Minggu, November 30, 2008

Sanggar Sabda Rekrut Anggota Baru

Sumarwi, PPA Nirmala

GULUK-GULUK—Sanggar Sabda, setelah lama absen tampil di bumi Annuqayah, kemarin (26/11) menggelar Orientasi Anggota Baru masa juang 2008-2009. Acara yang diikuti oleh 15 orang peserta baru ini merupakan agenda tahunan dalam kepengurusan Sabda.
Salah satu acara yang dilaksanakan pada Jum’at pagi (27/11) adalah keliling Annuqayah dengan wajah yang dilumuri letheng dan bedak. Jadinya, wajah-wajah mereka tampak berantakan seperti layaknya setan. Sebelum berangkat, para anggota diuji dulu oleh para panitia. Mereka disuruh tampil di depan para santri di halaman PPA Nirmala dengan cara membaca puisi.
"Acara ini dilaksanakan selain memang sebagai agenda tahunan Sanggar Sabda juga agar para anggota lebih mengenal dirinya sendiri yang dibuktikan dengan uji nyali dan mental yang diberikan oleh panitia," ujar Muwafiqul Khalid, ketua Sanggar Sabda, ketika ditemui di sela-sela kegiatan. Dia berharap kepada seluruh anggota yang baru bergabung agar mereka mempunyai kemampuan lebih dari pada seniornya, baik dari segi mental dan kreativitasnya karena dia merasa para seniornya kurang begitu bersemangat dalam komunitas Sanggar Sabda sehingga nilai kreativitas yang diberikan dirasakan kurang.

Sabtu, November 29, 2008

Sosialisasi Keaslian Uang Rupiah dan Perbankan Syariah di Annuqayah


Sunandar & Subaidi, Sekretariat PP Annuqayah

Guluk-Guluk—Kamis hingga Jumat (27-28/11) kemarin, bertempat di Aula Besar As-Syarqawi, di Bukit Lancaran, Pondok Pesantren Annuqayah melakukan sosialisasi “Keaslian Mata Uang Rupiah dan Sistem Perbankan Syari’ah” bagi guru, santri, dan lembaga-lembaga di sekitar kabupaten Sumenep. Acara ini diadakan bekerja sama dengan Bank Indonesia dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Jakarta. Dihadiri kurang lebih 75 orang pada hari pertama dan 250 orang pada hari kedua.
Format kegiatan hari pertama adalah Training of Trainers dengan tema Sosialisasi Keaslian Uang Rupiah dan Perbankan Syariah kepada kepala-kepala madrasah/sekolah, guru dan pengurus yang berasal dari intern Annuqayah serta utusan beberapa lembaga/pesantren di kabupaten Sumenep. Acara ini dimulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 14.00. Trainer dan narasumbernya antara lain Bapak Wibowo, Agus, Bambang, dan Erick, yang bergantian menyampaikan materinya. Dalam materi yang disampaikan, disinggung tentang perlunya kerja sama untuk memberantas peredaran uang palsu. Uang palsu merugikan masyarakat dan negara, karena mengganggu sistem keuangan dan ekonomi nasional. Para trainer juga melatih peserta untuk mengenali uang palsu. “Secara sederhana, uang palsu bisa diketahui dengan 3D, yakni Dilihat, Diraba dan Diterawang,” demikian disampaikan nara sumber yang kemudian dipraktikkan menggunakan alat-alat berupa loupe (sinar pembesar) dan ultraviolet.
Selain itu, nara sumber juga menyosialisasikan tentang sistem perbankan Syari’ah sebagai solusi untuk tabungan yang sesuai dengan syari’at Islam.
Hari kedua, sosialisasi diberikan kepada para siswa, mahasiswa dan pengurus pesantren daerah di lingkungan PP Annuqayah. Hampir sama dengan hari sebelumnya, para trainer dan narasumber menjelaskan secara teori dan praktik mengenai cara-cara mengenali uang palsu dan sistem perbankan Syari’ah, namun yang berbeda adalah durasi waktunya yang relatif lebih cepat. Jika hari pertama acara berlangsung hingga 7 jam (dari jam 08.00-14.00), namun pada hari kedua hanya sekitar 3 jam (dari 08.00-10.30).
Ditemui di sela-sela acara, bapak R.M.T. Wibowo, Deputi Kepala Bagian Pelaksanaan Uang Bank Indonesia Jakarta, mengatakan, bahwa acara ini bertujuan menyosialisasikan perbankan syariah dan keaslian uang palsu. Berbicara perbankan syariah, menurut beliau, pesantren sebagai lokomotif isu-isu agama mestinya berperan aktif dalam memasyarakatkan sistem perekonomian syariah. Hal itu untuk mengimbangi rongrongan sistem perekonomian kapitalis. Hal senada juga disampaikan oleh Drs. Jazim As'ari, Program Manager untuk Lingkungan Hidup dan Pemberdayaan Masyarakat PBNU. Beliau menambahkan bahwa masyarakat pesantren harus menjadi agen dalam hal ini. Makanya PBNU dan BI menggandeng pesantren untuk sampai pada tujuan luhur tersebut.
Saat ditanya mengapa PP Annuqayah dipilih sebagai mitra dalam kegiatan ini, Jazim mengatakan karena Annuqayah merupakan pondok pesantren tertua yang ada di Kabupaten Sumenep, dan memiliki santri dan alumni yang sangat banyak. Di samping itu, masyayikh Annuqayah memiliki pengaruh yang sangat kuat di masyarakat Madura, Sumenep pada khususnya.

Seleksi Baru Anggota Paramarta

Ummul Karimah, PPA Karang Jati Putri (Assaudah)

GULUK-GULUK—Jum’at (28/11) kemarin, di Madaris 3 Annuqayah ada acara perekrutan anggota Paramarta (Paduan Suara Madaris 3 Annuqayah). Acara ini tampak menegangkan bagi para peserta, saat mereka menunggu giliran dan mengintip di luar jendela aula utama Madaris 3, tempat kegiatan ini berlangsung. Ketegangan semakin terbukti dengan banyaknya peserta yang masih berlatih solmisasi sebelum gilirannya tiba di ruangan kelas lain atau di halaman.
Peserta seleksi yang seluruhnya berjumlah 35 itu terdiri dari 15 siswa MTs 3 dan 20 siswa SMA 3 Annuqayah. Sesuai dengan kesepakatan OSIS MTs 3 dan SMA 3, penyeleksian akan mengundang pakar paduan suara Annuqayah dari PSM (Paduan Suara Mahasiswa) STIKA, yakni Ny. Khotibah AW, S.E., dan Faiqatul Shalihah.
Pada tahun sebelumnya, proses seleksi anggota Paramarta ini gagal terlaksana, sehingga kordinator Paramarta periode 2007, yaitu Zaitunah, berkomentar, “Kami tidak mau kegagalan itu terulang untuk yang kedua kalinya,” katanya.
Anggota Paramarta periode 2007 yang berjumlah 13 orang adalah anggota yang direkrut tanpa seleksi—langsung masuk sebagai anggota tetap. Maka dari itu, untuk tahun ini, meski telah menjadi anggota tetap, namun mereka harus juga mengikuti penyeleksian. Seandainya salah satu dari ketiga belas anggota tersebut tidak masuk seleksi, maka mau tidak mau mereka harus keluar dari Paramarta.
“Walaupun dulu kami masuk tanpa seleksi, namun kami pernah meraih juara pertama dalam lomba Paduan Suara se-Kabupaten Sumenep yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep bulan Mei lalu,” tambah Zaitunah dengan tubuh bangga.
Para peserta harus menunggu sampai hari Senin (30/11) lusa untuk mendapatkan info kelulusan. Ada yang berharap besar dan ada pula yang pasrah menunggu nasib sampai tiba pengumuman ditempel di Mading Raksasa Madaris 3 Annuqayah.

Jumat, November 28, 2008

Bedah Buku ”Mengutamakan Rakyat”

Fandrik HS Putra, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Ilmu Keislaman (STIK) Annuqayah mengadakan acara bedah buku karangan Mayor Jendral TNI Saurip Kadi, S.E., M.M. yang berjudul Mengutamakan Rakyat. Acara tersebut diikuti oleh kaum pelajar dan umum. Acara yang bertempat di Auditorium STIK Annuqayah itu dihadiri oleh Ketua BEM dan Ketua STIK Annuqayah serta beberapa dosen.
Kamis (20/11/08) pukul 09.00 WIB bapak Mayor Jenderal TNI Saurip Kadi tiba di kampus STIK Annuqayah didampingi oleh asisten pribadinya, Ibu Liem Siok Lan atau yang biasa di panggil Yustiani.
Pemaparan pembedah (Mayor Jendral Saurip Kadi) cukup komunikatif dan mudah dicerna para hadirin, sebab ia juga termasuk dari kalangan kaum miskin, yaitu anak seorang nelayan sekaligus petani di desa kecil pesisir utara Brebes. Faktor itulah yang juga membuat ia sangat antusias sekali untuk menerbitkan buku tersebut.
Buku ini membahas tentang sistem pemerintahan Indonesia yang semrawut, baik dalam mengatur pemerintahan maupun sistem ekonomi. “Ini bukan bukan kampanye Pilpres 2009 lho. Ini adalah pembuka hati agar tidak salah memilih pemimpin,” ungkap mantan anggota DPR RI itu.
Ia juga mengkritisi kebijakan pemerintah, sistem kenegaraan yang rusak, dan visi misi calon presiden yang diusung dari berbagai partai. Menurutnya, program mereka itu hanya program partai, tidak bisa dijadikan program pemerintah karena Indonesia adalah negara parlemen. “Maksud saya adalah sistem pemerintahan di Indonesia cenderung bersifat parlemen meski menggunakan sistem presidensial,” ungkap pria kelahiran Brebes 1965.
“Sekali lagi, ini bukan kampanye partai, melainkan solusi untuk Indonesia keluar dari keterpurukan,” imbuhnya.

Penguatan Program Pengajian Alqur’an di Lubangsa

Fathorrahman Hasbul, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Selasa (24/11/2008) pengurus PP Annuqayah daerah Lubangsa mengumpulkan seluruh guru ngaji Alqur’an di Lubangsa. Guru ngaji yang berjumlah 70 orang itu dihadirkan ke Masjid Jamik Annuqayah dalam rangka merapatkan barisan untuk memulai program pengajian Alqur’an yang sudah menjadi program kerja pengurus seksi pribadatan dan keilmuan (PK). Acara tersebut berlangsung mulai jam 19.30 WIB hingga 21. 30 WIB. Isi acaranya adalah serap aspirasi dan pengarahan dari ketua pengurus PPA Lubangsa.
Dalam kesempatan tersebut, pengurus PK bertindak sebagai pemandu langsung jalannya acara. Dalam sesi serap aspirasi, seluruh guru ngaji menyampaikan keluhan kesah yang selama ini mereka rasakan khususnya dalam membimbing seluruh santri. Salah satu guru ngaji yang mengeluh pada acara itu adalah Iksan. Bagi Iksan, selama ia menjadi guru ngaji persoalan yang sering muncul adalah lemahnya semangat santri untuk belajar secara sungguh-sungguh bacaan Alqur’an yang benar. Bahkan ia menambahkan bahwa santri ketika mengaji seringkali bergurau. “Kalau mau dibimbing mereka malah guyonan, seakan-akan tidak memperhatikan saya sebagai gurunya,” katanya.
Sementara itu, menurut koordinator PK, Sofyan Auri, pertemuan ini tidak lain bertujuan agar para pembimbing dapat mengupayakan dan mendorong santri lebih serius dalam mengaji Alqur’an. “Sebab, yang namanya lulusan pesantren itu harus fasih membaca Alqur’an,” katanya.
Dalam acara itu, ketua pengurus PPA Lubangsa memberikan pengarahan. A. Readi Sahen sebagai salah satu pengurus harian menyampaikan bahwa dalam proses penguatan seperti ini sudah dilakukan sejak dulu. Namun, sampai saat ini upaya seperti itu dipandang tetap perlu dilakukan.

Kamis, November 27, 2008

Kelas SMA 3 Dicat Warna-Warni

Ummul Karimah, PPA Karang Jati Putri (Assaudah)

GULUK-GULUK—Ruangan kelas SMA 3 Annuqayah direnovasi dengan dicat berwarna-warni sesuai dengan kesepakatan kelas masing-masing (10/11). Ide pengecatan tersebut tak lain untuk menumbuhkan suasana baru dalam kelas sehingga mampu menumbuhkan minat belajar siswa dan pembelajaran di kelas diharapkan akan semakan efektif. “Ya. Biar siswa semakin rajin sekolah dan tidak bosan dengan warna yang tetap putih saja,” begitulah komentar Bapak H. Moh. Ya’kub, S.E. Kepala SMA 3 Annuqayah.
Yang menarik dari pengecatan ini adalah karena warna yang dipilih sesuai selera siswa. Bapak H. Moh. Ya’kub memang sengaja membiarkan siswa berkreasi secara bebas. Di antaranya dengan memilih warna sendiri. Pemilihan warna sendiri tentunya memiliki arti tersendiri, “Agar siswa tidak merasa didikte oleh guru dan mereka bisa sadar bahwa mereka memiliki kebebasan untuk berekspresi,” tambahnya.
Pengecatan 4 kelas yang mampu diselesaikan oleh 3 tukang dalam jangka 4 hari itu terhitung cukup singkat. Warna yang dipilih hanya dicatkan di tembok sekitar papan, sedangkan tembok yang lain yaitu sama, berwarna kuning gading. Kelas XA berwarna biru, XB berwarna merah genting, XI IPS berwarna oren manis, XII IPS berwarna hijau.
Adapun kelas XI IPA dan XII IPA memang tidak dicat ulang, karena memang berada dalam komplek deretan bangunan yang terpisah. Siswa kelas tersebut cukup memahami keputusan ini, karena memang sudah dikomunikasikan oleh pihak sekolah.

Club Teater Lubangsa Akhiri Masa Kepengurusan

Supriyadi, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Kamis, 20/11/08 Club Teater Lubangsa (CTL) menampilkan pementasan untuk yang terakhir kalinya, pada masa periode 2007-2008. Acara ini dimeriahkan oleh Sanggar Andalas Lubangsa. Acara ini telah banyak mengundang perhatian santri Annuqayah. Halaman MTs 1 Annuqayah putra, tempat acara itu berlangsung, dibanjiri sekitar 200 orang.
Meski dikemas dengan sederhana, acara ini tetap meriah. Fatlur, ketua panita pelaksana acara itu, menuturkan bahwa acara yang digelar itu hanya menghabiskan dana sebanyak Rp. 50.000,-.. Persiapan acara ini tidak banyak makan waktu, hanya satu hari. Yang banyak makan waktu menurutnya hanya persiapan dari penampilan. “Karena acara ini merupakan acara yang terakhir, jadi mereka berupaya tampil semaksimal mungkin,” katanya.
Masa bakti kepengurusan CTL hanya satu tahun. Menurut Rasyidi Rahman, ketua CTL masa bakti 2007-2008, acara tersbut merupakan acara yang terakhir pada masa kepengurusannya, dan beberapa hari kemudian akan dilaksanakan kongres untuk memilih ketua baru CTL.

Rabu, November 26, 2008

Klub Penerjemah Madaris 3 Annuqayah


Khazinah, PPA Karang Jati Putri (Assaudah)

GULUK-GULUK—Klub Penerjemah Perpustakaan Madaris 3 Annuqayah adalah salah satu unit kegiatan di lingkungan Madaris 3 Annuqayah yang dimulai dari awal bulan Februari 2008 yang lalu. Kegiatan rutin mereka adalah menerjemah teks bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Saat mulai beraktivitas, anggota 16 siswa dari MTs 3 dan SMA 3, dan 2 mahasiswa STIKA. 18 anggota klub ini dibagi dalam kelompok; setiap kelompok terdiri dari 2 orang.
Setiap Jum’at sore pukul 15.30 WIB anggota Klub Penerjemah berkumpul untuk mempresentasikan hasil terjemahan kelompok yang mendapat giliran. Hasil terjemahan kelompok itu kemudian dibahas dan disunting bersama. Sedangkan buku yang diterjemah dipilih dari koleksi yang ada di Perpustakaan Madaris 3 Annuqayah, yakni Nasreddin the Clever Man karya Sugeng Hariyanto (Penerbit Kanisius, 2005).
Pada awal Oktober 2008, hasil terjemahan Klub Penerjemah ini didokumentasikan dalam bentuk buku. Dalam buku dokumentasi tersebut, terdapat pula teks bahasa Inggris yang diterjemahkan, dan disajikan sedemikian rupa sehingga pembaca dapat secara langsung membaca karya terjemah tersebut sambil membandingkannya dengan teks asli. Beberapa ilustrasi dalam buku dokumentasi itu dibuat oleh Anisah, siswa SMA 3 yang merupakan salah satu anggota klub. Klub Penerjemah sudah menggandakan buku tersebut sebanyak 40 eksemplar dan dibagikan pada perpustakaan-perpustakaan yang ada di Annuqayah, seperti perpustakaan STIKA dan MA 1 Annuqayah putra dan putri.
Pada tanggal 19-22 Oktober 2008 kemarin Klub Penerjemah membuka pendaftaran bagi anggota baru. Banyak siswa Madaris 3 yang mendaftar untuk ikut dalam kegiatan klub. Semuanya berjumlah sebanyak 28 orang, yang terdiri dari siswa 20 orang, dan 8 merupakan mahasiswa STIKA.
Setelah penerimaan anggota baru, Klub Penerjemah dibagi dua kelompok berdasarkan atas tingkat pendidikan. Pertama adalah kelompok siswa yang terdiri dari MTs dan SMA, sedangkan kelompok kedua adalah kelompok mahasiswa. Bahan yang diterjemah juga berbeda. Kelompok siswa MTs dan SMA menerjemahkan buku Nasreddin the Foolish Man, sedangkan untuk kelompok yang kedua yang terdiri dari mahasiswa menerjemah salah satu bagian dalam buku yang berjudul The Qur‘an Women and Modern Society karya Asghar Ali Engineer.
Berikut adalah beberapa komentar atas karya terjemahan yang sudah didokumentasikan:

”Luar biasa. Terjemahan yang mulus dan enak dibaca. Menunjukkan potensi yang mustinya tak boleh disia-siakan. Salut.”
Rika Iffati Farihah, penerjemah dan penyunting lepas,
tinggal di Yogyakarta

“Hasilnya sangat bagus, tapi saya lebih suka pada prosesnya yang kreatif dan berani keluar dari pengapnya formalitas dan rutinitas belajar di kelas-kelas formal yang sering menjemukan dan tidak memotivasi. Inilah salah satu proses belajar yang perlu ditiru dan dikembangkan dalam semua disiplin di sekolah yang berorientasi kualitas, bukan sekadar menjadi ‘kios’ ijazah.”
Ach. Maimun Syamsuddin, penulis dan penerjemah, dosen STIK Annuqayah, kandidat doktor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

“Karya ini menceritakan kesemrawutan dunia dan jalan keluarnya dengan cerita sederhana. Bahasa yang digunakan sebagaimana percakapan sehari-hari, namun kaya makna. Keberhasilan
para siswa sekolah tingkat menengah ini patut mendapatkan apresiasi karena mereka telah menyelami kedalaman pesan moral dari sang tokoh termasyhur, Nasruddin Hoja, melalui pengalihbahasaan yang cemerlang.”
Ahmad Sahidah, penulis dan penerjemah, alumnus Annuqayah, kandidat doktor pada Departemen Filsafat dan Peradaban Universitas Sains Malaysia

Selasa, November 25, 2008

Musim Hujan yang Mengancam

Ummul Karimah, PPA Karang Jati Putri (Assaudah)

Saya adalah salah satu siswa SMA 3 Annuqayah yang sangat prihatin terhadap keadaan di musim penghujan saat ini. Lalat-lalat datang siap untuk menyerang. Ditambah lagi dengan sampah yang malah semakin bertambah—bukan berkurang. Barang kali sekaranglah kesempatan yang baik bagi penyakit untuk beraksi menggerogoti manusia.
Saya semakin yakin dengan musim yang mengancam ini, karena Wakil Kepala SMA 3 Annuqayah, yaitu Bapak Nasiruddin, S.E., sebagai pembina dalam upacara bendera Madaris III Annuqayah Senin (16/11) menyampaikan petuah bijak kepada seluruh siswa Madaris III Annuqayah. “Sehubungan dengan musim mangga, maka hati-hati! Jaga kesehatan. Jangan terlalu banyak mengkonsumsinya. Apalagi cabe. Takut-takut menimbulkan penyakit diare dan yang lebih parah lagi muntaber (muntah yang disertai berak),” demikianlah ceramahnya yang begitu menyentuh membuat saya dan teman-teman yang lain tertunduk. “Ingat. Ini semua demi kebaikan kita semua,” tambahnya.
Setelah saya ingat-ingat lagi, apa yang dikatakan Pak Nasir dalam upacara bendera memang terbukti benar. Komplek-komplek di Sabajarin penuh dengan lalat. Lalat-lalat itu hinggap di atas makanan-makanan basah seperti: pisang goreng, nangka goreng, dan tahu isi yang dijual di komplek Karang Jati. Juga sancin dan onde-onde yang dijual di komplek al-Furqaan, hingga kaldu dan rujak yang dijual di kantin SMA 3 Annuqayah. Ditambah dengan musim mangga yang benar-benar membuat lidah bergoyang saat santri melihatnya. Mangga-mangga itu telah siap dengan bumbu yang dipenuhi cabe.
Kita tahu, lambung merupakan alat pertama dalam perut yang mengolah makanan yang kita cerna. Bila lambung kita terlalu banyak mengkonsumsi mangga yang mengandung banyak zat asam, maka itu akan menyebabkan diare. Lebih parah bila terlalu banyak mengkonsumsi biji cabe, maka lambung akan menjadi luka dan itu sangat berbahaya bagi kesehatan kita.
Tak salah bila saya katakan bahwa para santri Sabajarin mayoritas doyan rujak, karena setelah saya melakukan pengamatan di Karang jati (24/11) kemarin subuh petang di waktu shalat jamaah berlangsung, ternyata dari 125 santri Karang Jati banyak yang tidak berjamaah disebabkan antre WC. Belum lagi yang menstruasi dan yang malas. Saya terkejut, namun diam.
Karena pengantri di depan WC banyak, maka saya menjadi tertarik untuk menghitungnya. Ada 20 orang yang berdiri, duduk dan jongkok di sekitar WC. Ada yang menggedor-gedor pintu, ada yang teriak, dan ada pula yang merintih kesakitan perut. Dan saya juga merupakan peserta ke-21 yang juga ikut antri—setia menunggu giliran terakhir.
Hanya ada 3 WC di situ. Saya melihat wajah lega keluar dari WC 1. Lalu saya bertanya: “Apa yang terjadi?” Ia menjawab, “Saya diare sudah 3 hari yang lalu.” Kemudian saya pandangi wajah-wajah yang lain: dahi yang berkerut, muka yang kusut, tangan yang memegangi perut, dan bibir yang cemberut. Sepertinya mereka was-was, cemas memikirkan bila tak cepat tiba pada giliran, sang berak sudah ikut-ikutan menggedor-gedor tanda tak sabar ingin keluar.
Lain dulu lain sekarang. Jika di Karang Jati antri WC berlangsung pagi hari, maka lain lagi dengan keadaan di Al-Furqaan. Kejadiannya tak jauh berbeda namun waktunya saja saja yang berbeda. Antrian WC berlangsung saat jamaah maghrib berlangsung. Kemarin, dari 50 santri, ada 8 santri yang juga setia antri di depan WC.
Jika selalu berharap untuk hidup sehat, mengapa masih suka buang sampah sembarangan di musim hujan yang walaupun tak kejam tapi dipaksa untuk mengancam? Ternyata harapan saja tak cukup. Masih ada kata-kata bijak yang bila ditanamkan lekat-lekat dalam hati akan mampu mendobrak kekhilafan dan mengubah kesadaran yang mungkin pula akan diimplementasikan. Kata itu adalah: kejahatan individu mengancam kesehatan bersama. Resapilah.

Senin, November 24, 2008

Latee Memulai Pembangunan Biogas Sanimas


Ahmad Al Matin, PPA Latee

GULUK-GULUK—Pembangunan Biogas Sanimas (Sanitasi Berbasis Masyarakat) mulai dikerjakan sejak hari Ahad (16/11) lalu. Pembangunan yang merupakan hasil kerja sama antara LSM Borda (Jerman), LSM Best (Surabaya), Bali Fokus (Bali) dan Pondok Pesantern Annuqayah Latee ini seharusnya sudah dimulai sejak September lalu, namun dengan adanya beberapa kendala proses pembangunannya baru bisa dikerjakan sejak Ahad pekan lalu.
Pembangunan yang bertujuan utama untuk meningkatkan mutu kesehatan masyarakat ini mendapatkan dana dari APBN sebesar 100 juta rupiah dan dari APBD sebesar 200 juta rupiah. Ini bukanlah proyek dalam bentuk bantuan melainkan swakelola; pihak yang mendapat bantuan ini juga ikut andil dalam membangun dan mengeluarkan biaya—dalam hal ini Pondok Pesantren Annuqayah Latee mengeluarkan 5,5 % dari semua biaya yang dikeluarkan.
Proses pertama dari pembangunan ini adalah penggalian lubang pembuangan kotoran atau yang disebut dengan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Penggalian ini melibatkan santri dan masyarakat yang mayoritas merupakan para wali santri.
“Karena pembangunan Biogas ini lingkupnya masyarakat, maka santri yang juga sebagai masyarakat pesantren juga harus ikut andil dalam pembangunan ini. Tapi karena santri harus mengikuti pelajaran sekolah, maka pihak pengurus juga meminta keikhlasan wali santri untuk membantu mengerjakan pembangunan ini,” tutur Faisol Abdullah ketua panitia pembangunan ini.
Menurut Faisol Abdullah pembangunan Biogas Sanimas ini diperkirakan selesai pada Februari 2009 mendatang dan akan dipakai oleh seluruh santri Pondok Pesantren Annuqayah Latee.
Proses pembangunan Biogas Sanimas ini juga rupanya juga berdampak pada aktivitas santri Latee, khususnya yang berkaitan dengan WC. Beberapa WC yang biasa digunakan santri digusur karena termasuk pada lokasi yang direncanakan akan dijadikan IPAL, yakni di selatan kamar mandi raksasa Latee, atau di sebelah barat dapur santri Latee. Oleh karena itu, untuk sementera santri PPA Latee hanya bisa menggunakan dua WC untuk santri yang banyaknya sekitar tujuh ratusan.

Minggu, November 23, 2008

Nirmala Putri Sosialisasikan Tata Tertib Pondok

Sumarwi, PPA Nirmala

GULUK-GULUK—Pada hari Jum'at (21/11/08) kemarin, PPA Nirmala menyelenggarakan sosialisasi tata tertib pondok kepada wali santri. Acara bertempat di Mushalla lantai II PPA Nirmala dan dihadiri oleh 180 wali santri. Selain untuk mempererat silaturahim, tujuan penyelenggaraan acara ini adalah agar terjadi kerja sama antara wali, pengurus, dan pengasuh terutama dalam persoalan tata tertib pondok.
"Acara sosialisasi tata tertib ini memang sudah lama ingin kami laksanakan karena beberapa persoalan yang terjadi berkaitan dengan peraturan pondok," demikian Ny. Fathaturrahmah dalam sambutannya selaku pengasuh PPA Nirmala Putri. "Satu contoh kasus yang sering terjadi, kadang-kadang ada peraturan yang sudah disetujui oleh pengurus dan pengasuh tapi belum didukung oleh para wali, atau memang wali tidak mengetahui tata tertib tersebut. Seperti santri yang ingin pamit pulang dengan alasan sakit atau acara walimah, dan beberapa ketentuan lain yang juga dibahas dalam musyawarah ini. Dengan diadakan acara ini, maka kami berharap agar proses pendidikan dapat berjalan dengan lancar," lanjut beliau. Sementara itu, pengasuh utama PPA Nirmala, Dr. K.H. M. Afif Hasan, M.Pd meminta para wali santri agar mendukung program ini sehingga dapat berjalan dengan lancar.
Dari musyawarah yang dilaksanakan, di antaranya diputuskan bahwa, pertama, orang tua wali/keluarga yang berkunjung ke pondok harus berpakaian rapi dan sopan; kedua, wali yang berkunjung tidak boleh mengaktifkan HP di lingkungan pondok agar tidak mengganggu proses belajar santri. Yang terakhir, kartu muhrim benar-benar dipegang oleh wali santri untuk menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan.

Sabtu, November 22, 2008

Hujan Lebat, Pondok di Nirmala Terancam Ambruk

Sumarwi, PPA Nirmala

GULUK-GULUK—Hujan yang terjadi pada hari Jum'at (21/11) kemarin yang merupakan hujan terderas selama bulan november sempat membuat panik warga Nirmala. Kamar pondok yang bersebelahan dengan selokan yang rencananya akan direhabilitasi dibanjiri air selokan. Penyebabnya karena selain hujan yang sangat deras juga kamar blok D/3 dan D/4 tersebut tidak memiliki pembatas antara pondok dengan selokan sehingga air dengan mudah masuk ke serambi pondok.
Zainuddin (20), salah satu santri yang tinggal di kamar D/3 sempat bingung dan panik karena semula dia tidak menyangka hujan akan turun sederas ini. Selain kondisi pondok yang sudah retak di mana-mana ditambah lagi dengan air bah yang terus menerus menggerogoti pondasi pondok, maka kemungkinan besar kamarnya itu akan ambruk.
Menanggapi hal tersebut A. Fadhali, Ketua Pengurus PPA Nirmala menyatakan, melihat kondisi pondok yang sangat memprihatinkan tersebut, dia akan melakukan koordinasi dengan seluruh pihak terkait yang bertanggung jawab atas rencana rehabilitasi pondok, agar segera dilaksanakan.

Jumat, November 21, 2008

Hujan 4 Jam, Santri Mandi Banjir


Subaidi, PPA Nirmala

GULUK-GULUK–Hujan yang mengguyur bumi Annuqayah menjelang shalat Jum’at (21/11) selama kurang lebih 4 jam membuat komplek Bahasa Arab Annuqayah Nirmala terendam banjir. Bukannya gentar dengan air bah yang menerjang, santri Annuqayah Nirmala malah menyambutnya dengan penuh sukacita seraya mandi dan mengobok-obok air yang berwarna coklat bercampur sampah-sampah yang ikut hanyut.
Santri yang kebanyakan santri yunior itu turun ke areal persawahan yang bersebelahan dengan got yang tidak lagi mampu menampung deras dan banyaknya air hingga meluber ke areal persawahan dan mengenangi bangunan semi permanen asrama santri. Beruntung air yang sampai setinggi lutut itu tidak membahayakan gubuk yang terbuat dari kayu kombinasi bambu itu, sebab kontruksi bangunannya mirip dengan rumah panggung yang mempunyai kaki-kaki. Di areal persawahan inilah santri mandi dan bermain air. Bahkan Imam Puyup, salah seorang santri yang bernyali main hanyut-hanyutan di sekitaran got. Ketika ditanya soal bahaya air bah yang bisa saja menyeretnya, santri kelas tiga SMA ini hanya senyam-senyum sambil kembali meloncat ke dalam air.
Ancaman penyakit yang bisa saja dibawa air kotor itu pun tampaknya tidak dihiraukan oleh santri-santri. Seperti tersihir dengan asyiknya permainan hanyut-hanyutan di air banjir yang jarang terjadi itu, santri tidak sadar bahwa di dalam air itu terdapat ratusan penyakit yang bisa saja menyerang. Seperti diare, gatal-gatal dan lain sebagainya. “Kalau habis main (main air banjir, red) ini langsung mandi dengan air bersih, penyakit-penyakit tidak mungkin datang!” papar Iklil berapi-api. Santri kelas tiga MTs ini menambahkan agar tidak terjadi apa setelah mandi air kotor itu. Menurutnya, ketika sedang main di air kotor, kita harus menutup mulut rapat-rapat agar tidak kemasukan air, dan dengan begitu pasti aman.
Lain halnya dengan Naufil yang memilih tidak ikut bermain namun cukup asyik dengan menjadi penonton saja. Alasan dia tidak ikut berpartisipasi karena dia tidak mau sakit yang ia derita seminggu yang lalu kambuh kembali. Ketika ditanya sakit apa, dia menjawab singkat, “Sakit koreng”.
Tidak hanya itu, keasyikan mandir air banjir ini ternyata juga menarik perhatian para orang tua santri yang saat itu sedang mengunjungi anak-anaknya. Bukan hanya para wali yang ikut menonton keasyikan santri-santri putra ini mandi air banjir, tapi sebagian santri putri juga ikut menonton dari balik tembok seraya berkomentar ala santri putri ketemu santri putra. Ada yang mengolok ada juga yang melihat keasyikannya ingin ikut serta, namun hal itu mustahil karena tatib pesantren. Rofida, salah seorang pengurus PPA Nirmala Putri tanpa enggan juga ikut menonton. Katanya ini sangat hebat dan jarang sekali ada tontonan asyik gratis seperti ini.

Kamis, November 20, 2008

Pengurus Diniyah Lubangsa Operasi Kitab

Mohammad Khozen, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Selasa (18/11/08) kemarin, Pengurus Madrasah Diniyah Baramijut At-Tarbiyah Wa At-Ta’lim Lubangsa (MDBTL) bergerilya dari satu kelas ke kelas lain di semua marhalah untuk memastikan apakah semua murid sudah memiliki semua kitab yang menjadi bahan ajar di kelas.
Hari Senin sebelumnya (17/11/08) pengurus MDBTL memberikan pengumuman kepada semua siswa agar pada hari Selasa (malam Rabu) para siswa membawa semua kitab walau bukan jam pelajarannya untuk didata.
Sejak saat itu para siswa yang tidak lengkap kitabnya panik. Mereka menyerbu toko kitab dan mencari kitab yang masih belum dimilikinya. Ada juga siswa yang membongkar kardus penyimpanan kitab-kitab yang tidak dipakai dan kitab-kitab peninggalan alumni yang sudah bertahun-tahun tidak disentuh.
Termasuk dari siswa yang rela membongkar kardus-kardus usang itu adalah A. Fais, siswa kelas 3 Mumtaz Marhalah ‘Ulya. Setelah 30 menit membongkar kardus dan tumpukan kitab, akhirnya dia bisa bernafas lega. Pasalnya, semua kitab yang dia butuhkan semuanya tersedia walau agak usang dan sudah ada catatan (makna) di sebagian halaman. “Saya akan bilang bahwa kitab ini adalah warisan dari kakak saya,” katanya sambil tersenyum lega.
Ada juga santri yang pasrah atas ketidaklengkapan kitabnya. “Mau gimana lagi, mau beli tidak punya uang. Cari kitab warisan tidak ada. Ya terserah nanti deh,” kata Sarbini, siswa kelas III Mumtaz.
Secara terpisah, Bapak Saipul Badri, waka kurikulum Diniyah Lubangsa mengatakan bahwa operasi tersebut bertujuan agar para siswa masing-masing memiliki kitab. Karena, lanjutnya, dari hasil survei pengurus, walaupun tidak ada siswa yang tidak membawa kitab ketika jam pelajaran, bukan berarti mereka memiliki kitab semua. Pengurus menemukan banyak dari siswa yang meminjam pada temannya yang beda kelas.
Ditanya tentang sanksi bagi siswa yang tidak langkap kitabnya, Saipul hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala. “Yang pasti akan dipanggil ke kantor. Masalah bentuk sanksinya, kita lihat saja nanti,” katanya.

Rabu, November 19, 2008

Abdul Wahid Hasan, Dosen dan Penulis Buku

Komitmen Menulis sampai Akhir Hayat

Radar Madura, 17 November 2008

ABDUL Wahed Hasan lahir pada 10 Oktober 1973. Dia dilahirkan di Desa Pananggungan, Kecamatan Guluk-Guluk, sebuah desa yang mayoritas penduduknya berprofesi petani.
Meski petani, kedua orangtua Wahed getol memberi semangat kepada anak-anaknya untuk menempuh pendidikan. Semangat ini kemudian menjadi komitmen Wahed.
Pada 1986 Wahed disekolahkan di salah satu SDN di desanya. Awalnya dia tidak sadar bahwa detik itu awal baginya menjalani tantangan. Sebab, di tengah belitan biaya hidup, orangtuanya juga berpikir biaya pendidikan anaknya.
Layaknya anak-anak desa yang lain, Wahed berangkat ke sekolah apa adanya. Memakai seragam sederhana dan uang saku seadanya. Bahkan, pernah dalam tiga hari dia tak punya uang saku. Namun, dia tabah dan menikmati saja apa yang sedang dia alami.
Kesenangannya sejak kali pertama duduk di bangku SD adalah menulis. Menulis apa saja sesuai dengan keinginannya. "Yang penting saya menulis," katanya.
Hobi ini membuat dia berambisi menulis di sejumlah media. Tulisan pertamanya dimuat di majalah dinding di sekolahnya.
Lepas dari bangku SD, dosen tarbiyah STIKA Guluk-Guluk ini melanjutkan ke Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk. MTS dan SMA serta gelar sarjana (S-1) dia dapat di pesantren itu.
Menurut dia, selama mondok dia mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman yang belum didapat sebelumnya. Bakat menulisnya semakin mantap. Sebab, teman-teman santrinya mayoritas senang dengan dunia tersebut. Apalagi, sarana dan prasarana lebih memadai. Komputer dan internet disediakan di pesantren.
Berbeda ketika di desa, hasil karya tulisnya selama di ponpes banyak orang orang. Dia mendapatkan honor ganti print out dan uang lelah. Sehingga, dari hasil tulisan tersebut Wahed mulai bisa membiayai hidupnya sendiri selama di pesantren.
Tahun demi tahun, hobi menulisnya berkembang. Dari menulis di sejumlah media kecil, dia mulai memberanikan menulis di sejumlah koran tebitan nasional. Saat itu dia duduk di bangku kelas akhir SMA (1993).
Saat itu dia bukan hanya menulis, tapi belajar menerjemahkan buku. Hasil terjemahan diterbitkan oleh salah satu percetakan di Jakarta. "Saya merasakan betapa semangat saya menulis waktu masih SD hasilnya bisa saya rasakan saat ini," ujarnya. Bahkan, honor dari menerjemahkan buku tersebut bisa untuk biaya pendidikannya.
Meski telah menerjemahkan banyak buku, Wahed tak henti mengasah diri. Alasannya, karya tersebut hanya sepintas lalu dari potensi yang belum mampu dia kuak. Dirinya yakin, potensi yang Tuhan berikan masih banyak.
Pada 1998, semangatnya dalam berkarya makin mantap. Apalagi ketika dia mulai bergabung dengan lembaga pers mahasiswa (LPM). Hingga dia menempuh jenjang pendidikan di program pasacasarjana, kertas dan bolpen tidak pernah lepas dari jemarinya. Hasilnya, puluhan media cetak mulai melirik karya-karyanya.
Karya-karya yang telah dia hasilkan, antara lain; SQ NABI: Aplikasi Strategi dan Model Kecerdasan Spiritual Rasulullah Saw. Di Masa Kini (IrCiSoD Yogyakarta2006; mendapat penghargaan sebagai karya ilmiah terbaik dosen swasta PTAI se-Indonesia oleh DEPAG RI), Shalat Sunnah Bersama Nabi (Q-Media Yogyakarta, 2007), Kumpulan doa anak shaleh (Terainsani, Jakarta, 2007), serta Fikih Sehari-hari (Q-Media, Yogyakarta, proses terbit).
Sedangkan buku yang pernah diterjemahkan, Kegelisahan Rasulullah Mendengar Tangis Anak (terjemah dari buku Kaifa Nurabbi Awladana Ilamiyyan karya Muhyiddin Abdul Hamid, Pustaka Pelajar, 1999), Teologi Kemiskinan, Konsep dan Solusi Islam atas Persoalan Kemiskinan (terjemah bersama A. Maimun Syamsuddin dari buku Musykilat al-Faqr karya Yusuf al-Qaradhawi.
Lalu, buku Mengakrabkan Anak dengan Tuhan (terjemah bersama A. Maimun dari buku Kaifa Nad'û al-Athfâl karya Dr. Hamdan Rajih, Diva Press, Yogyakrat, 2002), Pengembangan Ilmu Menurut Nabi (terjemah dari buku al-Rasûl wa al-'Ilm karya Yusuf Qaradhawi, Pilar Media Yogyakarta, proses terbit), Merengkuh Cahaya Ilahi: Tanggung Jawab Menegakkan Pilar-Pilar Dakwah Islam (terjemah bersama A. Maimun Syamsuddin dari al-Dakwah ilâ Allah, karya Hamd Hasan Raqith, Diva Press, Yogyakarta, 2002), dan lainnya.
Selaian tetap aktif sebagai seorang penulis, Wahed pergunakan waktunya dengan mengajar. Tercatat, saat ini dia menjadi dosen tetap di sekolah tinggi ilmu keislaman Annuqayah dan di sejumlah sekolah tingkat SMP dan SMA.
Dia mengajak kalangan remaja tak henti berkarya. Sebab, manfaat dari berkarya sudah mengantarkan banyak orang sukses dan orang besar. "Percayalah, orang yang berkarya (menulis) akan dibaca banyak orang," katanya. (zaiturrahiem)

URL: http://jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=42329

Senin, November 17, 2008

Nahkoda Baru IKSAPUTRA

Ach. Taufiqil Aziz, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Setelah menutup aktivitas—sekaligus menandakan berakhirnya masa bakti 1428-1429 H.—pada Senin kemarin (11/11/08), kini IKSAPUTRA (Ikatan Santri Pantai Utara) akan menapaki babak baru pemerintahan, sehingga pada Kamis (13/ 11/08) dilaksanakan SI (Sidang Istimewa) yang berfungsi untuk memilih penasihat, DPA (Dewan Perwakilan Anggota) dan ketua IKSAPUTRA yang baru.
Setelah melalui pemilihan yang LUBER (langsung, umum, bebas, dan rahasia) dan JURDIL (jujur dan adil), maka dari 31 suara, terpilihlah M. Anwari sebagai penasihat dengan memperoleh 20 suara, sedangkan rivalnya hanya memperoleh 1-3 suara. Sedangkan untuk DPA, terpilih Nurul Hidayat dengan 21 suara, sedangkan Tsabit, hanya 9 suara, dan 1 suara tidak sah.
Setelah pemilihan penasihat dan DPA, maka dipilihlah ketua IKSAPUTRA. Proses pemilihan berlangsung menegangkan. Awalnya, ketika pemilihan balon (bakal calon), Ahmad Daniyal memperoleh 12 suara, mengungguli M. Faiz Arifanto yang hanya memperoleh 11 suara. Sisanya diperoleh Lukman dan Rahman. Dengan demikian, yang masuk menjadi calon adalah Ahmad Daniyal dan M. Faiz Arifanto. Setelah dilakukan pemilihan kembali, ternyata situasi berbalik arah: M. Faiz mendapatkan 20 suara, dan Ahmad Daniyal hanya memperoleh 11 suara.
Terpilihnya, M. Faiz mengejutkan banyak kalangan, karena selama ini isu yang tersebar, ketua IKSAPUTRA yang baru adalah Ahmad Daniyal. Bahkan, M. Faiz termasuk ‘tim sukses’nya. Kenapa hal itu bisa terjadi? Setelah dikonfimasi kepada Ketua Panitia SI, Maswari, dia menyatakan, “Itulah bedanya pemilihan kepemimpinan di pesantren dan non-pesantren; di pesantren meskipun telah menjadi ‘tim sukses’ tetap berhak dipilih menjadi ketua.”

Pembenahan Kurikulum Diniyah di Lubangsa

Jamaluddin M Haz, PPA Lubangsa

Guluk-Guluk—Saat ini Dewan Asatidz PPA Lubangsa sedang sibuk menggarap perbaikan Kurikulum Madrasah Diniyah. Pasalnya, setelah sekian tahun berjalan, Madrasah Diniyah di Lubangsa merasa kurang berhasil dalam mencetak santri yang mumpuni di bidang pengetahuan keagamaan (kitab kuning), sehingga mulai tahun ini Dewan Asatidz mencoba mencermati dan merevisi kurikulum yang selama ini dirasa kurang berhasil.
Saat ditemui kemarin (10/11/2008), Mudir Madrasah Diniyah, Bapak Aufal Marom, mengatakan ada beberapa hal yang membuat perancangan kurikulum ini selama ini terhambat, yaitu disebabkan karena keterbatasan dana dari Madrasah Diniyah, karena sumber dana yang didapatkan hanya berasal dari siswa. Kedua, keterbatasan dan kurangnya pengalaman guru Madrasah Diniyah dalam hal pengembangan kurikulum, sehingga Dewan Asatidz merasa kewalahan dalam pengembangan kurikulum ini.
Saat ini program pengembangan kurikulum baru itu masih selesai 75 persen dan kurikulum yang baru ini dilaksanakan sambil menyelesaikan sisanya. Madrasah Diniyah berharap dengan adanya kurikulum yang baru ini santri bisa lebih mudah menguasai pelajaran keagamaan yang menjadi ciri khas pesantren.
Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Lubangsa, Drs. K.H. A. Warits Ilyas pasrah penuh kepada Dewan Asatidz Diniyah dan beliau menekankan bahwa pelajaran yang perlu menjadi prioritas pengembangan adalah al-Qur'an, khot dan imla', serta nahwu-sharraf.
Mudir Madrasah Diniyah berharap agar seluruh siswa Diniyah bisa berpartisipasi dalam rampungnya program pengembangan kurikulum yang baru ini dengan memberikan usulan sesuai kebutuhan siswa, sehingga nanti bisa dimusyawarahkan di kalangan asatidz.

Minggu, November 16, 2008

Jum’at Bersih di Lubangsa

Supriyadi, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Jum’at pagi (14/11/2008), sekitar pukul 06.00 WIB santri PP Annuqayah Daerah Lubangsa mengadakan acara bersih-bersih massal yang diikuti oleh semua santri (putra). Pagi itu, tidak satu pun santri yang ada dalam asrama. Semuanya harus keluar dan melakukan bersih-bersih. Program tersebut merupakan program rutin yang dilaksanakan tiap hari Jum’at pagi. Dan santri menyebutnya sebagai “Jum’at Bersih”.
Kebersihan merupakan salah satu komitmen pengurus Lubangsa. Karena agama mengajarkan untuk menjaga kebersihan. Karena itu, santri juga dididik untuk ikut memelihara kebersihan, baik itu lingkungan maupun dirinya sendiri. Menurut Luqman Mahbubi, ketua pengurus Lubangsa yang baru dilantik pada hari Rabu kemarin (12/11/08), program tersebut merupakan program wajib pesantren yang harus diikuti oleh semua santri.
Hari Jum’at merupakan hari libur para santri, baik itu kegiatan sekolah formal maupun kegiatan yang dilaksanakan oleh pesantren, seperti pengajian kitab, diniyah, dan lain-lain. Biasanya waktu tersebut oleh para santri digunakan untuk refreshing yang diisi dengan main sepak bola, bola voli, dan sebagainya. "Namun, sebelum aktivitas itu dimulai, santri harus mengikuti program kebersihan yang dilaksanakan oleh pesantren," demikian diungkapkan oleh M. Zayyif, sebagai koordinator seksi pengurus kebersihan. Bagi santri yang tidak mengikutinya, maka ada sanksi yang diberikan oleh pengurus pesantren.

Wisuda Sarjana S1 STIKA Menjadi Lahan Bisnis Masyarakat


Ahmad Al Matin, PPA Latee

GULUK-GULUK—Wisuda sarjana S1 Sekolah Tinggi Ilmu Keislaman Annuqayah (STIKA) yang dilaksanakan pada Sabtu (15/11) kemarin menjadi lahan bisnis bagi para pedagang yang ada di sekitar Annuqayah. Acara tahunan yang dilaksanakan STIKA itu mendatangkan kurang lebih 10 pedagang dari luar Annuqayah.
Pedagang yang berjualan pada acara tersebut didominasi oleh pedagang makanan dan fotografer kilat yang kesemuanya rata-rata dari dekat Annuqayah.
“Kalau ada acara tahunan seperti ini saya sangat bahagia karena hasil yang saya dapatkan dua kali lipat dari pada yang saya dapatkan kalau saya berdagang di rumah. Apalagi kalau pengujungnya banyak kayak sekarang ini. Hasil yang saya dapat dari dagangan saya biasanya berlimpah,“ kata salah seorang penjual makanan yang ditemui.
Setelah diteliti lebih lanjut, para pedagang yang berjualan pada acara wisuda tersebut mendapatkan hasil di atas dua ratus ribu rupiah meskipun acaranya hanya berlangsung setengah hari. Hal ini berbeda sekali dari apa yang mereka dapatkan jika mereka berjualan pada hari-hari biasa di daerah masing-masing yang rata-rata mereka mendapatkan hasil di bawah seratus lima puluh ribu rupiah dan bahkan di bawah seratus ribu rupiah.
Selain itu, acara yang dihadiri sekitar seribu orang lebih itu juga menjadi hiburan tersendiri bagi kalangan santri, terutama santri yang agak nakal di pesantren. Karena pada acara itu mereka bisa sedikit “lebih segar” lantaran bisa melihat “cuci mata”.
“Saya ke sini (ke STIKA, red) sebenarnya hanya untuk cari makanan tapi sekalian cuci mata. Soalnya acara seperti ini jarang di Annuqayah,” jawab salah seorang santri ketika ditanya tujuan mereka datang ke STIKA.
Sekolah Tinggi Ilmu Keislaman Annuqayah pada Sabtu lalu mewisuda 482 sarjana Strata-1, dengan perincian dari jurusan Pendidikan Agama Islam 426 orang, jurusan Tafsir Hadis 24 orang, dan jurusan Muamalat 32 orang.

Perempuan Mendominasi Cumlaude

GULUK-GULUK—Kaum perempuan patut berbangga. Pasalnya di antara 482 wisudawan di Sekolah Tinggi Ilmu Keislaman Annuqayah (STIKA) meraih nilai tertinggi (cumlaude). Yakni wisudawati Sariroh Ash-Sholihah, program studi tafsir hadis (IPK) 3,68. Wisudawati terbaik lainnya Faridatul Jannah, prodi Muamalat (IPK 3,48). Sedangkan untuk program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) diraih oleh Habiburrahman (IPK 3,55). Pihak STIKA memberikan apresiasi berupa piagam dan uang pembinaan (@Rp 750 ribu).
Ketua panitia pelaksana kegiatan tersebut, Drs KH Syamli Muqsith menegaskan, perolehan indeks prestasi (IP) dari ketiga wisudawan terbaik tersebut patut mendapat penghargaan. Selain IP yang mereka raih, pihak kampus salut dengan kegigihan mereka dalam mengikuti semua kegiatan perkuliahan. Meski diakui penghargaan yang diberikan pihaknya kepada ketiga wisudawan-wisudawati tersebut belum sebanding dengan prestasi yang ditorehkannya.
Tetapi, tandasnya dengan perhargaan ala kadarnya itu, pihaknya berharap bisa menjadi suntikan semangat bagi mereka untuk melanjutkan prestasi yang didapat. “Jangan lihat berapa jumlah nominal dari penghargaan tersebut, namun lihatlah semangat pihak sekolah tinggi memberikan penghargaan atas prestasi mereka,” ungkapnya.
Sedangkan Ketua STIKA, Drs KH AH Mutam Muchtar menambahkan, penghargaan tersebut sebagai simbol atas prestasi yang telah diraih oleh para wisudawan-wisudawati terbaik. Dia mengaku, makna terpenting dari penghargaan tersebut adalah ingin mengajak kepada para mahasiswa yang lain yang belum wisuda bisa belajar dengan tekun. Sehingga, juga mampu meraih prestasi yang gemilang.
Di hadapan ratusan wisudawan dan ribuan undangan, Mutam meminta, para wisudawan bisa menerapkan ilmu yang didapat. Terutama dalam hal penegakan ajaran agama Allah. Supaya, pengetahuan yang didapat di bangku perkuliahan bisa bermanfaat. “Jadilah sarjana yang baik, bertanggung jawab, bijak dan peka terhadap persoalan kemasyarakatan,” ungkapnya. (tur/abe/rd/adv)


Sumber: Radar Madura, 16 November 2008.


Jumat, November 14, 2008

JTV Liput Annuqayah

Umarul Faruq, PPA Latee

Guluk-Guluk—Selasa malam (11/11/2008) pukul 20.00 WIB, rombongan kru JTV dari surabaya datang ke Annuqayah untuk meliput kegiatan di sana. Setelah turun dari mobil bertulisan "JTV Rek! SATUS PERSEN JATIM" yang mereka kendarai, mereka langsung disambut hangat oleh pengurus Annuqayah dan beristirahat sejenak di rumah khusus tamu (kantor BPM lama). Pertama yang mereka liput setelah beberapa menit ngobrol dengan pengurus pesantren adalah kegiatan madrasah diniyah PPA Latee, baru setelah itu disusul dengan kegiatan-kegiatan yang lain yang ada di PP Annquqayah. Kegiatan-kegiatan tersebut akan disiarkan lewat program JTV yang bernama Keliling Pesantren.
Kegiatan peliputan ini merupakan program JTV yang dilaksanakan bekerja sama dengan pengurus pesantren. Rencananya kegiatan peliputan ini akan dilakukan pada hari Jum'at yang lalu, tetapi tidak jadi dan diundur ke hari Selasa (11/11).
Rencana awal liputan itu akan dimulai selasa sore pukul 16.30 hingga keesokan harinya. Untuk sesi pertama, agenda yang terjadwal ialah meliput kegiatan pengajian kitab, sekolah formal, wawancara dengan para masyayikh, Laboratorium Bahasa, penerbitan, BPM, warnet, Pusat Bisnis Annuqayah, Herba Madura, BKPP (putra), dan Poskestren (putri). Sedangkan untuk sesi kedua meliputi asrama santri, dapur santri, keterampilan santri, Pemulung Sampah Gaul, pramuka dan kesenian beladiri. Namun peliputan tersebut baru dimulai pukul 20.15 WIB dikarenakan kru JTV datang terlambat.
Malam itu liputan hanya berlangsung tak begitu lama. Pada rabu pagi, kru JTV melanjutkan peliputan. Dimulai dari asrama santri daerah Nirmala dan berakhir siang di dapur santri daerah Latee.
Dari hasil wawancara yang kami lakukan dengan ketua rombongan, diketahui bahwa tujuan utama program Keliling Pesantren tersebut adalah untuk mengenalkan kepada masyarakat bahwa di pesantren tidak hanya dicekoki dengan ilmu agama saja, tapi juga dididik dengan ilmu-ilmu umum plus keterampilan. "Untuk tujuan itulah pesantren yang kami liput bukan hanya pesantren-pesantren bebasis pendidikan saja, tapi juta pesantren-pesantren keterampilan seperti pertukangan dan sebagainya," katanya di tengah berlangsungnya peliputan.
Di lain pihak santri PP Annuqayah sendiri sangat antusias menyaksikan peliputan ini. "Yang cewek itu tuh lumayan cantik," celetuk salah seorang santri yang tanpa sengaja membocorkan alasannya mau repot-repot berjubel dengan ratusan santri lain menyaksikan liputan tersebut. Dasar santri!

Kamis, November 13, 2008

Temu Alumni Santri Nirmala Diguyur Hujan


Sumarwi, PPA Nirmala

GULUK-GULUK—Derasnya air hujan yang turun ahad siang (9/11) sempat membuat acara Temu Alumni Santri VI di Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Nirmala, Guluk-Guluk Sumenep, sempat tertunda. Walaupun sebenarnya panitia telah menyediakan tenda sederhana (terop) untuk sekadar berteduh, namun derasnya hujan yang turun membuat para undangan harus pindah dari tempat duduk yang telah disediakan. Hujan tak berlangsung lama dan tak menghalangi suksesnya acara. Setelah hujan reda, acara kembali dilanjutkan.
“Acara ini diselenggarakan untuk memperkuat jalinan tali silaturrahim dan ukhuwah islamiyah antar para santri alumni,” papar pengasuh nirmala, K.H. A. Hamidi Hasan dalam sambutannya. Acara temu alumni tersebut dihadiri kurang lebih 100 undangan laki-laki dan 325 perempuan, dan dilaksanakan dengan format sebagaimana seperti biasa. Acara ini merupakan acara rutin pesantren yang dilaksanakan setiap tahun.
Dalam acara tersebut juga diadakan rapat bersama antar para santri alumni baik yang putra maupun yang putri. Forum rapat dibagi sesuai daerah asal alumni masing-masing. Tema pembicaraannya mengarah pada perkembangan fisik Nirmala, dan para alumni dalam rapat ini diharapkan juga ikut memikirkannya, seperti tentang salah satu bangunan fisik yang hampir ambruk, yakni bangunan yang berdekatan dengan selokan yang keadaannya sangat memprihatinkan.
Dalam musyawarah bersama tersebut dihasilkan keputusan untuk merehabilitasi empat kamar berukuran 4x4 yang bergandengan dengan parit. Dua kamar telah ditanggung oleh alumni yang berasal dari Bragung, sedangkan sisanya ditanggung oleh para alumni yang lain. Ada yang munyumbangkan batu bata. Adapun sumbangan berupa uang diberikan oleh para alumni dengan seikhlas-ikhlasnya, karena panitia tidak mematok besaran uang sumbangan yang harus diberikan oleh para alumni.

Kompor Meledak, Santri Panik

Supriyadi, PPA Lubangsa

Guluk-Guluk—Selasa (11/11/08) pukul 13.30 WIB. Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa panik. Satu buah kompor yang ada di dapur belakang asrama santri putra (blok F) meledak. Tidak ada korban dalam peristiwa tersebut. Hanya sebagian atap pojok dapur dimakan si jago merah.
Hammam yang berada di dapur ketika peristiwa terjadi mengatakan bahwa kompor milik Moh. Ali itu nyalanya sudah tidak normal, banyak mengeluarkan asap. Tapi dia lihat Ali tidak menghiraukannya, kompor tersebut dibiarkan saja dan dipakai untuk menanak dan dia langsung meninggalkannya begitu saja. Kira-kira 15 menit kemudian kompor tersebut meledak secara tiba-tiba. Ali dan tiga temannya yang berada di dapur tersebut kaget melihat percikan api itu sampai di atap dapur. Melihat api semakin membesar, mereka segera mengambil air dari kamar mandi terdekat. Tapi, karena api terlalu besar, mereka tidak mampu memadamkannya.
Menurut Sofyan, dia melihat dari halaman asrama blok F tersebut asap dari dapur sudah mengepul hitam. Dan dia langsung berteriak kebakaran pada santri yang ada di sekitar asrama tersebut dan segera membantu Ali dan kawan-kawan yang sibuk melumpuhkan si jago merah.
Dilihat dari puing-puing kompor yang ada, penyebab meledaknya diperkirakan karena sumbunya yang tidak lengkap. Sehingga api tersebut mengalir ke bawah dan mengenai minyak tanah yang ada di dalam kompor tersebut. Moh. Ali mengakui kompornya yang sering digunakan untuk masak sehari-hari itu hampir setengah tahun tidak diperbaikinya. Kejadian itu sama sekali tidak terlintas dalam benaknya. Karena kompor tersebut biasa-biasa saja dipakai setiap memasak.
Hasyim, selaku koordinator PSP (pengadaan sarana dan prasarana) PPA Lubangsa menyatakan kerugian pesantren untuk perbaikan dapur diperkirakan mencapai Rp 200.000,- mengingat kayu atap dapur yang berukuran 3x9 meter itu hampir separuh yang hangus. Dan pihaknya tidak hanya akan menggunakan uang kas dari pesanren, tapi akan melibatkan Moh Ali sebagai pemilik kompor. Karena kejadian tersebut disebabkan kelalaiannya, untuk menjaga dan merawat kompornya sendiri. "Karena dapur ini merupakan fasilitas umum pesantren, maka kami secepat mungkin akan segera memperbaiki kerusakannya," pungkasnya.

Kampanye Tertib Lalu Lintas di Annuqayah

Mohammad Khozen, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Usaha pemerintah untuk meningkatkan kesadaran tata tertib lalu lintas semakin gencar. Hal itu ditandai dengan adanya kampanye tata tertib lalu lintas yang merambah sampai ke sekolah. Senin (10/11/08) kemarin, giliran MA 1 Annuqayah yang kebagian jatah menjadi tuan rumah.
Kampanye yang diikuti oleh 50 peserta delegasi dari 12 kelas yang ada di MA 1 Annuqayah itu berlangsung sekitar 1 setengah jam. Acara itu juga dihadiri oleh perwakilan Dinas Perhubungan Jawa Timur, Bapak Soetrisno, Dinas Pendidikan Sumenep, Bapak A. Hidayat, dan dari Satlantas Sumenep, Edi Kuiswanto.
Rombongan tiba di MA 1 Annuqayah sekitar pukul 09.30 WIB dengan mengendarai mobil kijang warna cokelat, langsung disambut oleh kepala sekolah dan pengurus OSIS MA 1 Annuqayah.
Sekitar pukul 10.00 WIB acara dimulai yang diawali dengan acara seremonial. Samsul Arifin selaku ketua panitia memberikan prakata yang dilanjutkan dengan kata sambutan yang disampaikan oleh ketua OSIS; Ahmad Munir, dan Kepala MA 1 Annuqayah, K. Moh Ali Fikri S.Ag.
Setelah acara seremonial selesai, forum diskusi dimulai. Forum yang memang sudah dinanti-nantikan itu tidak disia-siakan oleh para siswa. Sehingga banyak dari siswa yang mengangkat tangan untuk berbicara ketika diberi kesempatan oleh moderator.
Ditanya tentang tujuan dari acara tersebut, Soetrisno mengatakan bahwa kegiatan yang sudah diprogramkan itu dimaksudkan untuk memberikan kesadaran akan pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas dan membeberkan akibatnya jika tidak mematuhinya.
Disinggung mengapa siswa yang jadi objek acara tersebut giliran Edi Kuiswanto yang berkomentar. "Kenapa kok siswa? Karena dari semua kecelakaan yang terjadi, 75 persen pelakunya berstatus pelajar," jelasnya.
Sekitar pukul 13.30 WIB acara tersebut resmi ditutup walau tampak jelas ekspresi tidak puas di wajah para peserta. "Puas apanya. Masih banyak unek-unek di kepala saya, eh waktunya habis," kata Lukman, salah satu peserta. Dia juga menyarankan kepada pemeritah agar jika mengadakan acara yang seperti ini waktunya diperpanjang atau tanpa ada batas waktu, sehingga para peserta bisa bicara hingga puas.

Rabu, November 12, 2008

Penutupan Aktivitas IKSAPUTRA

Ach. Taufiqil Aziz, PPA Lubangsa

GULUK-GULUK—Senin malam (11/11/08) sekitar jam 19.30 WIB, IKSAPUTRA (Ikatan Santri Pantai Utara) salah satu orda (Organisasi Daerah) di Lubangsa mengadakan acara penutupan aktivitas. Segala kegiatan rutin IKSAPUTRA masa bakti 1428-1429 berakhir pada malam itu.
Sebenarnya, segala aktivitas organisasi daerah di Lubangsa sudah ditutup pada bulan Agustus 2008. Akan tetapi, orda IKSAPUTRA baru mengadakan acara penutupan kemarin malam. Setelah ditanyakan kepada Muayas, Ketua IKSAPUTRA, dia mengatakan, "Memang ini sudah terlambat, tapi acara ini disesuaikan dengan hasil keputusan rapat pleno pada awal masa jabatan saya. Jadi, meski kegiatan orda sudah ditutup oleh pengurus seksi P2O (Pembinaan dan Penerangan Organisasi) Agustus lalu, kami tetap mengacu kepada kalender kerja".
Puluhan anggota IKSAPUTRA hadir pada acara itu. Ruangan kelas 3 D MTs 1 Annuqayah yang dijadikan tempat acara tidak bisa menampung anggota dan pengurus, sehingga sebagian dari mereka mengikuti acara diluar ruangan.
Acara itu juga dihadiri oleh penasihat IKSAPUTRA, Massuha el Arief, dan pengurus P2O, Imam Abdurahman.
Dalam sambutannya, Imam Abdurrahman mengimbau kepada seluruh anggota IKSAPUTRA agar organisasi ini dijadikan sebagai media untuk menggali segala potensi yang dimiliki. Juga sebagai media untuk melatih mental. Beliau lebih suka jika organisasi IKSAPUTRA dikenal sebagai sarang intelektual, daripada hanya selalu juara di perlombaan, tapi tidak memiliki kualitas keilmuan yang memadai. Sebagai pengurus P2O, beliau juga yang menutup secara resmi aktivitas organisasi IKSAPUTRA.

Senin, November 10, 2008

Santri Annuqayah Menuju MQK Nasional


Ahmad Al Matin, PPA Latee

Sumenep—Santri Pondok Pesantren Annuqayah dipercaya mengikuti tes seleksi Musabaqah Qiratul Kutub (MQK) tingkat nasional utusan Jawa Timur pada Senin (3/11) di Surabaya. Hal ini merupakan lanjutan dari Musabaqah Qiratul Kutub tingkat Provinsi Jawa Timur yang diadakan pada Agustus lalu di Jember.
Saat itu, santri Annuqayah yang tergabung dalam tim utusan Kabupaten Sumenep memborong enam piala sekaligus. Empat piala untuk tingkat Ula (Pemula) dan dua piala untuk tingkat Wustha (Pertengahan). Hal inilah yang menyebabkan pemerintah Jawa Timur memanggil kembali tiga santri Annuqayah yang menjadi juara di tingkat Jawa Timur itu untuk dites di Surabaya dan akan diutus untuk Musabaqah Qiratul Kutub Tingkat Nasional yang akan dilaksanakan pada awal 2009 mendatang.
Tiga orang yang dipanggil tersebut adalah Ali Hisyam (15) dari Lubangsa, Rif'atul Qamariyah (18) dari Lubangsa Putri, dan Imaniyah (17) dari Al Amir.
"Mereka bertiga sudah mengikuti telah mengikuti tes di Surabaya Senin kamarin (3/11). Saya sendiri masih belum tahu apa mereka itu lulus atau tidak, tapi saya yakin mereka akan lulus dan maju ke tingkat Nasional," kata Ustadz Abd. Basith Mansur selaku pembimbing mereka dalam Musabaqah Qiratul Kutub.
Keberhasilan tiga orang santri tersebut dalam Musabaqah Qiratul Kutub merupakan pembuktian bahwa di Pondok Pesantren Annuqayah yang semi modern ini masih ada santri yang bisa diandalkan dalam baca kitab. 
"Dan jika mereka lulus dan menjadi juara di tingkat nasional, ini akan menjadi prestasi besar untuk Annuqayah dalam bidang baca kitab," kata Ustadz Abd. Basith Mansur di akhir wawancara. 


Nama-Nama Finalis Peserta MQK II 2008 di Jember
Tanggal 5-8 Agustus 2008

Sabtu, November 01, 2008

Milis Annuqayah

Kepada para santri, alumni, guru, dan para pengelola pendidikan di lingkungan Pondok Pesantren Annuqayah, jika berkenan, bergabunglah di milis Annuqayah. Bagi yang ingin bergabung, mohon mengirimkan email ke pp.annuqayah@gmail.com dengan sedikit profil singkat. Terima kasih.

Sekretariat PP Annuqayah