup besar.
Saat Tim Sampah Plastik presentasi, saya dapat menangkap sedikit perasaan tegang dan kurang lepas dalam diri mereka, sehingga mereka kurang bisa berimprovisasi dan agak mengandalkan catatan yang mereka buat. Anak-anak, terutama dari kedua tim lain, tampak dapat menangkap kegelisahan saya. Dan untung, dua tim yang lain dapat lebih lepas mempresentasikan kegiatan proyek mereka. Bahkan, Tim Gula Merah ada yang presentasi dengan bahasa Inggris sekitar tiga menit.
Alhamdulillah, Tim Pupuk Organik dapat menampilkan presentasi yang sangat lepas dan cukup mengalir—tampak nothing to lose. Sesekali dicampur dengan bahasa Madura dan bumbu guyon, sehingga para hadirin senyum-senyum dan tertawa kecil.
Presentasi masing-masing tim diiringi dengan slide gambar-gambar kegiatan yang sudah disiapkan sebelumnya dan dikendalikan dari laptop di depan saya. Meski tidak tampak sangat jelas karena terik matahari yang cukup menyengat, tapi gambar-gambar itu juga membantu presentasi anak-anak.
Presentasi berlangsung sekitar hampir satu jam. Begitu selesai, saya mengambil alih kendali acara dan mencoba memancing hadirin untuk menanggapi perjalanan kegiatan semua proyek, dan terutama mengenai rencana tindak lanjut yang dirancang.
Empat penanggap pertama adalah “para pembesar”. Dimulai dari Camat Guluk-Guluk, Pak Dirman dari Diknas Sumenep, Kepala SMA 3 Annuqayah, dan terakhir H.A. Pandji Taufiq, tokoh lingkungan dan aktivitas sosial yang kini menjabat sebagai Ketua Yayasan Annuqayah.
Pak Camat memberi tanggapan yang cukup panjang lebar. Dia menanggapi satu persatu untuk tiga tim. Secara umum, perspektifnya memang tampak kental sebagai birokrat. Dia, misalnya, mengingatkan bahwa ada instansi-instansi pemerintah yang bisa dimintai partisipasi dalam kegiatan masing-masing tim. Kepada masing-masing tim dia memberi masukan khusus. Untuk Tim Sampah Plastik, dia bertanya: yang mana kegiatan daur ulangnya. Untuk Tim Pupuk Organik, dia menanyakan apakah pupuk organiknya sudah diuji coba digunakan untuk tanaman tertentu. Untuk Tim Gula Merah, dia mengkritik mengapa memilih pohon siwalan dan bukan pohon kelapa. Sementara potensi di Kecamatan Guluk-Guluk lebih banyak pohon kelapa. Pak Camat juga mempertanyakan keterlibatan siswa yang lain di luar tim proyek ini.
Pak Dirman dari Diknas Sumenep lebih banyak menekankan pada soal keberlanjutan kegiatan ini ke depan. Sedang Pak Ya’kub, Kepala SMA 3 Annuqayah, secara retoris menambahkan soal kegiatan tiga proyek ini yang tak menggunakan uang dari sekolah. Tampaknya Pak Ya’kub ingin menunjukkan bahwa kegiatan tanpa uang pun bisa terlaksana, dan bahwa anak-anak bisa mandiri menyiasati hal semacam itu.
Pak Panji, yang menjadi penanggap terakhir di sesi pertama, menggarisbawahi komentar retoris Pak Ya’kub: bahwa yang paling penting itu semangat dan kerja keras, bukan uang. Selain itu, Pak Panji juga mengapresiasi kegiatan ketiga tim proyek ini dengan sangat positif, terutama dalam menginspirasi kita semua, baik sebagai individu, kepala keluarga, pimpinan lembaga pendidikan, instansi pemerintah, dan sebagainya, untuk peduli dan melek dengan masalah-masalah lingkungan di sekitar kita. “Jika anak-anak SMA 3 Annuqayah ini bisa berbuat sesuatu untuk menyebarkan kepedulian lingkungan dengan terutama hanya bermodal semangat, mestinya lembaga pendidikan yang lain juga bisa melakukan hal serupa,” tegasnya.
Pak Panji memberi penekanan-penekanan substantif atas kegiatan ketiga tim proyek ini, sehingga beberapa tampak dapat menjawab pertanyaan dari penanggap sebelumnya. Selain itu, Pak Panji juga memberikan gambaran tentang tantangan masalah-masalah lingkungan di sekitar kita yang membutuhkan kepedulian. “Di Kabupaten Sumenep saja, urusan sampah masih belum menjadi prioritas, sehingga kota Sumenep saja sampai sekarang belum punya TPA yang resmi. Demikian juga, di Annuqayah, yang dihuni oleh sekitar enam ribu pelajar, yang menurut perhitungan kasar saya setiap hari bisa ‘menghasilkan’ sampah sekitar 2 ton, masalah sampah belum menjadi prioritas,” tegasnya.
Alhamdulillah, anak-anak dapat menanggapi keempat tanggapan ini dengan baik. Soal dukungan dana, anak-anak menceritakan bagaimana mereka di antaranya mendapatkan dukungan dari luar atas dasar capaian kegiatan peduli lingkungan yang sudah dilaksanakan sebelumnya, sehingga untuk kegiatan ini pendanaan proyek sama sekali bukan dari kas sekolah. Untuk dicatat, organ peduli lingkungan di SMA 3 Annuqayah terbentuk pada 2006 lalu, dengan nama Duta Lingkungan, yang kemudian disusul dengan Pemulung Sampah Gaul (PSG) pada April 2008, yang fokus pada penanganan sampah plastik. Selain itu, dalam beberapa kegiatan proyek, tim mendapatkan dukungan finansial dari mitra mereka di lapangan. Saat tampil mengudara di Ganding FM 104.10, misalnya, anak-anak justru mendapat ganti transportasi dan bahkan uang saku. Demikian juga, saat ke Madrasah Aliyah Nasy’atul Muta’allimin Gapura, anak-anak juga mendapat ganti transportasi. Bagi kami, hal ini menunjukkan bahwa dua mitra lembaga tersebut menunjukkan kepedulian, dukungan, dan komitmen yang sama atas kegiatan kami. Ini semakin jelas saat seusai acara penutupan Ahad kemarin, Ganding FM menyiarkan ulang sesi presentasi anak-anak di gelombang radio mereka.
Keterlibatan dan dukungan komunitas lain, termasuk di lingkungan SMA 3 Annuqayah, juga dijelaskan cukup panjang lebar oleh anak-anak. Saat beraktivitas, ketiga tim tak bekerja sendiri, tapi juga didukung oleh siswa yang lain di sekolah. Secara khusus, tim memang berupaya untuk mendorong keterlibatan siswa secara lebih luas. Tim Gula Merah, misalnya, saat bersosialisasi tentang gula merah di sekolah juga meminta partisipasi siswa yang lain untuk menyumbangkan menu makanan tradisional berbahan gula merah untuk didokumentasikan. Demikian juga, Tim Sampah Plastik meminta siswa untuk juga meletakkan sampah plastik di sekolah di tempat khusus untuk diolah menjadi kriya kreatif.
Keberlanjutan masing-masing proyek menjadi tantangan tersendiri yang juga ditanggapi oleh ketiga tim. Pada sesi kedua, salah seorang guru pendamping, Mus’idah Amien (pendamping Tim Gula Merah) mengemukakan komentar menarik. “Kami tidak ingin menjadi lelaki mata keranjang. Kami akan terus mengerjakan dan mengembangkan proyek kami masing-masing agar dapat lebih baik,” tuturnya, yang disambut dengan tepuk tangan meriah.
Pada sesi kedua, penanggap semua berasal dari sekolah. Tim SCC Madrasah Aliyah 1 Annuqayah Putri juga berbagi pengalaman tentang kegiatan mereka. Beberapa pertanyaan bersifat agak teknis. Dan semuanya ditanggapi dengan baik oleh ketiga tim.
Presentasi diakhiri pada pukul 12.10 WIB. Setelah ditutup dengan doa, para hadirin kembali dipersilakan untuk kembali menyaksikan stan pameran. Kali ini, stan Tim Gula Merah telah dilengkapi dengan dua puluh empat macam makanan tradisional berbahan gula merah yang langsung diserbu oleh pada undangan. Para pengunjung tak hanya datang untuk mencicipi makanan tradisional itu, tapi juga ada yang bertanya resep dan cara pembuatannya.
Stan Tim Pupuk Organik dan Sampah Plastik juga ramai dikunjungi undangan. Ada yang langsung berbincang dengan tim yang bersiap di stan masing-masing, dan ada pula yang melihat-lihat foto dan arsip berita yang ditulis anak-anak. Tim Sampah Plastik kemarin juga menjual produk tas yang berhasil dibuat, dan beberapa produk sempat laku terjual. “Harganya masih agak mahal,” kata salah seorang pengunjung yang tampak ngebet untuk membeli salah satu produk.
Secara spontan, Mus’idah, salah satu guru pendamping proyek SCC, menyiarkan acara ini lewat pengeras suara sambil meminta komentar dan kesan beberapa tamu undangan. Menjelang pukul satu siang, pada undangan meninggalkan tempat acara satu persatu. Sebelum meninggalkan tempat, banyak di antara mereka yang menuliskan kesan-kesannya di lembaran yang disediakan panitia dan diserahkan saat mereka baru tiba.
Setelah acara benar-benar selesai, panitia dan seluruh tim proyek SCC mengadakan rapat evaluasi singkat, dan juga menyinggung persiapan penyusunan laporan lengkap kegiatan SCC untuk dikirimkan ke British Council Jakarta. Tentu saja, anak-anak dari ketiga tim pada khususnya merasa lega karena acara penutupan dan pameran kegiatan SCC ini dapat berlangsung dengan sukses. Kerja keras dan tenaga yang terkuras beberapa hari ini yang sempat membuat kami kadang lupa makan tampak impas terbayar. Alhamdulillah.

Day’s Maulidiah dan Festival Cinta Seni dan Budaya di STIK Annuqayah

Sumarwi dan Fandrik Hs Putra, PPA Nirmala dan PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Ahad (31/5) kemarin Sanggar Gendewa STIK Annuqayah membuka secara resmi ”Day’s Maulidiah dan Festival Cinta Seni dan Budaya (FSCB) Se-Madura”. Pembukaan bertempat di Auditorium as-Syarqawi. Kegiatan Day’s Maulidiah ini adalah ulang tahun Sanggar Gendewa yang dirayakan setiap tahun.
Day’s Maulidiah akan berlangsung selama seminggu, yaitu sejak tanggal 31 Mei sampai 6 Juni 2009 dan akan diisi dengan berbagai macam kegiatan, seperti seminar kebudayaan, bedah novel Perempuan Berkalung Sorban, bedah antologi puisi, lomba baca puisi untuk putra dan putri, workshop penulisan esai, dan pemutaran film Perempuan Berkalung Sorban sebagai penutup kegiatan ini. Selain itu, juga ada acara pentas seni dari beberapa sanggar, di antaranya Sanggar UNIAM (Sumenep), Sanggar Naggala Bangkalan, Sanggar Fataria (Pamekasan), Sanggar Andalas (Annuqayah), Sanggar Basmalah (Annuqayah), dan Sanggar Sabda (Annuqayah).
Muhammad Tsabit, ketua panitia, menuturkan bahwa tujuan diadakannya kegiatan ini ialah untuk merayakan ulang tahun Sanggar Gendewa yang ke-3 , dan juga untuk menjalin solidaritas antarsesama seniman dan budayawan se-Madura. ”Meskipin kegiatan ini banyak diikuti oleh beberapa sanggar dari luar Annuqayah, kami masih mementingkan sanggar yang dari Annuqayah walaupun sebenarnya sama-sama penting,” katanya.
”Salah satu faktor pendorong bagi kami untuk melaksanakn kegiatan ini karena kami melihat para pecinta seni dan produktivitas seni di Madura banyak tidak diperhatikan,” tambahya.
PK III STIK Annuqayah, M. Husnan A. Nafi’, S. Ag, membuka kegiatan ini secara simbolis yang ditandai dengan pemberian kado oleh panitia. Pembukaan kemarin diteruskan dengan seminar kebudayaan yang diisi oleh seorang seniman dan budayawan sumenep yakni Syaf Anton WR. Tema yang diangkat ialah Mengembalikan Nilai Seni dan Budaya Madura.